PortalMadura.com-Berbicara soal rumah adat Jawa Tengah, pasti yang langsung kepikiran ya rumah Joglo. Selain punya nilai sejarah yang dalam banget, rumah Joglo ini juga jadi simbol identitas masyarakat Jawa. Kayak rumah Gadang untuk orang Minang, Joglo punya peran penting sebagai cerminan budaya dan tradisi.
Uniknya, desain rumah Joglo bukan cuma soal bentuk atapnya yang khas, tapi juga filosofi yang terkandung di dalamnya. Setiap bagian rumah ini punya makna, dari tiang sampai ruangannya, yang mencerminkan harmonisasi antara manusia, alam, dan Tuhan. Makanya, gak heran kalau pesonanya sampai sekarang masih memikat banyak orang.
Keunikan Rumah Joglo
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Joglo itu gaya bangunan khas Jawa yang atapnya mirip trapesium. Nah, yang bikin rumah Joglo ini unik bukan cuma bentuk atapnya aja, tapi juga setiap bagian bangunannya punya fungsi dan makna yang beda-beda.
Biasanya, rumah Joglo tradisional punya denah khusus yang terbagi ke beberapa ruang. Misalnya ada ruang tengah yang biasanya dipakai buat kumpul keluarga, lalu ada bagian depan buat tamu, dan beberapa area lain yang punya fungsi masing-masing.
Ini semua dirancang dengan filosofi yang dalam supaya rumah gak cuma nyaman tapi juga punya nilai budaya yang kuat.
Pendopo
Pendopo itu salah satu bagian paling khas dari rumah Joglo yang sering banget kita lihat. Fungsinya sebagai ruang terbuka buat menjamu tamu, jadi tempat yang asik buat ngobrol santai bareng keluarga atau tamu yang datang. Makanya, nggak heran kalau konsep pendopo ini sering banget jadi inspirasi buat rumah modern minimalis yang sekarang banyak dipakai.
Konsep ruang terbuka dari pendopo bikin suasana rumah jadi lebih lega dan nyaman, apalagi buat yang suka kumpul-kumpul atau acara keluarga. Jadi, selain punya nilai tradisional, rumah Joglo juga tetap relevan banget buat gaya hidup masa kini.
Pringgitan
Nah, ada juga bagian yang namanya pringgitan. Ini ruang tengah yang biasanya dipakai buat nerima tamu, tapi tetap terasa dekat sama pemilik rumah. Jadi, tamu nggak langsung masuk ke ruang pribadi, tapi juga nggak jauh banget dari pemilik rumah.
Biasanya pringgitan ini jadi jembatan penghubung antara pendopo sama omah, jadi semacam ruang transisi gitu. Menariknya, pringgitan punya atap khas yang disebut limasan atau atap kampung, yang bikin tampilannya makin unik dan nggak kalah keren dari bagian Joglo lain.
Omah
Omah, yang kadang disebut omah ndalem atau omah njero, ini adalah ruang utama tempat anggota keluarga berkumpul dan beraktivitas sehari-hari. Kata “omah” sendiri asalnya dari bahasa Austronesia yang artinya rumah, jadi memang tempat tinggal inti keluarga.
Biasanya, omah ini punya bentuk persegi panjang atau model limasan dengan lantai yang agak ditinggikan. Selain itu, bagian ini juga dihias dengan ornamen-ornamen unik yang nggak cuma bikin rumah kelihatan cantik, tapi juga punya makna budaya yang dalam banget.
Senthong
Senthong itu bagian dalam rumah Joglo yang biasanya jadi kamar, dan terbagi jadi tiga—senthong kanan, senthong kiwa (kiri), sama senthong tengah. Jadi, tiap bagian punya fungsi masing-masing.
Biasanya senthong ini ruang tertutup yang bisa dipakai buat kamar tidur, dapur, kamar mandi, bahkan buat nyimpen hasil pertanian. Nah, yang paling spesial itu senthong tengah, karena secara tradisional jadi kamar pasangan pengantin baru. Biasanya ruangan ini dihias semewah mungkin, karena dipercaya jadi tempat tinggal Dewi Sri, sang dewi padi yang melambangkan kesuburan dan kemakmuran.
Pedepokan
Pedepokan ini salah satu bagian penting dari rumah Joglo yang biasanya dipakai buat beribadah atau tempat buat menenangkan diri. Tempat ini dianggap sakral, jadi sering dipakai untuk menjalankan berbagai ritual adat yang punya makna dalam banget buat pemilik rumah.
Selain itu, pedepokan juga jadi semacam ruang perlindungan diri, tempat yang bikin suasana hati jadi tenang dan damai. Jadi, rumah Joglo nggak cuma soal bangunan fisik, tapi juga punya sisi spiritual yang kuat banget.
Saka
Saka itu bagian penting dari struktur rumah Joglo, yang berfungsi sebagai penyangga utama bangunan. Menariknya, saka mewakili empat arah mata angin—timur, selatan, utara, dan barat. Di saka guru (tiang utama), ada yang namanya tumpang sari, yaitu susunan pola unik yang biasanya terbalik dan jadi ciri khas arsitektur Joglo.
Meski desain rumah Joglo sangat kental dengan gaya Jawa, ternyata arsitekturnya juga banyak dipengaruhi oleh budaya dan ajaran Hindu. Jadi, rumah ini bukan cuma soal fisik, tapi juga kaya akan nilai filosofi dan spiritual yang dari zaman dulu sudah diwariskan.
