PortalMadura.Com, Jakarta – Indonesia harus mengubah paradigma pengelolaan energi untuk mengejar bauran energi baru terbarukan yang menjadi kunci kedaulatan energi, ujar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar, di Jakarta, Selasa.
“Paradigma pengelolaan energi Nasional harus berubah. Dari energi sebagai komoditas ke energi sebagai penggerak roda ekonomi. Melimpahnya sumber energi baru dan terbarukan di Indonesia selayaknya bisa dimanfaatkan secara optimal,” kata Arcandra. dilaporkan Anadolu Agency, Rabu (5/12/2018).
Kedaulatan energi menjadi keharusan karena pemenuhan energi dari dalam Negeri akan mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, terutama yang berasal dari minyak dan batu bara, kata Arcandra.
Menurut dia, salah satu tantangan pengembangan EBT saat ini adalah mahalnya teknologi yang banyak diimpor dari luar Negeri.
“Kalau kita belum memiliki teknologi, boleh kan kita menggunakan teknologi yang ada dari luar Negeri. Kemudian kita belajar untuk menutupi gap tersebut,” jelas Arcandra.
Hingga September 2018, kapasitas terpasang pembangkit EBT yang dibangun Pemerintah sudah mencapai 62,4 gigawatt. Sementara kapasitas pembangkit panas bumi sebesar 1.948,5 Mega Watt (MW), tidak jauh dari target 2018 sebesar 2.058,5 MW.
Kapasitas terpasang dari PLTS, PLTMH, dan PLTB mencapai 315,1 MW ditambah 75 MW dari PLTB Sidrap.
Dari subsektor bioenergi, kapasitas pembangkit yang terpasang sebesar 1.857,5 MW, terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa, Biogas, Sampah Kota dan BBN, yang sebagian besar merupakan PLT off-grid. (AA)