Resensi Buku – Hitam Putih Dibalik Sebuah Kota

Avatar of PortalMadura.Com
Resensi Buku - Hitam Putih Dibalik Sebuah Kota
Buku

PortalMadura.Com yang terkenal dengan kota Batik dan Kota Pendidikan ternyata menyimpan sebuah kisah dan kesan yang mendalam dalam legenda dan sejarahnya. Perjalanan yang penuh dengan kebenaran, kenyataan dan bahkan kepalsuan diakui sebagai fakta dan fiksi yang menyatu dalam suatau tempat bernama Sejarah.

Jejak perjalanan yang apik, mengesankan dan terkadang mengandung sekelumit awan hitam  terangkum jelas dalam sebuah buku berjudul “ Pamekasan dalam Legende dan Sejarah” karya A. Sulaiman Sadik.  Asas, panggilan akrab pengarang merupakan sesosok laki-laki asli madura yang lahir pada 80 tahun yang lalu di kota pamekasan.

Pengalaman, wawasan, demonstrasi, dan motivasinya dituangkan dalam sebuah buku yang ditujukan pada generasi pelapis pamekasan khususnya dan seluruh pembaca umumya.

Buku ini menyajikan banyak legenda yang berwujud folklor-foklor yang mengiringi pamekasan sampai perjalanan saat penjajahan jepang dan belanda terhadapa negara kita.

Cerita rakyat dimasa kerajaan mulai dari kisa Lembu petteng, Kyae Padhemmabu, Rato Bidarba, Pangeran Nugroho, Aryo Menak, Batu Bhujuk Radhin Aju, Eyang Kasambhi, sampai ke kisah Pangerang Ronggosukowati sebagai raja Pamekasan yang sangat dihormati pada saat itu disuguhkan dengan cukup singkat dan bermakna.

Sebelum Pemerintahan Ronggosukowati Pamekasan sebenarnya dikenal dengan nama pamellengan. Nama itu diambil dari sebuah kisah seseorang bernama Arya mengo yang selalu bertapa di tempat untuk memuja (melleng) agar dikaruniai seorang anak. Oleh karena itu tempat itu diberi nama Pamellengan.

Namun seiring berjalannya waktu, setelah penobatan Raja Ronggosukowati nama Pamellengan diganti dengan nama Pamekasan. Nama tersebut mengandung Do'a agar disepanjang zaman Pamekasan selalu Mekkas Jhatna Paksa Jhenneng Dhibi'.

Simbol Pamekasan ini memmpunyai arti Siapapun yng memerintah harus selalu berpesan kepada rakyat Pamekasan agar hidup secara transparan, mengandalkan kekuatan diri sendiri dalam peradatan dan pemerintahan (hal 30).

Didalam buku ini juga disajikan tentang beberapa tempat penting di pamekasan seperti Masjid Asy Syuhada yang merupakan masjid peninggalan Ronggosukowati yang awalnya terbuat dari kayu beratapkan Rumbia hingga mengalami beberapa kali renovasi sampai menjadi megah seperti saat ini.

Arek lancor yang merupakan maskot Pamekasan juga konon katanya dibangun pada tahun 1990 untuk memperingati serangan 16 Agustus dimasa penjajahan yang sebagian besar senjata kunonya digunakan pada saat itu. Pembangunan pemukiman barunyapun pada saat itu tidak lupa pula dijelaskan dalam buku ini, seperti kampung Duko, Kolpajung, Kowel, Jalan Maseghit dan berbagai tempat lain dipamekasan.

Tidak hanya itu, penulis juga mengupas habis tentang perjalanan Pamekasan dimasa penjajahan yang penuh dengan kesengasaraan dan semangat juang yang tinggi yang terwujud dalam serangan 16 Agustus.

Hal yang menarik dalam Buku ini ialah Segala kririk dan motivasi yang ditujukan kepada pemerintah- pemerintah dengan keegoisannya yang mengutamakan diri sendiri dan kepopulerannya dimasa lalu dilontarkan secara tegas oleh penulis tanpa mengurangi rasa hormatnya kepada pemimpin yang dikenal dengan figur Rato.

Bahkan motivasi penuh harapan besar juga dilontarkan kepada penerus bangsa ini agar menjadi penerus bangsa yang tegas, cekatan, penuh rasa tanggung jawab serta tidak pernah malu untuk mengakui setiap kesalahan.

Penggunaan 2 bahasa yaitu bahasa Madura (ejaan tahun 2004 yang disempurnakan) dan bahasa Indonesia melukiskan bahwa ada pelestarian terhadap bahasa Madura yang mungkin tidak dipopulerkan lagi oleh para pemuda.

Hal menarik lainnya juga terwujud dalam penyajian buku ini yang menyertakan banyak gambar informatif bagi para pembaca. Namun dibalik kelebihan- kelebihannya, buku ini juga menyimpan beberapa kekurangan yang terwujud dalam penggunaan bahasa Maduranya yang sebagian besar tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Hal itu mungkin akan menyulitkan pembaca di luar Madura dalam memahami isinya. Penyajian gambar dengan warna hitam putih juga sangat disayangkan, karena mungkin akan mengurangi nilai estetis dan informatifnya.

Sehingga jika ada edisi selanjutnya, maka perlu adanya pembaharuan dari segi bahasa dan gambarnya agar buku ini dapat tekesan komplit, informatif dan menarik. Terlepas dari sedikit kekurangan yang ada, secara keseluruhan buku ini merupakan buku yang inspiratif dan informatif bagi pembaca  sehingga sangat layak direkomendasikan ke semaua kalangan terutama para pemuda khususnya.

Judul Buku : Pamekasan dalam Legende dan Sejarah
Penulis : A.Sulaiman Sadik
Tebal Halaman : 106 Halaman
Penerbit : Bina Pustaka Jaya Abadi
Cetakan : Pertama
Percetakan : Karunia
Tahun terbit : April 2013

Pamekasan-Mei 2015
(Mini Hesti Triana )

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.