6 Ritual Paling Menyeramkan di Dunia, 3 Diantaranya Dilakukan di Indonesia

Avatar of PortalMadura.com
6 Ritual Paling Menyeramkan di Dunia, 3 Diantaranya Dilakukan di Indonesia
Ilustrasi

PortalMadura.Com – Di dunia masih banyak mitos yang berkembang dan dipercayai sampai saat ini. Karena hal itu biasanya diwariskan turun temurun oleh nenek moyang terdahulu. Seperti ritual-ritual atau tradisi dalam satu keyakinan atau di suatu negara.

Namun yang tidak masuk akal, pelaksanaan ritual dilakukan dengan cara aneh dan benar-benar dipercaya oleh sekelompok masyarakat. Sehingga sampai saat ini ada beberapa ritual aneh yang masih dipertahankan keberadaannya dan mendunia. Beberapa diantaranya terjadi di Indonesia. Penasaran?

Berikut ulasannya:

Sarung Tangan Semut Peluru
Bagi suku Satere Mawe di Amazon, Amerika Selatan, saat seorang anak laki-laki beranjak dewasa, dia dibawa pergi ke hutan bersama seorang tabib dan anak laki-laki lain seusianya.

Mereka diminta untuk menemukan dan mengumpulkan semut peluru (Paraponera clavata). Semut peluru mempunyai racun yang sangat kuat dan dapat melumpuhkan mangsa mereka. Rasa sakit yang disebabkan oleh gigitan semut peluru konon lebih besar daripada Hymenoptera (ordo biologi serangga) lainnya.

Setelah semut dikumpulkan, hewan-hewan ini dimasukkan ke dalam sarung tangan yang terbuat dari anyaman bambu dan disisipi stinger (semacam pelepah) di dalamnya.

Semut-semut itu kemudian dibius menggunakan ramuan tradisional yang diberikan oleh tabib. Sementara semut tidak sadar diri karena pengaruh obat bius, anak laki-laki tadi memasukkan tangan mereka ke dalam sarung tangan.

Saat semut mulai sadar, mereka mendapati diri terjebak, lalu marah dan agresif. Sedangkan si anak wajib mengenakan sarung tangan itu selama sepuluh menit, sembari menari agar mengalihkan pikiran dari rasa sakit.

Namun, para pemuda suku Satere Mawe harus menanggung rasa sakit ini sebanyak 20 kali, sebelum pada akhirnya mereka dapat membuktikan bahwa mereka adalah laki-laki sejati.

Melempar Bayi
Ritual aneh lainnya datang dari India. Di Negeri Taj Mahal ini, ada upacara melempar bayi yang baru lahir. Namun, keselamatan bayi tetap diutamakan.

Saat bayi dilemparkan dari sebuah kuil setinggi 50 kaki, sejumlah orang telah bersiap menangkapnya dari bawah kuil menggunakan sehelai kain putih. Dibentangkannya kain itu lebar-lebar agar saat bayi dijatuhkan, ia tetap aman.

Ritual melempar bayi telah berlangsung sejak 500 tahun terakhir di India. Awal kisah, dahulu kala ada pasangan yang bersumpah di kuil Sri Santeswar dekat India, di negara bagian Karnataka.

Apabila mereka mempunyai anak, maka mereka akan rutin menjalankan ritual untuk berterima kasih kepada dewa. Setelah anak doa dikabulkan, mereka langsung menggelar ritual semacam itu, melempar bayi dari atas kuil sebagai gambaran bahwa sang anak adalah pemberian langsung dari dewa.

Kini, ritual tersebut dilangsungkan pada minggu pertama bulan Desember. Ritual lempar bayi diyakini membawa kesehatan, kemakmuran dan keberuntungan bagi pengantin baru. Sedangkan kebanyakan bayi yang dilempar berusia di bawah dua tahun.

Memotong Jari Tangan
Suku Dani (atau Ndani) adalah penduduk asli yang mendiami tanah subur Lembah Baliem di Papua Barat, Papua, Indonesia. Anggota suku ini memotong jari tangan mereka untuk menunjukkan duka saat upacara pemakaman.

