VIDEO – Tayub Madura: Ritus Ekonomi Yang Semakin Marak di Bumi Madura

Avatar of PortalMadura.Com
VIDEO - Tayub Madura: Ritus Ekonomi Yang Semakin Marak di Bumi Madura
Penampilan sinden disalah satu hajatan warga Desa Kolpo, Batang-batang Sumenep

PortalMadura.Com – Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.168 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk hampir 4 juta jiwa.

Madura merupakan pulau kecil yang letaknya di sebelah timur pulau jawa. Madura memiliki banyak kesenian dan kebudayaan yang sudah ada dari sejak lama. Madura memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan masyarakat pada umumnya.

Masyarakat Madura memiliki corak, karakter dan sifat yang berbeda dengan masyarakat Jawa. Masyarakatnya yang santun, membuat masyarakat Madura disegani, dihormati bahkan “ditakuti” oleh masyarakat yang lain.

Berikut salah satu video budaya Tayub yang saat ini marak di masyarakat pedesaan, khususnya di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Endy Saputro, seorang staf dari CRCS, mempresentasikan sebuah diskusi tentang tayub di Wednesday Forum pada tanggal 11 November, 2009. Endy mendiskusikan bagian kecil dari penelitiannya, mengenai sebuah seni pertunjukkan tradisional di bagian timur pula Madura, dengan judul “Tayub in Madura: From Rites Economy to Symbolic Power”. Ini adalah sebuah topik menarik mengingat topik agama dan kebudayaan lokal kurang mendapatkan perhatian dari para siswa CRCS untuk mempelajarinya. Dengan demikian, presentasi ini adalah bagian dari apresiasi Endy untuk menyajikan sebuah topik yang sangat terhubung erat dengan isu-isu agama dan kebudayaan lokal.

Tayub di Madura dipandang sebagai sesuatu yang minor dan penuh dengan stereotip negatif, karena Madura dan wilayah lainnya di Pulau Jawa adalah mayoritas Muslim, meskipun demikian telah ada banyak beberapa sarjanawan yang meneliti Tayub, yang pertama adalah Clifford Geertz dalam bukunya Religion of Java, dimana Geertz mengkategorikan tayub adalah bagian dari tradisi kaum abangan. Robert Heffner di salah satu babnya Hindu Javanese, menulis tentang politik dan seni kebudayaan, dimana ia mendiskusikan tentang tayub didalamnya. Heffner menjelaskan bahwa tayub adalah bagian dari ritual masyarakat Hindu dan berubah ke seni kebudayaan yang popular.

Ketika Islam masuk ke wilayah Tengger, tayub dianggap sebagai tarian yang tidak Islami. Ada pula Felicia Hughes Freeland, yang menulis sebuah artikel “Tayuban: Culture on the Edge”, didasarkan pada studi lapangannya di Gunung Kidul. Felicia menemukan sebuah kesimpulan menarik, bahwa tayub juga menjadi bagian dari festival bersih desa dan menjadi arena politik dari kesultanan Yogyakarta. Ada pula Huysen, yang melakukan penelitian di Surakarta dan menemukan bahwa orang-orang Cina sesungguhnya juga mempunyai jenis seni pertunjukkan ini sebagai ritus mereka. Ada pula banyak penelitian mengenai tayuban lainnya yang diteliti di wilayah Banyumas, Banyuwangi dan wilayah lainnya.

Dalam presentasi Endy, dia membuat sebuah hubungan antara ritual ekonomi dan kekuasaan simbol di sebuah wilayah non pesantren di Madura. Jawa Timur. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa tayub cenderung dilihat sebagai seni pertunjukkan yang berubah ke arah dunia penghiburan. Sebaliknya, tayub di Madura memainkan peranan dalam mengkapitalisasikan ekonomi masyarakat lokal dan terus menjagai kekuasaan para pemimpin desa. Endy berargumen bahwa tayub merupakan tarian yang dijadikan sebagai arena mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Hasil riset tentang tayub klik disini

Lalu, bagaimana dengan perkembangan Tayub saat ini?. Bebas Anda berpendapat demi kebaikan seni budaya Madura kedepan.(Hartono)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.