Anak Mengancam Bunuh Diri? Ini Yang Harus Orang Tua Lakukan!

Avatar of PortalMadura.Com
Anak Mengancam Bunuh Diri? Ini Yang Harus Orang Tua Lakukan!
ilustrasi

PortalMadura.Com – Remaja memang amat rentan depresi. Karakter emosinya yang labil dan sedang mencari jadi diri seringkali mendorong mereka untuk berbuat nekad demi mencari perhatian dan pengakuan. Sayangnya, seringkali orang dewasa di sekitarnya kurang/tidak memahaminya. Yang ada para remaja labil ini mendapat stigma buruk sebagai pemberontak.

Pandangan dan respon negatif orang lain yang tidak sesuai dengan harapan, menjadikan remaja merasa terasing, tak diterima, tertekan bahkan depresi. Ketika remaja sudah tampak murung, lebih suka mengisolasi diri, berperilaku di luar kebiasaan, harus peka dan waspada sebab kondisi demikian rentan bagi remaja untuk berbuat nekad termasuk .

Lantas apa yang harus orang tua lakukan saat mengancam bunuh diri?

Tidak panik
Tindakan pertama kali yang dapat dilakukan orang tua adalah tidak panik menghadapinya. Jangan pernah mengekpresikan rasa takut berlebihan karena justru ekspresi ketakutan orangtua itu akan direspon anak sebagai ‘kemenangan'.

Dekati anak
Tindakan kedua, segera dekati anak, saat anak memegang pisau pegang tangannya, rebut pisaunya. Jangan berikan sedikit pun kesempatan anak untuk berlama-lama dengan pisaunya. Semakin diberikan kesempatan semakin besar peluang anak mewujudkan keinginannya.

Tatap matanya
jika situasi sudah terkendali tatap matanya. Saat menatap mata anak, sejajarkan mata Anda dengan anak. Jika anak berdiri, maka Anda jongkok sampai sejajar dengannya. Jika anak duduk di kursi, Anda duduk dekatnya. Dan setelah itu katakan kalimat-kalimat tegas (tapi bukan bentakan) seperti “kamu boleh merengak dan marah sama mama, tapi mama tidak suka kamu bertindak seperti ini, ini perbuatan buruk!”

Ajak anak bicara
Biarkan anak mengeluarkan pikiran dan perasaannya. Biarkan anak untuk mengungkapkan apa yang dirasakan sebebas-bebasnya. “Sekarang ceritakan sama mama, apa yang kamu rasakan? Kamu marah sama mama? Mengapa kamu marah sama mama?”

Lalu setelah anak mengeluarkan uneg-unegnya, Anda boleh memberikan penjelasan, bahwa bukan orangtua melarang keinginannya, tapi keinginan anak yang harus diatur dan diberikan batasan-batasan. Dan setelah itu Anda boleh membuat kesepakatan-kesepkatan dengan anak. Jika sudah membuat kesepakatan dengan anak, jangan pernah coba-coba melanggarnya kembali dengan memberikan yang anak minta jika permintaan itu di luar kesepakatan. (auladi.net /choir)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.