PortalMadura.Com – Menggunakan Global Positioning System atau GPS saat bepergian ke suatu daerah yang belum pernah didatangi merupakan salah satu alternatif yang saat ini banyak dilakukan. Karena kecanggihan teknologi ini, suatu tempat bisa diketahui dengan mudah.
Kemudahan yang didapat saat mencari lokasi dan jalan di daerah yang tidak dikenal menjadikan banyak orang menjadi ketergantungan dan sangat percaya pada aplikasi ini. Namun, meskipun ini merupakan teknologi canggih juga bisa terjadi cacat atau eror.
Berikut ini beberapa kejadian tragis yang terjadi akibat kegagalan fungsi GPS:
Nyasar 1500 Kilometer
Seorang wanita berkebangsaan Belgia berumur 67 tahun, Sabine Moreau, dilaporkan oleh anaknya telah menghilang. Tiba-tiba, dia muncul sejauh hampir 1.500 kilometer dari tempat asalnya. Hal ini dikarenakan ia sekadar mengikuti anjuran GPS.
Sabine Moreau sebenarnya hanya butuh pergi sejauh 61 kilometer untuk pergi ke Brussels, ibukota Belgia. Namun entah karena salah input atau kesalahan GPS, dirinya justru pergi ke Zagreb, Kroasia yang jauhnya hampir 1.500 kilometer.
Tersesat ke Tempat Bernama Sama
Pada 2009 lalu, dua orang asal Swedia pergi ke Italia untuk liburan di kepulauan Capri. Namun, salah satu pria tersebut menginput lokasi Capri yang berbeda di aplikasi GPS. Keduanya justru mendatangi kota Capri yang merupakan kota industri di utara Italia. Sialnya, kota tersebut berada sejauh 640 kilometer dari pulau Capri.
Tenggelam ke Danau
Pada Juni 2011, 3 orang wanita akhirnya berhasil keluar dari mobil Mercedez-Benz yang tenggelam di danau. Diketahui, GPS yang terpasang di mobil mengarahkan mereka ke dermaga dan menceburkannya ke danau Mercer Slough di Washington, AS.
Mereka beralasan, gelapnya malam dan hanya mengandalkan GPS, tanpa sadar mereka akhirnya tercebur ke danau.
Kendarai Mobil Menuju Laut
Jika korban GPS tadi tercebur di danau, tiga orang turis Jepang di Australia berkendara menuju laut ketika road trip. Hanya mengandalkan GPS, mereka ingin pergi dari Queensland ke pulau North Stradbroke. GPS tidak menyebut antara daratan dan pulau, terdapat selat sepanjang 15 kilometer yang merupakan perairan lumpur.
Sialnya, ketika sudah masuk ke lumpur mereka tetap percaya pada GPS dan justru berjalan 500 meter di atas laut yang sedang pasang dan berlumpur.
Salah Jalur Hingga Terjun Dari Jembatan
Pada Maret 2015, sepasang suami istri pergi dari Chicago ke Indiana berbekal arahan GPS. Saat mendekati jembatan, GPS menyarankan mereka untuk tetap lanjut. Padahal, jembatan tersebut sudah ditutup untuk renovasi sejak 2009.
Mengabaikan imbauan untuk setop, mobil yang dikendari pasangan suami isteri tersebut akhirnya terjun setinggi 11 meter dari jembatan itu.
Meninggal Setelah Tersesat
Fungsi GPS yang eror kembali memakan korban. Kali ini seorang perawat berusia 28 tahun harus kehilangan anaknya yang berumur 6 tahun karena tersesat di Death Valley National Park di California, AS.
Keduanya tersesat di tengah-tengah gurun yang kering dan panas itu selama kurang lebih satu minggu. Saat ditemukan petugas taman nasional, sang ibu tengah pingsan karena dehidrasi, dan sang anak telah meninggal 2 hari sebelum mereka diselamatkan.
Hal serupa juga pernah terjadi di Kanada. Kala itu, sepasang suami istri yang ingin road trip ke AS mengikuti GPS yang mengantarkannya ke jalan pintas yang salah.
Mereka tersesat sejauh 9 kilometer tanpa bisa berjalan ke depan maupun kembali. Sang suami yang mencari jalan ke depan akhirnya meninggal sementara sang istri berhasil selamat setelah bertahan di mobil selama 49 hari.
Dibunuh Gangster
Sepasang suami istri tengah menjalani hari santainya dan memilih untuk berlibur di pantai Niteroi di Rio de Janiero. Naas, mengikuti arahan GPS, mereka dilewatkan favela yang terkenal dikuasai oleh gangster, yakni Caramujo favela.
Favela sendiri merupakan perkampungan di area kota Rio de Janiero yang citranya kini sedang dikembalikan dari stigma kriminalitas.
Di Caramujo, mobil mereka terjebak di antara para gangster penjual narkoba dan tanpa ampun sang istri ditembak mati oleh seorang gangster. (liputan6.com/Desy)