Ajian Panglimunan, Ada di Kitab Kuno Berbahan Kapas Yang Ditemukan Warga Sumenep

Avatar of PortalMadura.com

PortalMadura.Com, merupakan salah satu ilmu gaib tingkat tinggi. Umumnya disebut . Artinya, mengkaburkan pandangan mata musuh agar dirinya tidak kelihatan.

Ilmu atau ajian sejenis itu, disebut ada dalam salah satu berbahan kapas yang ditemukan, Hanafi, warga Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura.

“Ilmu menghilang ada,” kata Hanafi sambil menunjukkan salah satu koleksi kitab kuno berbahan kapas pada PortalMadura.Com, Rabu (1/6/2022).

“Repotnya, ilmu mengembalikan tidak ada,” ucap Hanafi bernada guyon.

Ia menjelaskan, ajian panglimunan itu ada di salah satu kitab kuno berbahan kapas yang ditemukan lebih awal di rumah warga Desa Pagarbatu, Kecamatan Bluto, Sumenep.

“Ada tujuh kitab yang ditemukan di warga Desa Pagarbatu,” terangnya.

Ilmu menghilang, kata dia, menyatu dalam kitab primbon berbahasa jawa. Di dalamnya juga ada, di antaranya rajah kuat untuk ‘pertempuran' bagi kaum pria bila akan menghadapi sang istri tercinta serta ilmu kanuragan lainnya.

Sumber lain menyebutkan, di kalangan masyarakat Jawa, wujud mantra dikenal dalam tiga bentuk. Pertama, berbentuk kata-kata yang hanya dihafal dalam batin. Bentuk itu disebut dengan Japamantra, Aji-aji dan Rapal.

Kedua, berbentuk tulisan. Medianya dapat berupa kertas, kain, kulit, bambu, dan lain-lain. Bentuk ini biasa disebut sebagai Rajah.

Sedangkan ketiga, berbentuk kekuatan (energi) yang ditanam dalam benda (akik, tongkat, keris, dan lain-lain). Bentuk
ini disebut dengan Jimat, Aji-aji. (Hartarta, 2010: 17).

Sebelumnya, kitab kuno berbahan kapas ditemukan Hanafi, warga Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, Sumenep, Madura.

Umur kitab diprediksi lebih dari 300 tahun silam. Ada 11 kitab yang ditemukan dari rumah warga di wilayah Kecamatan Bluto dan Batuan, Sumenep.

“Dua kitab di rumah warga Desa Aengbaja Kenek [satu bertuliskan carakan], dua kitab lainnya di Torbang, Batuan [tauhed dan fiqih] dan tujuh kitab di rumah warga Desa Pagar, Bluto,” terang Hanafi pada PortalMadura.Com, Rabu (1/6/2022).

Baca Juga : Penemuan 11 Kitab Kuno Berbahan Kapas di Sumenep

Sementara, salah satu guru sejarah di Sumenep M. Hairil Anwar yang berkunjung ke lokasi mengasumsikan, kitab kuno yang bahan campurannya dari kapas, umumnya di era tahun 1.700 sampai tahun 1.800 masehi.

“Itu masih awal-awal baru ditemukannya kertas. Waktu itu, bangsa Eropa yang datang ke wilayah nusantara membawa kertas masih bercampur bahan kapas,” terangnya.

Kemudian era tahun 1.900 atau pada abat ke 20 sudah menggunakan kertas modern, seperti kertas buram yang dikenal saat ini. “Kalau sebelum-sebelumnya, memang masih menggunakan kayu atau daun lontar sebagai kertas,” katanya.

Hairil menambahkan, kitab kuno yang sudah menggunakan kertas buram menjadi petunjuk bahwa ada kitab yang sudah ditulis ulang atau turunan dari kitab sebelumnya.

“Koleksi kitab mas Hanafi itu, ada kitab yang sudah menggunakan kertas modern. Dan itu menjadi petunjuk, bisa saja ada kitab sebelumnya yang ditulis ulang (duplikat),” pungkasnya.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.