Opini  

Stigma Masyarakat akan Penularan HIV/AIDS

Avatar of PortalMadura.Com
Stigma Masyarakat akan Penularan HIV/AIDS
Leony Adya Salsabila

Bukan hal yang berlebihan apabila penurunan stigma merupakan langkah penting dalam membendung HIV/AIDS. Sebenarnya yang membunuh itu bukan penyakitnya tetapi deskriminasi dan kebencian yang di dapat. Sudah banyak kebijakan atau program yang dilakukan pemerintah dalam pencegahan akan HIV/AIDS. Namun, stigma yang ada sangat sulit di hilangkan.

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit.

Melihat akan kasus HIV/AIDS di Jawa Timur yang bertambah 6.145 kasus sepanjang 2022. Secara kumulatif, kasus HIV/AIDS di Jawa Timur ada sebanyak 84.959.

“Sepanjang tahun 2022 sampai bulan Oktober berdasarkan data kami yang kami input dari kabupaten/kota, ada tambahan 6.145 kasus. Kumulatif sebanyak 84.959 di Jawa Timur,” kata dr Erwin Astha Triyono, Kadinkes Jatim, dalam keterangan pers, Kamis (1/12/2022).”

Bertambahnya kasus HIV/AIDS merupakan bukti bahwa edukasi mengenai stigma dan deskriminasi dalam masyarakat itu penting. Masyarakat melabeli kemudian mengaitkan dengan stereotip negatif yang menyebabkan cara pandang buruk. Ketakutan akan hal itu mengecilkan hati ODHA untuk mengungkapkan status mereka. Akibatnya tingkat risiko kematian ODHA tinggi dan penularan HIV/AIDS semakin meluas.

Ada faktor yang mempengaruhi. Pertama, persepsi akan penularan. Masyarakat yang beranggapan bahwa berinteraksi langsung menyebabkan penularan HIV/AIDS, nyatanya penularan tidak dapat berlangsung hanya dengan berinteraksi sehari hari.
Kedua, masyarakat selalu berangggapan bahwa ODHA dapat mengancam jiwa dan berujung kematian. Ketiga yaitu persepsi buruk akan ODHA yang selalu dikaitkan dengan perilaku seks bebas, hubungan homoseksual, dan penggunaan narkoba suntik.

Stigma buruk bahkan muncul dari layanan kesehatan. Stigma dalam bentuk pelecehan verbal, pelayanan penempatan papan status pasien, bergosip tentang status pasien, menghindari untuk melayani pasien ODHA, mengisolasi pasien ODHA, dan lainnya.

Dukungan akan hilangnya stigma itu penting. Mulai dari masyarakat, kebijakan lembaga sosial hingga layanan kesehatan. Dalam bidang pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan membantu penderita untuk mengatasi ketakutan terhadap status HIV/AIDS dan mengajarkan keterampilan dalam menangani penderita.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya stigma di masyarakat dapat dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat dalam mempromosikan gerakan anti stigma.
Kebijakan dari lembaga sosial dapat dilakukan dengan edukasi mengenai pentingnya timbul kesadaran dan pengetahuan akan penularan HIV/AIDS, meningkatkan komunitas organisasi, konseling langsung dengan ODHA, juga undang undang yang melindungi ODHA dan mengganti hukum adat yang negatif.(**)

Pengirim : Leony Adya Salsabila
Mahasiswa lol Universitas Muhammadiyah Malang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.