Sewaktu diamputasi, mereka juga mengoles wajah mereka dengan abu dan tanah liat sebagai ungkapan kesedihan.

Mereka akan memotong jari tangan sebagai bentuk ungkapan cinta kepada seseorang yang meninggal. Ketika seseorang di suku Dani wafat, kerabatnya seperti istri atau suami memotong jari tangan dan menguburnya bersama jenazah suami atau istrinya.

Jari tangan seorang suku Dani dinilai sebagai jiwa yang akan selalu hidup bersama dengan pasangannya. Jumlah jari yang dipotong tergantung pada jumlah orang meninggal yang dicintai.

Menari Bersama Jasad
Famadihana adalah tradisi pemakaman di Madagaskar. Ritual ini dilakukan dengan mengeluarkan jasad leluhur (berdasarkan silsilah keluarga), membungkusnya kembali dengan kain suci yang baru, lalu para pelayat berpesta dengan menari-nari di sekitar jasad, tentunya disertai iringan musik.

Di Madagaskar, ritual ini dilakukan setiap tujuh tahun sekali. Tradisi tersebut dinilai mampu menyatukan keluarga besar dalam perayaan kekerabatan.

Sebenarnya ini adalah momen untuk menghormati keluarga yang ditinggal mati. Para sanak saudara mengirimkan tulang jenazah ke rumah keluarga itu dan memperbarui makamnya.

Hal ini dianggap menyatukan “ikatan” antara arwah mendiang dan keluarga yang masih hidup. Motif utama ritual tersebut berawal dari kepercayaan masyarakat setempat bahwa orang mati akan pergi menemui Tuhan dan terlahir kembali atau reinkarnasi.

Kikir Gigi
Salah satu upacara keagamaan Hindu terbesar di Bali, Indonesia adalah mengikir gigi. Upacara ini sangat penting dalam budaya Bali sebagai proses perjalanan dari masa pubertas sampai dewasa.

Ritual ini ditujukan pada seluruh pria dan wanita dewasa Bali, dan harus diselesaikan sebelum menikah. Bahkan terkadang mengikir gigi dilakukan bersamaan dengan upacara pernikahan.

Ritual kikir gigi dilaksanakan dengan merapikan gigi, termasuk gigi seri. Dalam sistem kepercayaan Hindu Bali, perayaan ini membantu orang membebaskan diri dari semua kekuatan jahat yang tidak terlihat.

Mereka percaya bahwa gigi adalah simbol nafsu, keserakahan, kemarahan, kebingungan dan kecemburuan. Ritual mengikir gigi ini dipercaya dapat membuat fisik dan spiritual seseorang menjadi lebih kuat.

Larangan Menggunakan Kamar Mandi Pascamenikah
Pernikahan di suku Tidung, Kalimantan bagian utara, Indonesia, dijalankan dengan tradisi unik. Pengantin pria tidak diizinkan melihat wajah pengantin wanita sampai dia menyanyikan beberapa lagu cintanya.

Tirai yang memisahkan pasangan hanya boleh dinaikkan setelah permintaan menyanyi lagu cinta dipenuhi, kemudian mereka bisa saling memandang di atas sebuah mimbar kecil.

Akan tetapi, yang paling aneh dari upacara pernikahan ini yaitu pengantin wanita dan laki-laki tidak diizinkan untuk menggunakan kamar mandi selama tiga hari tiga malam setelah menikah.

Suku Tidung percaya jika ritual ini tak dilaksanakan, maka hal mengerikan akan mewarnai kehidupan rumah tangga pasangan tersebut: pernikahan, perselingkuhan, atau kematian anak-anak mereka di usia muda.

Jadi, pasangan juga diawasi oleh beberapa orang. Keduanya hanya diperbolehkan mengonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah sedikit. Setelah tiga hari berlalu, mereka dimandikan dan diizinkan untuk kembali ke kehidupan normal. (suratkabar.id/Desy)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.