PortalMadura.Com – Salah satu suku minoritas di China yang memiliki keturunan dari suku kuno Huihe yaitu Uighur. Memeluk agama Islam dan tersebar di Asia Tengah, muslim Uighur tidak mirip seperti orang China kebanyakan.
Perbedaan budaya dan gaya hidup sangat mencolok antara muslim Uighur dan warga China. Apalagi soal penampilan, khususnya wanita muslim Uighur yang tidak kalah cantik dengan artis dunia.
Penasaran dengan muslim Uighur? Sebagaimana dilansir PortalMadura.Com dari laman okezone.com, berikut beberapa fakta tentang muslim Uighur yang perlu dunia diketahui:
Tempat Lahirnya Bidadari Cantik
Meskipun tinggal di China, paras warga Muslim Uighur sama sekali tidak mirip dengan warga di sana. Mereka memang berkulit putih, namun memiliki sedikit corak Arab di wajahnya. Beberapa orang bahkan terlihat seperti blasteran Asia Timur hingga Eropa bak Turki.
Salah satu bagian tubuh yang paling membuat kagum adalah warna mata mereka yang coklat kehijauan, sangat unik karena berbeda dari orang kebanyakan. Banyak juga wanita Muslim Uighur yang terlahir dengan rambut pirang. Inilah yang membuat Uighur disebut sebagai tempat lahir para bidadari cantik di dunia.
Bukan Chinese
Suku Uighur berada di sebuah wilayah China bernama Xinjiang. Xinjiang sendiri memiliki arti “Perbatasan baru”. Secara administrative, mereka tetap masuk ke wilayah cakupan Republik China walaupun dari budayanya sangat berbeda. Di Xinjiang, Suku Uighur menjadi mayoritas dan hidup berdampingan dengan suku-suku lain seperti Kazakh.
Sebelum menjadi bagian dari China, Suku Uighur dan Xinjiang sebenarnya berdiri sendiri. Namun pada tahun 1949, wilayah mereka diklaim masuk ke China. Hal ini sempat menimbulkan protes besar-besaran. Hingga akhirnya pada tahun 1955, Mao Zedong yang merupakan tokoh filsuf dan pendiri Negara Republik Rakyat China berhasil menyelesaikan masalah ini.
Mayoritas Muslim
Sejarah mencatat pada akhir abad ke-9 dan awal abad ke-10, Islam menyebar ke bagian selatan Xinjiang. Penyebaran Islam ini berasal dari Asia Tengah pada pertengahan abad ke-14 di bawah paksaan Chagatai Khanate.
Kemudian Islam secara bertahap menjadi agama utama di Mongolia, Uighur, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan. Pada awal abad ke-16, Islam akhirnya menjadi agama utama di Xinjiang menggantikan agama Buddha.
Kontroversi
Seperti diketahui, mayoritas penduduk suku Uighur yang berada di China ini beragama Islam. Identitas inilah yang membuat mereka mendapat perlakuan buruk dari sebagian pihak. Menjelang bulan Ramadan, para pekerja, warga, dan siswa dipaksa berjanji untuk tidak berpuasa, bahkan melarang sepenuhnya beribadah. Akses untuk beribadah pun makin diperketat oleh pihak-pihak tertentu.
Bagi pihak berkuasa, puasa dan praktik keagamaan lain merupakan tanda perilaku ekstrimisme. Otoritas di sana memang sudah lama memandang agama yang terorganisasi sebagai ancaman terhadap loyalitas partai. Tidak main-main, siapa pun yang melanggar aturan akan mendapat hukuman tanpa pandang bulu.
Selain itu, Suku Uighur juga selalu dipersulit soal birokrasi seperti membuat paspor untuk naik haji hingga lapangan pekerjaan. Pasalnya, perusahaan di China lebih mempertimbangkan menerima Suku Han yang notabene hidup berdampingan dengan Suku Uighur. Oleh karena itu, Suku Uighur masih terus berupaya lepas dari China hingga saat ini.
Berkaitan dengan Turki
Melihat sejarah, Suku Uighur memang memiliki keterkaitan dengan Turki. Pasalnya, nenek moyang Uighur sendiri memang pecahan dari negeri Muslim Turki yang akhirnya tinggal di Xinjiang. Tidak heran jika dilihat dari segi fisik, orang-orang Uighur terlihat sedikit identik dengan orang Turki. Bahkan, masyarakat hingga Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kerap ikut buka suara saat Muslim Uighur diperlakukan buruk oleh penguasa. Menurut dia, minoritas Islam juga termasuk bagian dari kesatuan dan keutuhan suatu negara.
Wallahu a’lam bishawab.