PortalMadura.Com, Washington – Sebuah laporan menyimpulkan bahwa serangan teroris muslim mendapatkan pemberitaan 357 persen lebih tinggi dibanding teror yang dilakukan oleh kelompok lain.
Laporan tersebut diterbitkan pada Januari, menganalisis pemberitaan media AS tentang 136 serangan teroris dari 2006 dan 2015. Pemberitaan teroris muslim lebih tinggi meski pelakunya hanya 12 persen dari keseluruhan teror.
Sebagian kecil dari serangan ini menerima setengah dari total liputan media selama jangka waktu sembilan Tahun, menurut penelitian.
“Apakah liputan yang tidak proporsional adalah keputusan sadar jurnalis atau tidak, stereotip ini memperkuat narasi budaya tentang apa dan siapa yang harus ditakuti,” tulis para penulis. dilaporkan Anadolu Agency, Rabu (20/3/2019).
Kemunculan kembali penelitian itu terjadi setelah seorang teroris, dan Nasionalis berkulit putih, membunuh 50 jamaah di dua masjid di Selandia Baru, Jumat lalu.
Teroris merilis sebuah manifesto sebelum serangan di mana dia memuntahkan retorika anti-imigran dan anti-Muslim, dan mengatakan dia mendukung Presiden AS Donald Trump sebagai simbol “identitas putih”.
Studi ini dilakukan oleh Universitas Alabama dan Georgia State University, menggunakan data dari Global Terrorist Database – database sumber terbuka peristiwa teror dari 1970 hingga 2017
“Perbedaan dalam liputan berita tentang serangan berdasarkan agama pelaku dapat menjelaskan mengapa anggota Masyarakat cenderung takut pada ‘teroris Muslim’ sementara mengabaikan ancaman lain,” kata penelitian itu.