Makanya, ajaran keagamaan yang dianut masyarakat itu nggak cuma pengaruh ke cara mereka hidup dan berinteraksi, tapi juga sampai ke bentuk rumah yang mereka bangun. Gak cuma soal sosial doang, tapi filosofi dan nilai agama juga tercermin lewat arsitektur rumah Joglo ini.
Jadi, rumah adat Joglo itu sebenarnya kayak cerita hidup masyarakatnya yang dituangkan dalam bentuk bangunan, yang penuh makna dan kearifan lokal.
Umumnya, bangunan rumah adat yang masih ori hampir serupa dengan pura umat Hindu di India. Pelan tapi pasti, perkembangannya kian tak terbendung.
Selain dikenal dengan nama rumah Joglo, rumah adat ini juga punya julukan lain, yaitu rumah Tikelan. Nama ini muncul karena atapnya yang unik, terlihat kayak “tikel” atau patah jadi tiga bagian.
Nah, bagian paling atas dari atap itu yang disebut Joglo atau brunjung. Bagian ini ditopang oleh empat tiang utama yang disebut saka guru, yang jadi penyangga kuat sekaligus simbol penting dalam arsitektur rumah Joglo.
Kalau dibandingin sama tiang-tiang lain, saka guru ini ukurannya paling besar dan paling panjang. Tiang-tiang utama ini berdiri kokoh di atas landasan batu yang disebut ompak, jadi pondasi rumah Joglo makin kuat.
Total tiang di rumah Joglo ada 36 buah, yang terdiri dari 4 saka guru, 12 saka penanggap, dan 20 saka rawa. Seru banget, ya! Nah, lantai yang dikelilingi saka penanggap biasanya lebih tinggi daripada lantai di sekitarnya, ini juga bagian dari desain unik rumah Joglo.
Jenis Rumah Joglo
Berikut ini Jenis Rumah Adat Joglo yang ada di Masyarakat Jawa:
Rumah Joglo Sinom
Rumah adat Jonglo Sinom menggunakan 36 tiang dan empat diantaranya yang merupakan saka guru. Rumah adat Jawa ini memiliki atap dengan empat sisi dan masing-masing memiliki tiga tingkat dan satu bubungan.
Omah atau rumah utama pada jenis ini memiliki tata letak persegi panjang dengan lantai yang ditinggikan.
Pada dasarnya, rumah adat ini akan dikelilingi oleh teras Rumah adat Joglo atau yang biasa dinamakan pringgitan yang menghubungkan pendopo dengan omah.
Rumah Joglo Pangrawit
Rumah adat Joglo Pangrawit ini memiliki lambang gantung dan atap berbentuk kubah dan telah dilengkapi dengan tiang di setiap sudut (saka). Bentuk rumah adat Jawa ini sering menjadi inspirasi arsitektur Rumah Joglo modern.
Rumah Joglo Jompongan
Rumah adat Jawa Tengah, Joglo Jompongan memiliki ciri khas atap yang bersusun dua dan memiliki bubungan atap yang memanjang ke arah samping kanan dan samping kiri.
Biasanya, Joglo Jompongan menggunakan pintu geser dan memiliki denah lantai yang cenderung bujur sangkar.
Selain itu, bangunan Joglo Jompongan biasanya tidak banyak menggunakan ornamen hiasan pada atap sehingga terkesan polos.
Rumah Joglo Mangkurat
Rumah Joglo Mangkurat memiliki ciri khas atap yang bersusun tiga sudut dengan kemiringan yang berbeda-beda.
Biasanya rumah adat Jawa ini memiliki batas di antara sudut dengan pemakaian lisplank. Bentuk atap rumah adat joglo mangkurat biasanya memiliki susunan atap yang lebih tinggi pada bagian tengah.
Rumah Joglo Hageng
Rumah Joglo Hageng memiliki ciri atap tritisan keliling yang luas serta bangunan yang lebih besar. Rumah ini memiliki proporsi atap utama yang lebih besar dibandingkan dengan joglo Mangkurat atau Pangrawit.
Joglo Hageng juga memiliki tratak keliling yang terlihat seperti istana sehingga terlihat lebih menarik dan berkelas.
Rumah Joglo Lawakan
Rumah adat Jonglo Lawakan memiliki ciri khas atap yang bersusun dua dengan bentuk yang terlihat sederhana.
Atap yang terletak di Joglo Lawakan lebih meruncing ke atas namun tetap memiliki atap yang landai ke bawah dan ukuran yang lebar.
Rumah Joglo Panggang Pe
Rumah adat Jonglo yang terakhir adalah Joglo Panggang Pe. Keunikan rumah adat Joglo Panggang Pe terletak pada penggunaan empat hingga enam tiang.
Selain di Jawa Tengah, rumah Joglo juga banyak ditemukan di Jawa Timur bagian barat, yang biasa disebut daerah kulonan. Ini karena dulu wilayah itu masih masuk wilayah Kerajaan Mataram, jadi nggak heran kalau corak rumah Joglo banyak tersebar di sana.
Jadi, rumah Joglo ini sebenarnya nggak cuma jadi ikon Jawa Tengah aja, tapi juga bagian dari warisan budaya yang nyebar ke daerah sekitar, khususnya yang punya sejarah erat sama Kerajaan Mataram.