Tak Berkategori  

Studi Terbaru: Pria di Negara Miskin Rentan Depresi

Avatar of PortalMadura.com
Studi Terbaru Pria di Negara Miskin Rentan Depresi
Ilustrasi

PortalMadura.Com – Dalam kehidupan di dunia, setiap orang pasti akan menemui sebuah masalah. Problematika ini tidak bisa dihindari oleh siapapun juga. Jika tidak dihadapi dengan bijak dan baik kemungkinan seseorang akan mengalami .

Tahukah Anda, depresi merupakan penyebab utama gangguan jiwa di seluruh dunia. Apabila tidak ditangani, depresi dapat mendorong penyalahgunaan obat, kecemasan, bahkan bunuh diri.

Dengan kata lain, kondisi ini bisa memengaruhi banyak orang, yang menyebabkan hilangnya kesenangan dalam kegiatan yang awalnya membawa kegembiraan.

Selain itu, depresi juga dapat menyebabkan perasaan tidak berharga, ketidakseimbangan seperti tidur berlebihan atau susah tidur, dan memicu pikiran untuk bunuh diri.

Kondisi inilah yang diteliti oleh kandidat doktor di University of Cambridge, Olivia Remes. Dia menemukan, pria yang tinggal di negara miskin lebih mungkin mengalami depresi. Namun, hal ini tidak ditemukan pada wanita.

Lebih lanjut, Remes menjelaskan, ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami risiko berat.

“Pernah didiagnosis mengidap penyakit kronis serius, seperti diabetes atau kanker, sekarang atau di masa lalu, dapat meningkatkan risiko Anda terpapar depresi,” kata Remes.

Tidak hanya itu, trauma di masa lalu seperti pelecehan fisik atau ‘seksual', dibesarkan dalam keluarga yang disfungsional juga bisa memicu depresi.

“Bagaimanapun, hal-hal tadi adalah keadaan pribadi yang dapat memengaruhi kesehatan mental Anda secara negatif. Sebagian besar penelitian tentang depresi memang berfokus pada faktor-faktor pribadi seperti itu,” katanya.

Namun, ada faktor risiko eksternal yang bisa menyebabkan seseorang mengalami depresi. Salah satunya latar belakang tempat tinggal Anda.

Penelitian sebelumnya menemukan, situasi kawasan masyarakat ekonomi bawah dapat menggangu kesehatan fisik penduduk daerah itu, bahkan berujung kematian dini.

Remes dan tim kemudian menindaklanjuti penelitian tersebut. Dia dan tim ingin mengetahui apakah tinggal di daerah miskin juga dapat berdampak bagi kesehatan mental penduduk pria dan wanita.

Faktor pribadi turut diperhitungkan dalam kajian ini. Untuk menjawab pertanyaan itu, Remes menggunakan data dari salah satu penelitian terpanjang di Inggris tentang kesehatan, penyakit kronis, dan cara orang menjalani kehidupan mereka: EPIC-Norfolk.

Studi tersebut dilakukan pada lebih dari 20 ribu responden yang mengisi kuesioner rinci tentang kesehatan mental dan riwayat medis mereka. Kode pos responden dikaitkan dengan survei ini untuk menentukan apakah mereka tinggal di komunitas bawah.

Selanjutnya, lima tahun perhitungan tingkat ‘kemisikinan', peserta mengisi kuesioner psikososial untuk menentukan apakah mereka menderita gangguan depresi mayor.

Menggunakan teknik statistik, hubungan antara kawasan miskin dan depresi diperiksa. Perhitungan juga mencakup riwayat medis, pendidikan, kelas sosial, dan faktor penting lainnya.

“Studi kami menyimpulkan, tinggal di daerah ekonomi bawah memang mempengaruhi kesehatan mental, setidaknya pada pria,” ungkapnya.

Bisa dikatakan, mereka menemukan, pria yang tinggal di daerah yang paling miskin memiliki kemungkinan 51 persen lebih besar mengalami depresi daripada mereka yang tinggal di daerah yang tidak berkekurangan.

Menariknya, hasilnya survei tidak menunjukkan hubungan kausalitas terhadap wanita. “Studi kami tidak menentukan alasan mengapa fenomena itu mungkin terjadi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjawab pertanyaan tersebut,” kata Remes.

Meskipun demikian, ada kemungkinan banyak pria di Inggris dan di bagian dunia lainnya masih merasakan tanggung jawab utama untuk menyediakan nafkah dan mendukung keberlangsungan keluarga mereka.

Sebuah studi baru-baru ini menyelidiki risiko depresi pria dan wanita. Tujuan kajian itu untuk menunjukkan bahwa pria lebih dipengaruhi ‘kegagalan pada tugas utama, seperti capaian kerja dan kegagalan untuk menyediakan nafkah untuk keluarga secara memadai”.

Penelitian menunjukkan bahwa pria tampaknya lebih sensitif terhadap faktor stres tertentu di tempat tinggal mereka, seperti pekerjaan dan keuangan. Tapi, hal itu tidak terjadi pada wanita.

Di sisi lain, tingkat depresi wanita lebih dipengaruhi faktor yang berasal dari hubungan dan jejaring pergaulan mereka.

Faktor seperti kehangatan orang tua yang rendah dan kepuasan terhadap rumah tangga yang rendah, misalnya, adalah yang benar-benar dapat memengaruhi kesehatan psikologi wanita.

Banyak faktor yang mungkin ada di balik kecenderungan ini. Namun di Inggris, pria tiga kali lebih mungkin meninggal karena bunuh diri daripada wanita. Akar penyebab mengapa pria bergelut dengan situasi itu masih harus diselidiki.

Baca Juga : Benarkah Dengarkan Musik Sedih Bisa Obati Depresi? Ini Jawaban Para Ilmuwan

Sementara itu, di daerah miskin, wanita berisiko lebih rendah mengalami depresi ketimbang pria. Kajian lain menunjukkan, wanita lebih cenderung cemas.

Sekali lagi, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengukur pada dampak lingkungan perumahan terhadap pada kesehatan mental dari perspektif gender.

Banyak orang hidup dalam kekurangan di seluruh dunia dan depresi adalah penyebab utama kecacatan pada skala global.

“Mengetahui bagaimana pria dan wanita dipengaruhi kesulitan hidup dalam kemiskinan dapat membantu memfokuskan perawatan kesehatan psikologi. Kajian ini merupakan langkah maju yang berharga,” catatnya.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.