Penguasa Kerajaan Madura Barat, Tongkos Warisan Panembahan Sedomukti yang Tetap Terjaga

Avatar

“Ilmu pembuatan tongkos saya dapatkan dari sesepuh. Perlu waktu tiga hari untuk belajar. Setelah itu saya perdalam lagi, utamanya yang menyangkut ketepatan pelipatan kain, penjahitan, kekuatan, serta keindahan tampilan tongkos. Saya juga perlu mempelajari sejarah dan filosofi tongkos,” ungkapnya.

Pria yang juga berprofesi guru ini mengerjakan pembuatan tongkos di kediamannya, Dusun Pelinggian Barat No.78 RT.01/RW-01, Desa Kramat, Kecamatan Kota Bangkalan, Madura. Pembuatan tongkos memerlukan ketelitian serta tahapan.

Jika sedang banyak pesanan, ia bahkan sampai melibatkan tiga orang untuk pengerjaan. Selain membagi porsi atau tahapan pekerjaan, juga untuk mempercepat penyelesaian pembuatan.

Bahan dan Ukuran

Penguasa Kerajaan Madura Barat, Tongkos Warisan Panembahan Sedomukti yang Tetap Terjaga
Tongkos tampak depan. (Foto: Agus Hidayat)

Bahan pembuatan tongkos adalah kain batik. Umumnya corak serta motif tongkos selaras dengan samper (batik penutup pinggang hingga betis). Dengan kata lain kain serta motif batik tongkos dan samper sama. Kesamaan ini yang kemudian memunculkan kesan serasi serta indah dipandang.

Tinggi bagian depan tongkos biasanya enam hingga delapan sentimeter. Aksen menonjol yang terlihat pada bagian bawah tongkos menjadi ciri khas tongkos Bangkalan.

“Secara singkat, proses pembuatan tongkos meliputi pemotongan kain, penjahitan bagian tepi atau pinggir kain, pelipatan kain dan dijahit, penentuan lingkar kepala pada lipatan, pemasangan mika untuk sisi samping kanan-kiri, serta penjahitan kain bagian atas,” pungkas Mas Agus.

Terinspirasi Mimi dan Mintuno

Tongkos tercipta sewaktu Kerajaan Madura Barat dipimpin oleh Raden Tumenggung Suroadiningrat (putra Pangeran Cakraningrat IV atau Pangeran Sidingkap). Beliau mengendalikan pemerintahan dengan gelar Raden Adipati Secoadiningrat atau Panembahan Cakraadiningrat V. Lokasi keraton berada di Sembilangan, Kecamatan Socah, Bangkalan, Madura.

Beliau memerintah selama 25 tahun (1745-1770), 2 tahun di Keraton Sembilangan dan 23 tahun di Keraton Kesultanan Bangkalan. Saat meninggal dunia, posisi beliau dalam keadaan sujud. Oleh sebab itulah beliau juga disebut Panembahan Sedomukti.

Asal dari tiga suku kata Jawa, Sedo Ing Mukti, yang artinya meninggal dalam sujud. Makam Panembahan Sedomukti berada di Pasarean Aermata, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan, Madura.

Inspirasi terciptanya tongkos datang dari hewan laut blangkas. Konon, Keraton Sembilangan tengah diselimuti berbagai masalah. Berhari-hari Panembahan Sedomukti berfikir cara mengatasinya. Suatu hari beliau menyempatkan waktu berjalan-jalan di tepi pantai, dan melihat sepasang blangkas yang memadu kasih.

Dalam bahasa Jawa, blangkas dikenal dengan nama mimi dan mintuno. Keduanya tergolong hewan yang setia sehidup semati pada pasangannya.

Mimi adalah … Selengkapnga

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.