Penerjun Payung Pertama di Sumenep

Avatar of PortalMadura.com
Penerjun Payung Pertama di Sumenep
Ilustrasi (IST)

PortalMadura.Com, – Mayor R. Abujamal dan Kapten R. Ach. Hafiludin adalah tokoh pejuang yang nyaris namanya hari ini tidak dikenal oleh generasi muda Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Meski kiprahnya di tahun 1947 meninggalkan sejarah sangat berarti dalam mempertahankan negeri ini, khususnya di wilayah di ujung timur pulau garam Madura.

“Dialah [keduanya, red] pertama di Sumenep,” terang Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Sumenep, Tadjul Arifien R, Selasa (10/11/2020).

Awalnya, keduanya diutus untuk melapor dan meminta bantuan persenjataan logistik kepada Komando Divisi Jawa Timur oleh Komandan Resimen 35 Jokotole Letkol R. Chandra Hassan.

Namun, mengingat keadaan logistik di Surabaya yang juga tidak memungkinkan, maka Panglima Divisi melanjutkan misi Mayor R. Abujamal untuk menghadap Panglima Besar Sudirman yang bermarkas di Yogyakarta.

Kala itu, Ibu kota atau pusat pemerintahan Republik Indonesia berada di Yogyakarta.

Misi itu akhirnya tercapai, setelah Mayor R. Abujamal dan Kapten R. Ach. Hafiludin menghadap Panglima Sudirman, memperoleh tanda penghargaan untuk K. Gazali (Kè Zali) dan pemerintah sipil Madura yang telah gugur di Klampar Pamekasan.

“Semua permintaan tentang kebutuhan logistik untuk Madura dikabulkan, berupa sejumlah persenjataan dan sandang serta uang sebesar Rp. 5 juta,” katanya.

Untuk kembali ke Madura, Mayor R. Abujamal mengalami kendala angkutan, karena telah di blockade dan sebagian besar wilayah pelabuhan dikuasai Belanda, khususnya Pelabuhan Kamal, Bangkalan.

Jadi satu-satunya jalan pengiriman logistik harus melalui udara. Dengan meminta bantuan Commodor Halim Perdana Kusuma, kedua perwira dari pulau Madura harus berperan sebagai penerjun meski sebelumnya tidak pernah melakukannya.

“Jadi untuk melaksanakannya [penerjun, red], keduanya diberi pelatihan kilat oleh Opsir Udara II Sujono dari Angkatan Udara, tentang tata cara terjun dari pesawat udara,” jelasnya.

Tepat dini hari, tanggal 20 Oktober 1947, berangkatlah pesawat terbang Dakota RI 001 dari Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta menuju Madiun.

Pilotnya Bob Freeberg orang Australia, Navigator dan pemegang komando Halim Perdana Kusuma, jump master Opsir Muda Udara I Sukoco dan Opsir Muda Udara II Sujono.

Pada pukul 04.00 WIB, pesawat udara “take off” dari pangkalan Udara Iswahyudi Madiun. Satu jam kemudian pesawat sudah berada di atas kota Surabaya dengan terbang merendah. (Surabaya masih dikuasai Belanda).

Tepat pukul 06.30 WIB, pesawat udara Dakota 001 itu sudah berada di atas angkasa Kabupaten Sumenep. Posisi terbang merendah sambil berputar-putar dan menjatuhkan (mengirimkan message) berupa tabung bambu yang diberi tanda merah putih sebagai isyarat bagi pasukan TRI yang melaksanakan pertahanan udara di Kota Sumenep.

“Tujuan agar tidak ditembak dari bawah,” ujarnya.

Penerjunan dimulai yang diawali dengan menjatuhkan enam buah keranjang rotan berisi bahan-bahan logistik, persenjataan, amunisi, bahan sandang-pangan dan uang sebesar Rp. 5 juta. Bahan logistik ini diberi tanda merah putih.

Mayor R. Abujamal dan Kapten R. Ach. Hafiludin, masing-masing memakai payung dan selamat tiba di tanah. Kedua Perwira yang baru terjun ini akhirnya bergabung kembali dengan pasukan TRI di Sumenep. Selamat Hari Pahlawan. (*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.