PortalMadura.Com – Nama Soerastri Karma Trimurti atau yang biasa disebut S.K. Trimurti ini tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa dan punya tempat khusus dalam sejarah pergerakan perempuan.
S. K. Trimurti merupakan istri dari Sajuti Melik yang juga sama-sama berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Di masa lalu, SK Trimurti bergerak sesuai dengan nuraninya. Dia sama sekali tidak takut dengan Belanda dan terus melakukan kritik dari tulisannya yang pedas.
Akibat hal ini, SK Trimurti harus rela keluar-masuk penjara beberapa kali untuk membela negeri ini. Dia adalah seorang jurnalisme Indonesia yang terus berjuang seumur hidupnya. Untuk itu mari sejenak mengingat dan mengenal sejarah dan perjuangan SK Trimurti.
Awal Kehidupan SK Trimurti
SK Trimurti lahir pada 11 Mei 1912 dari keluarga berdarah biru yang ada di Boyolali, Jawa Tengah. Beranjak dewasa dia sekolah dan ingin maju seperti halnya kaum pria dan bangsawan. Dia mengikuti perkembangan dunia perjuangan di Indonesia hingga akhirnya mendengarkan pidato dari Bung Karno dan membuatnya jadi semangat untuk berjuang di garis depan meskipun dia seorang wanita.
Setelah lulus dari Sekolah Ongkoro Loro, SK Trimurti sempat menjadi seorang guru. Namun, dia dipenjarakan oleh Belanda pada tahun 1936 lantaran menyebarkan pamflet anti penjajah. Dia menyebarkannya secara diam-diam agar masyarakat tergerak dan mau melawan Belanda yang terus menggerogoti Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu.
Menjadi Seorang Jurnalis yang Andal
Setelah dipenjara oleh Belanda lantaran menyebarkan pamflet propaganda, SK Trimuti memutuskan untuk terjun sebagai jurnalis. Dengan profesi barunya ini, dia mampu memberikan kritik yang pedas kepada Belanda di berbagai media. Dia bekerja di media massa Indonesia seperti Genderang, Pikiran Rakyat, dan Bedung.
Berkat keberaniannya dalam memberikan kritik tajam, dia semakin dikenal oleh aktivis anti kolonial. Berkat aksinya mengkritik Belanda, SK Trimurti dianggap sebagai Srikandi dunia jurnalisme yang dipuja banyak orang. Melalui pikirannya yang tajam, dunia jurnalisme di Indonesia semakin bergerak maju dalam melawan ketertindasan yang diberikan oleh Belanda selama ratusan tahun.
Pejuang yang Pernah Menolak jadi Menteri
Melihat sepak terjang dari SK Trimurti, Pemerintah Indonesia yang kala itu sedang berjalan tidak mau menyia-nyiakan kehebatannya. SK Trimurti akhirnya ditawari sebagai Menteri Perburuhan dengan gaji yang kecil. Awalnya dia menolak namun jiwa cinta tanah air membuat SK Tri Murti mau menerima jabatan itu meski kehidupannya jadi serba kekurangan.
Setelah menjalankan pekerjaan dari Menteri, dia memutuskan untuk melanjutkan kuliah. Awalnya dia sempat ditawari menjadi menteri lagi, bahkan kali ini Bun Karno yang memintanya. Sayangnya dia menolak karena ingin berkonsentrasi dengan karier dan menganggap pekerjaan itu tidak pantas. Mengetahui hal ini Bung Karno sempat marah, namun beliau tidak bisa melakukan apa-apa.
Hidup Sederhana hingga Akhir Hayat
Memasuki usia pensiun, SK Trimurti mendapatkan rumah elit di kawasan Menteng. Namun, dia menolak karena dengan tinggal di sana, dia tidak bisa menyatu dengan rakyat bawah. Dia akhirnya memilih hidup di rumah sederhana dan aktif dengan kegiatan-kegiatan kampung yang sangat menghormati jasa beliau di masa lalu.
Meski usianya sudah tua, SK Trimurti masih aktif dalam berjuang. Di usianya yang mencapai 82 tahun, dia masih bisa naik bis sendiri untuk melakukan diskusi-diskusi. Saat hidup, SK Trimurti merasakan masa-masa perjuangan, orde lama, orde baru, hingga reformasi. Saat usianya mencapai 96 tahun, dia meninggal dengan tenang meninggalkan semua perjuangannya untuk negeri ini.
Inilah kisah dari SK Trimurti yang merupakan wartawan legendaris Indonesia. Di tangannya, perjuangan tidak pernah berakhir meski usia telah menua.(boombastis.com/choir)