Tata Rias Penganten Madura Yang Terkubur

Avatar of PortalMadura.com

PortalMadura.Com, Sumenep – Tata [pengantin] Madura khususnya di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, memiliki pakem tersendiri.

PortalMadura.Com, Jumat (11/9/2020) mengutip dari laman lontarmadura.com disebutkan ada tiga jenis rias dan busana penganten.

“Istilahnya paes. Yaitu paes legha, kapotren, dan lilin,” tulisnya.

Ketiga jenis rias dan busana penganten tersebut sulit ditemukan atau mulai “terkubur” seiring dengan perkembangan zaman.

Dari aspek sejarah, ritual penganten di Madura berlangsung tiga malam. Jadi, tata rias dan busana penganten dari ketiga tersebut [paes legha, kapotren, dan lilin] memiliki banyak makna.

Paes Legha

dok. Tanpangantanan Sumenep pada rangkaian peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep yang ke-747 tahun 2016. Disbudparpora Sumenep bersama PortalMadura.Com (@portalmadura.com)
[ilustrasi] dok. Tanpangantanan Sumenep pada rangkaian peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep yang ke-747 tahun 2016. Disbudparpora Sumenep bersama PortalMadura.Com (@portalmadura.com)
Pada perayaan malam pertama, menggunakan tata rias dan busana legha. Riasan ini terbilang paling kaya pernak-perniknya.

Riasannya, hampir tidak beda dengan paes penganten Jawa atau Jogja [paes ageng], kecuali ditiadakannya kinjengan [hiasan yang dipasang pada tengah paesan dan berbentuk mirip kinjeng atau capung], jahitan mata dan jahitan pada alis.

Pada bagian sanggul yakni sanggul gelung malang bentuknya menyerupai angka delapan, berisi irisan daun panda dibungkus rajut panjang. Aksesorisnya beragam, ada kaco' [hiasan dahi], peces [hiasan di atas kaco'], sisir [hiasan di belakang peces] dan jamang [mahkota].

Ada hiasan giwang khusus dan kalung berbahan kain beludru hitam berbentuk bulan sabit. Selain itu, klat bahu kuning emas, gelang empelan, serta buntalan melati yang panjangnya lebih dari 1 meter.

Busana pengantin pria paes legha hampir tak jauh beda, kecuali beberapa tambahan seperti memakai keris dengan untaian melati kering dengan bawang sebungkul.

Paes Kapotren

dok. Tanpangantanan Sumenep pada rangkaian peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep yang ke-747 tahun 2016. Disbudparpora Sumenep bersama PortalMadura.Com (@portalmadura.com)
[ilustrasi] dok. Tanpangantanan Sumenep pada rangkaian peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep yang ke-747 tahun 2016. Disbudparpora Sumenep bersama PortalMadura.Com (@portalmadura.com)
Busana paes kapotren merupakan paduan antara kebaya berbahan beludru dengan kain batik khas Madura yang dikenal dengan sebutan samper sarong.

Pada malam kedua atau yang terlibat dalam resepsi ini meliputi pinisepuh [para orang tua kedua mempelai] dan keluarga dekat serta kedua mempelai [tidak ada unsur lainnya].

Paes Lilin

dok. Tanpangantanan Sumenep pada rangkaian peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep yang ke-747 tahun 2016. Disbudparpora Sumenep bersama PortalMadura.Com (@portalmadura.com)
[ilustrasi] dok. Tanpangantanan Sumenep pada rangkaian peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep yang ke-747 tahun 2016. Disbudparpora Sumenep bersama PortalMadura.Com (@portalmadura.com)
Pada malam perayaan ketiga atau malam puncak, kedua mempelai dihias dengan paes lilin.

Penyebutan paes lilin karena busana kebaya yang dipakai berwarna putih. Pada kebaya mempelai perempuan disematkan riasan melati berbentuk lilin yang merupakan lambang kesucian.

Perayaan hingga tiga malam dengan pakem paes legha, kapotren, dan lilin kini sulit ditemukan di tengah kehidupan masyarakat Madura.

Umumnya, hajatan hanya berlangsung satu hingga dua hari. Itu pun tata rias penganten yang dikenakan sudah banyak mengalami perubahan dan modifikasi.(*)

Tonton Juga Video Bertabur Uang, Timangan Penganten bersama Rukun Karya

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.