Perlu Anda Coba! Begini Cara Rasulullah Lunakkan Hati yang Keras

Avatar of PortalMadura.com
Perlu Anda Coba! Begini Cara Rasulullah Lunakkan Hati yang Keras
ilustrasi

PortalMadura.Com – Diantara umat muslim mungkin pernah mengalami perasaan tidak nyaman jika harus meminta maaf. Padahal, mereka sudah melakukan kesalahan kepada orang lain. Alasannya pun bermcam-macam, karena terlalu gengsi dan malu jika harus meminta maaf.

Bahkan sebisa mungkin, orang lain yang harus meminta maaf duluan. Jika Anda penah mengalami hal demikian atau menyaksikan orang yang berperilaku begitu, maka yang bersangkutan sesungguhnya telah mengidap penyakit hati yang keras.

Sebagaimana dalam surah Al-Baqarah ayat 67-74, yang menggambarkan kondisi penyakit itu ketika mengisahkan tentang Bani Israil. Mereka dilukiskan sebagai orang-orang yang sulit menerima kebenaran meskipun bukti nyata telah hadir di depan mata. Hati mereka mengeras seperti batu, bahkan bisa lebih keras lagi.

Sayangnya, penyakit seperti itu susah disembuhkan karena yang mesti dihadapi penderitanya adalah dirinya sendiri. Egoisme, gengsi, atau perasaan paling istimewa, biasanya menjadi biang keladi mengapa hati seseorang membatu, sehingga sukar dimasuki kebenaran dan kebaikan yang datang dari luar dirinya. Kendati demikian, susah disembuhkan bukan berarti tidak bisa diobati.

Suatu hari seorang laki-laki datang mengadu kepada Rasulullah tentang hatinya yang keras (qaswatul qalb). Beliau menjawab: “Jika kamu ingin melunakkan hatimu maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim” (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak).

Keterangan hadis di atas, yaitu Rasulullah menganjurkan orang yang keras hatinya untuk melatih diri berempati dengan orang-orang lemah. Empati itu diwujudkan salah satunya dengan memberi makan orang miskin.

Pasalnya, penghasilan orang miskin seringkali hanya bisa mencukupi keperluan pokoknya tanpa bisa menambah kebutuhan sekunder lainnya. Lebih dari miskin disebut fakir. Keduanya merupakan kelompok rentan yang sama-sama membutuhkan uluran tangan.

Ibnu Rajab al-Hanbali saat menjelaskan hadis ini mengatakan bahwa bergaul dengan orang-orang miskin dapat meningkatkan rasa rida dan syukur seorang hamba atas nikmat yang dikaruniakan oleh Allah. Sebaliknya, bergaul dengan orang kaya potensial membuatnya kurang menghargai rezeki yang diterimanya.

Selanjutnya adalah mengusap kepala anak yatim. Kata “mengusap” di sini merupakan kiasan dari anjuran untuk menyayangi, berlemah lembut, dan mengayomi mereka.

Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan hanya karena Allah, baginya setiap rambut yang diusap dengan tangannya itu mengalirkan banyak kebaikan, dan barangsiapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, aku bersama dia di surga seperti ini (Rasulullah menyejajarkan dua jarinya)”.

Hadis ini menjelaskan, bahwa Allah memberikan kebaikan kepada orang-orang yang mengusap kepala anak yatim. Jumlah rambut di hadis ini merupakan ilustrasi dari kebaikan yang tidak terhitung sebagaimana tidak terhitungnya jumlah rambut kepala orang.

Artinya, sebanyak apa kebaikan seseorang kepada anak yatim, sebesar itu pula Allah berikan kebaikan kepadanya. Inilah mengapa hati yang keras menjadi mudah melunak, terbuka terhadap kebenaran dan kebaikan. Sebab, Sang Penguasa Hati sedang berada di pihaknya. Wallahu A’lam. (nu.or.id/Salimah)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.