PortalMadura.Com, Sumenep – Tak terdengar adanya peringatan Hari Penyandang Cacat Internasional di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur yang jatuh setiap tanggal 3 Desember.
Padahal, berdasarkan data tahun 2016 yang dirilis Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) wilayah Madura, Kabupaten Sumenep tertinggi se-Madura, yakni tercatat 1.000 orang penyandang cacat. Disusul Bangkalan 200 orang, Pamekasan 130 orang, dan Sampang 100 orang.
Minggu (3/12/2017), PortalMadura.Com, melakukan penelusuran di wilayah Lenteng, Sumenep dan menemukan salah seorang penyandang difabel (keterbatasan diri) yang membutuhkan kepedulian pemerintah.
Ia adalah Junaidi (30), warga Kampung Padenan, Desa Lenteng Barat, Sumenep. Pria yang lumpuh akibat kesalahan dalam penanganan folio sejak umur 9 bulan ini, mengharap bantuan modal usaha dari pemerintah daerah.
Pria ini berstatus pengangguran. Padahal ia memiliki potensi diri yang dapat dikembangkan, yakni bisa memperbaiki TV dan Radio.
“Saya bisa elektronik, tapi tidak fokus. Andai ada AVO, mungkin saya bisa fokus,” ujarnya pada PortalMadura.Com.
AVO meter adalah suatu alat untuk mengukur arus, tegangan, baik tegangan bolak-balik (AC) maupun tegangan searah (DC) dan hambatan listrik.
Junaidi mengaku pernah menerima bantuan kursi roda dan bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah. Tapi dia menjual kursi roda tersebut karena dinilai tidak efektif untuk digunakan di kampungnya.
Ia butuh bantuan modal yang sejalan dengan keahliannya untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Selama ini pemerintah dinilai absen dalam memberikan bantuan modal.
“Tidak ada bantuan dari pemerintah lagi. Hanya ada bantuan raskin dari kampung. Itupun tidak setiap bulan,” ujarnya.
Ia mengaku sempat mempunyai keinginan untuk tidak berkumpul lagi dengan orang tuanya agar tidak membebani sepanjang hidupnya. Namun dilarang keras.
“Orangtua tidak mengeluhkan kondisi saya saat ini. Bahkan waktu saya izin pindah, mereka melarang saya,” katanya.(Vivin/har)