PortalMadura.Com, Sumenep – Tepat jam dinding menunjukkan pukul 12.30 WIB, Senin (4/12/2017), seorang gadis belia mengenakan baju warna ungu kombinasi hijau toska dengan bawahan celana hitan terlihat membawa karung plastik bening yang berukuran lebih besar dari badannya.
Rasa lelah seakan tidak tersirat di wajahnya. Ia mondar-mandir di halaman Kepolisian Resort Sumenep, Madura, Jawa Timur, dengan seorang pria berkopiah hitam, baju lengan pendek dan sarung kotak-kotak sedikit kusut. Sebatang rokok lintingan sesekali dihisap mewarnai aktivitasnya.
Si-anak itu mulai membuka sejumlah tong sampah di pojok-pojok kantor Kepolisian Resort Sumenep dan memunguti botol-botol bekas yang tidak lagi bernilai bagi orang lain. Anak gadis berparas cantik itu riang saat mendapati banyak botol bekas.
Ia adalah Asni (9), seorang siswa kelas 4 SDN Kacongan, Kecamatan Kota Sumenep. Seusai sekolah, Asni setiap hari tanpa absen dan rela ikut membantu bapaknya, Salamet (55) untuk mengais rezeki dari sampah.
Asni tidak merasa terpaksa membantu bapaknya dan semata-mata hanya ingin selalu bersamanya. Asni yang merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara lebih akrab sama bapaknya.
“Asni akan bertanya jika tidak bertemu saya di rumah. Asni ini dekat dengan saya,” ujar Salamet pada PortalMadura.Com.
Berbekal sebuah becak, bapak-beranak ini berangkat dari salah satu bangunan milik SDN Kacongan yang selama ini dijadikan tempat tinggalnya menuju Polres Sumenep. Di sana, mereka akan berpencar mencari dan mengumpulkan barang bekas.
Tidak ada tempat lain yang dijadikan tujuan untuk mengumpulkan botol-botol bekas tersebut. Setiap hari hanya menuju halaman Mapolres Sumenep, di Jl. Urip Sumoharjo No. 35, Pabian, Kota Sumenep.
“Ke sini ya mencari plastik, kardus, kertas. Hasil tiap pekan bisa mencapai seratus lima puluh ribu, kadang hanya seratus ribu rupiah,” terangnya dan sesekali sambil berucap syukur.
Untuk biaya dan kebutuhan sekolah Asni, pria asal Dusun Podak ini mengaku tidak mengalami kesulitan. Semuanya telah ditanggung oleh pihak sekolah.
“Mereka paham kondisi saya, jadi sekolah sering memberi bantuan. Biaya sekolah anak kembar saya juga ditanggung,” katanya.
Asni ternyata mempunyai kakak kandung yang lahir kembar. Usianya tidak terpaut jauh. Kakak kandungnya itu, kini duduk di bangku kelas 5 di sekolah yang sama.
Dengan tiga anak yang masih butuh perhatian khusus itu, maka Program Keluarga Harapan (PKH) yang ia dapatkan tidak cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, mengingat cairnya bantuan tersebut hanya sekali dalam kurun waktu 3 bulan.
Pengakuan Salamet, ia telah mengajukan permohonan bantuan lain kepada pemerintah setempat, namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut atas permohonannya tersebut.
“Katanya akan ada bantuan, tapi mana?. Sampai sekarang belum ada,” keluhnya.
Mengakhiri perbincangannya dengan PortalMadura.Com, Salamet dan Asni pamit untuk pulang meski karung plastik bening yang dibawa Asni belum terisi sampai separuh.
Adakah yang peduli dengan anak tersebut?. PortalMadura.Com menggelar baksos dan bisa kontak via WhatsApp di 081913604888. (Vivin/Har)
**) Ikuti berita terbaru PortalMadura.com di WhatsApp, Telegram Google News klik Link Ini dan jangan lupa Follow