Allah Sangat Menyukai Pribadi yang Optimis, Mengapa?

Avatar of PortalMadura.com
Allah Sangat Menyukai Pribadi yang Optimis, Mengapa
Ilustrasi (Bincang Syariah)

PortalMadura.Com – Memiliki sifat yang optimistis adalah hal yang baik dan positif. Karena, sifat ini selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal. Tipe orang yang seperti ini biasanya tidak pernah putus asa dalam melakukan sesuatu.

Seseorang yang mempunyai perilaku ini tidak hanya disenangi banyak orang, ia juga termasuk salah satu orang yang disukai oleh Allah SWT. Tahukah Anda, sikap optimistis ini ternyata kerap disinggung dalam dalil baik itu di Alquran maupun hadis.

Isyarat itu menunjukkan bahwa Allah sangat menyukai hamba-hamba-Nya yang bersikap seperti itu. Sebagaimana dilansir PortalMadura.Com, Rabu (8/1/2020) dari laman Islampos.com, Ibnu Abi Dunya, dalam kitabnya Husnuzh Zhanni Billah menyebut, terdapat 151 teks baik berupa ayat maupun hadis yang menyinggung soal optimistis.

Allah memerintahkan manusia untuk menjauhi sikap putus asa, berbuat sebaik-baiknya dan pada Allah. Sebab, perilaku yang mudah putus asa hanya akan merugikan diri sendiri.

Dari teks-teks tersebut, beliau menjabarkan, manusia akan mendapatkan kenyataan bahwa teks tentang janji untuk membalas perbuatan yang baik, jauh lebih besar jumlahnya daripada teks tentang ancaman karena melakukan dosa. Artinya, Allah sangat menggemari hamba-hamba-Nya yang bekerja dan bersikap dengan pondasi optimistik.

Di sisi lain, Syekh Aidh al-Qarni dalam kitabnya La Tahzan menjabarkan, rasa cinta dan kasih Allah kepada hambaNya sangatlah besar. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya dalil-dalil yang menjanjikan rahmat. Jumlah dalil-dalil itu, menurut beliau, bahkan jauh lebih banyak daripada dalil mengenai sanksi.

Baca Juga : Para Orang Tua, Ini 6 Cara Cerdas Besarkan Si Kecil Jadi Pribadi yang Optimistis

Musibah, cobaan, serta tantangan hidup yang dialami manusia sesungguhnya telah Allah atur sedemikian rupa sesuai dengan kadar kemampuan manusia itu sendiri. Hal ini ditegaskan dengan sebuah dalil:

La yukallifullahu nafsan, illa wus-aha,”. Yang artinya: “Tidaklah Allah berikan beban (cobaan) kepada seseorang kecuali berdasarkan kadar dan kemampuan orang tersebut,”.

Dari ayat tersebut harus dipahami bahwa, terdapat hal-hal yang tersembunyi di balik Allah dalam menentukan kadar tertentu bagi setiap sesuatu. Wallahu A'lam.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.