5 Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Pelaksanaan Ibadah Haji

Avatar of PortalMadura.com
5 Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Pelaksanaan Ibadah Haji
ilustrasi

PortalMadura.Com – Haji merupakan rukun Islam ke-5 yang wajib dikerjakan bagi umat Muslim yang mampu (istithaah). Yang dimaksud kata ‘mampu’ di sini, yaitu tidak hanya tentang materi saja, namun juga mengenai kesehatan fisiknya.

Untuk itu, tidak diwajibkan mengerjakan ibadah yang satu ini bagi umat Islam yang tidak sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Sebagaimana firman Allah SWT: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, (yaitu) bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah” (QS Ali Imran : 97).

Lebih lanjut perlu umat Muslim ketahui, bahwa kewajiban mengerjakan haji bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah pun hanya sekali dalam sepanjang hayatnya. Jadi, bagi orang yang mampu melaksanakan ibadah haji lebih dari satu kali, hal itu tidak dinamakan melaksanakan kewajiban, tapi termasuk dalam mengerjakan ibadah sunah.

Baca Juga: Lakukan 3 Amalan Ini Pahalanya Seperti Ibadah Haji

Ibnu Abbas r.a berkata, Rasulullah pernah berkhutbah di hadapan kami dan bersabda: “Allah telah mewajibkan haji kepada kalian. Lantas Aqra bin Habis berdiri seraya berkata: Apakah haji itu diwajibkan setiap tahun?. Beliau bersabda: Seandainya iya maka akan kukatakan wajib (setiap tahun). Namun, haji hanya wajib sekali (sepanjang hayat). Barang siapa yang (mengerjakan) haji lebih dari sekali, maka itu (tergolong haji) sunah” (HR al- Khamsah kecuali Tirmidzi). Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan, hadis ini sahih.

Allah SWT mewajibkan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah hanya sekali semasa hidupnya bukan tanpa alasan, ternyata hal itu karena dapat dipastikan akan sangat memberatkan kaum Muslimin. Terlebih, akhir-akhir ini kaum Muslimin yang hendak mengerjakan haji ke Baitullah harus menunggu bertahun-tahun lamanya untuk bisa mengerjakan kewajiban tersebut.

Selain sebagai kewajiban, berikut ini lima manfaat atau pelajaran dari melaksanakan ibadah haji, melansir dari republika.co.id, Selasa (9/7/2019):

Pertama, mengajarkan keikhlasan. Mengerjakan ibadah haji dapat mengajarkan umat Islam tentang rasa ikhlas, karena jika tidak karena Allah maka tidak ada faedahnya. Allah berfirman: “Padahal, mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus” (QS al-Bayyinah : 5).

Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah bersabda: “Barang siapa mengerjakan haji karena Allah lantas tidak rafats (berhubungan intim atau pendahuluannya) dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya (dalam keadaan tidak berdosa) sebagaimana ketika dia dilahirkan oleh ibunya” (HR Bukhari).

Kedua, mengajarkan ketaatan sepenuhnya kepada tuntunan atau contoh dari Rasulullah. Melaksanakan haji tidak bisa dilakukan sesuai selera pelakunya. Jabir r.a berkata, Rasulullah bersabda: “Ambillah dariku manasik-manasik (haji) kalian, disebabkan sesungguhnya aku tidak mengetahui, mungkin saja aku tidak mengerjakan haji (lagi) setelah hajiku ini” (HR Muslim).

Ketiga, mengajarkan menafkahkan harta yang dititipkan Allah di jalan-Nya. Mengadakan perjalanan ke Baitullah tentu memerlukan dana yang lumayan besar. Namun, sesungguhnya mengeluarkan harta untuk mengerjakan haji termasuk sedekah bagi pelakunya dan tidak akan mengurangi hartanya.

Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah bersabda: “Sedekah itu tidak mengurangi harta” (HR Muslim). Imam Nawawi berkata: “Kekurangan harta bisa ditutup dengan keberkahannya atau bisa ditutup dengan pahala dari Allah” (Syarah Sahih Muslim).

Keempat, mengajarkan meninggalkan larangan. Sebagai contoh, saat mengerjakan ihram dilarang mengenakan pakaian berjahit (bagi pria), bagi seorang wanita tidak boleh menutup wajah dan kedua telapak tangannya, memotong kuku, memotong rambut, dan membunuh atau memburu binatang darat.

Allah SWT berfirman: “ Dan diharamkan atasmu menangkap binatang buruan darat selama kamu dalam keadaan ihram” (QS Al Maidah : 95).

Kelima, mengajarkan banyak berzikir. Banyak dalil yang menjelaskan hal ini, salah satunya, yaitu: “Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: ‘Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia,’ dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” (QS al-Baqarah : 200-201). Wallahu A’lam.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.