Ulat Maggot Dongkrak Ekonomi Warga Kepanjin Sumenep

Avatar of PortalMadura.Com

PortalMadura.Com, – Membudidayakan ulat atau belatung menjadi salah satu inovasi unggulan dalam mendongkrak perekonomian warga , Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

“Setiap fase metamorfosisnya dapat dimanfaatkan oleh pembudidaya maggot. Setiap fase bisa menghasilkan. Dari telur, larva (baby maggot), sampai kasgotnya (kotoran bekas maggot) dapat dijual,” kata Ainur Rahman, salah seorang pembudidaya ulat maggot, pada portalmadura.com, Sabtu (21/10/2023).

Sedangkan maggot sendiri merupakan hasil metamorfosis dari serangga bersayap berupa lalat tentara hitam (black soldier fly). “Secara alamiah, black soldier fly (BSF) jantan hanya hidup untuk kawin satu kali dan tidak makan, lalu mati. Sedangkan BSF betina hanya untuk bertelur atau setelah kawin tiga kali akan mati,” terangnya.

Siklus hidupnya, dari telur hingga dewasa rerata sekitar 45 hari. Seekor BSF betina dewasa bertelur antara 206-639 telur sekaligus. Telur itu menetas dalam waktu sekitar 4 hari, kemudian menjadi larva (baby maggot), larva dewasa, prepupa, pupa dan menjadi lalat dewasa.

Maggot itu sendiri dikembangkan pada biopond (tempat pembesaran maggot) selama 21 hari dengan diberi pakan sampah organik. Pada proses perubahan bentuk secara bertingkat dalam pertumbuhan dan perkembangannya (metamorfosis) menjadi ladang ekonomi baru bagi warga Kelurahan Kepanjin, Sumenep.

Dry maggot (dikeringkan) tidak sampai 1 ons saya jual Rp15 ribu, kalau perkilonya Rp150 ribu. Sedangkan kasgotnya (kotoran) untuk pakan burung dan ikan, saya jual Rp.5 ribu per 1/2 kilogram,” terangnya.

Ulat Maggot Dongkrak Ekonomi Warga Kepanjin Sumenep
Kasgot atau kotoran maggot bernilai ekonomis

Permintaan ulat maggot sangat tinggi, baik di wilayah Madura sendiri, lebih-lebih permintaan dari Jawa. “Saya kewalahan dalam mencukupi permintaan itu. Sebab, ulat maggot yang dibudidaya juga dijadikan pakan burung puyuh oleh warga di sini,” katanya.

Dengan diberi pakan maggot, kata dia, memiliki nilai ekonomi tinggi yakni berpengaruh pada berat telur burung puyuh. “Misalnya, per seratus ekor puyuh bisa menghasilkan 1 kilogram telur dalam sehari, jika diberi pakan maggot sebagai vitaminnya, berat telur bertambah. Pengaruhnya pada berat telur,” jelasnya.

Sementara, Lurah Kepanjin, Sumenep Ernawati menyampaikan, budidaya maggot mulai banyak dikembangkan oleh warganya. “Saya dorong warga untuk membudidayakan maggot. Selain bernilai ekonomis, juga berdampak positif terhadap kebersihan lingkungan, karena pembudidaya maggot butuh sampah organik,” terangnya.

Melalui pembudidaya maggot, Kelurahan Kepanjin tidak lagi membuang sampah organik pada TPA. Semuanya dimanfaatkan oleh warga, baik untuk daur ulang pembuatan kompos maupun untuk kerajinan lainnya. Hasil dari kerajinan itu dijual di geleri.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.