Persiapan Melaut 2022, Nelayan Banyusangka Perbaiki Perahu hingga Ritual

Avatar of PortalMadura.com
Persiapan Melaut 2022, Nelayan Banyusangka Perbaiki Perahu hingga Ritual
Proses "penggeseran perahu ke bibir pantai

PortalMadura.Com, – Nelayan Desa Banyusangka, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, melakukan persiapan untuk menangkap udang. Diperkirakan nelayan akan mulai melaut akhir bulan Januari atau awal bulan Februari tahun 2022.

Persiapan itu dilakukan oleh nelayan sejak satu bulan terakhir atau saat memasuki cuaca ekstrem. Serangkaian persiapan itu, di antaranya pengampelasan, pendempulan, dan pengecetan perahu hingga prosesi ritual.

“Persiapannya itu yang pertama, perahu harus diampelas dulu. Lalu dempul supaya tidak cepat bocor dan yang terakhir pengecetan atau pengapuran di bagian luar dan dalam perahu. Pengecetan ini tujuannya agar perahu tidak mudah berlumut,” terang salah seorang nelayan Banyusangka, Mat, Selasa (21/12/2021).

Pasca perawatan perahu, para nelayan menggelar selametan atau syukuran. Tempatnya di atas perahu. Umumnya digelar doa bersama dan lengkap dengan makanan nasi tumpeng atau makanan lainnya.

Menu makanan tersebut untuk dimakan bersama nelayan lain yang membantu “menurunkan” perahu ke bibir pantai. Minimal menu yang dipersiapkan adalah bubur warna warni yang ditempatkan di perahu nelayan dan sebagian ditabur ke laut lepas. Tujuannya, nelayan berharap mendapat keberkahan saat menangkap ikan saat melaut.

Pada proses “penurunan” perahu ke bibir pantai, tidak membutuhkan banyak orang seperti proses “penurunan” perahu jenis kursin. Perahu nelayan yang berukuran kecil itu hanya butuh 11 sampai 18 orang untuk menggeser perahu dari daratan ke bibir pantai.

Alas perahu pada proses penggeseran ke bibir pantai dibutuhkan balok kayu. Umumnya terbuat dari pohon kelapa dan butuh tanaman katang-katang guna memudahkan proses penggeseran perahu nelayan.

Persiapan lainnya, nelayan Banyusangka juga menggunakan alat tangkap jaring. Nelayan setempat menyebutnya jaring gondrong (jaring khusus udang). Setiap nelayan minimal memiliki 10 jaring. Teksturnya lebih tebal dari jaring biasanya dan berwarna merah.

“Kami, nelayan berharap agar mendapatkan udang yang lebih banyak dari pada tahun sebelumnya. Semoga harganya juga seperti dulu sebelum adanya corona,” kata nelayan lainnya.

Para nelayan penghasil udang jerbung dan udang windu berharap hasil tangkapannya makin banyak dan harganya naik. Selama pandemi harga udang turun menjadi Rp50 ribu – Rp150 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp60 ribu – Rp175 ribu per kilogram.

Harga udang tersebut tergantung pada kualitas dan jenis udang yang didapat para nelayan saat melaut. Turunnya harga udang akibat banyak tempat makan yang tutup selama pandemi.(**)

Pengirim: Eva Farhah (Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.