Resensi Buku – Menggugah jiwa nasionalisme dengan rasa cinta

Avatar of PortalMadura.Com
Resensi Buku - Menggugah jiwa nasionalisme dengan rasa cinta
ilustrasi

Disinilah sebenarnya letak pertanyaan yang besar bahwa apakah mungkin setiap pejabat mempunyai tindakan bagai binatang yang menginjak rakyat.

“Sebagai lelaki yang normal dan punya jabatan
Lelakimu pasti mau disuap dan mengkorupsi uang rakyat”

Jiwa regius, nasionalis, dan juga romantis membaur menjadi satu. Paling tidak, kehidupan percintaannya dengan seorang perempuan telah berhasil mendatang inspirasi untuk penyair agar menjadi sebuah bahasa puisi. Semisal, ada tokoh naisa yang kemudian menjadi judul puisinya, Naisa 1, Naisa 2, dan Naisa 3.

Naisa 1
Dari sudut air matamu
Aku temukan kecewa
Bersama gugur bulir air mata
Yang sengaja tak diseka

Puisi diatas begitu sederhana, pada bait pertama yang menggunakan majas kemudian dikolaborasikan dengan bait terakhir ada bahasa “yang sengaja tak si seka”. Membuat irama puisi seolah padu.

Jiwa nasionalis dan patriotisnya muncul di dalam beberapa puisi yang salah satunya aku ingin merdeka, revolusi, dan puisi aku tidak tahu akan berkata apa; negeri penjilat. Bahkan sangat kental jika ia adalah pembela kaum miskin.

Unsur religius juga menjadi bahasa yang digunakan mawardi bagaimana kemudian ia memotret langgar, dan masjid sebagai tempat mengaji dan sudah merupakan hal asing di kalangan masyarakat. Pada puisi keduanya yang berjudul anak

“terang pulang
Mega merah
Anak –anak mengaji
Ke masjid-masjid
Dan langgar.

Bila ditilik puisi yang pendek-pendek inilah yang jutru berusaha untuk diberitahukan oleh sang penyair tentang pengalaman hidupnya

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.