Benarkah Umrah Berkali-kali Termasuk dalam Tipu Daya Setan?

Avatar of PortalMadura.com
Benarkah Umrah Berkali-kali Termasuk dalam Tipu Daya Setan?
Ilustrasi

PortalMadura.Com – Sebagian orang ketika memiliki harta lebih digunakan untuk berangkat . Bahkan, mereka melakukan perjalanan ke tanah suci hingga beberapa kali dalam setahun. Sebenarnya hal tersebut baik dilakukan, tapi menjadi masalah jika dilakukan hanya untuk memuaskan batin dan menjauhkan dari sifat dermawan pada lingkungan sekitar.

Misalnya, ada tetangga yang sakit, saudara yang berutang, juga keluarga yang kesulitan finansial, tapi malah tidak dibantu, karena sibuk mengumpulkan uang untuk umrah sekeluarga. Sangat mungkin, kerinduannya untuk kembali datang ke tanah suci hanyalah tipu daya syetan semata.

Nah, jika tidak Anda ingin mengikuti bujuk rayu setan, pastikan Anda yang mengerjakan umrah berkali-kali melakukan hal ini:

Sedekah pada Kerabat dan Tetangga
Coba introspeksi diri, seberapa banyak Anda membantu keuangan kerabat dan tetangga?. Tidak perlu sedekah pada panti-panti asuhan untuk dipajang fotonya di sosmed atau pergi umrah berkali-kali, kalau tetangga dan kerabat Anda sendiri masih sering merasa kelaparan, sesungguhnya Anda sudah masuk kategori tidak beriman.

Sebagaimana firman Allah: “Bukanlah orang yang beriman yang ia sendiri kenyang sedangkan tetangga (yang di sebelah)nya kelaparan” (HR al-Bukhoriy di dalam al-Adab al-Mufrad: 112, al-Baihaqiy. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih).

Apakah Allah mau menerima ibadah umrah yang Anda lakukan berulang kali, namun Anda mengabaikan tetangga dan kerabat?.

Tidak Memiliki Hutang
Untuk apa umrah berkali-kali kalau hutang Anda menumpuk?. Atau, Anda berumrah dengan cara berutang?. Bukankah ibadah umrah hukumnya sunah sedangkan membayar utang itu hukumnya wajib?.

Kalau Anda baru berumrah sekali, ingin bermunajat di tanah suci, masih bisa dipahami. Tapi kalau mau berumrah untuk yang kesekian kalinya, sedangkan tiap ada yang menagih utang Anda mangkir, tidakkah Anda malu?.

Sudah Berhaji
Yang wajib hukumnya bukan umrah, melainkan haji. Kalau bisa melaksanakan umrah berkali-kali tapi belum pernah berhaji, rasanya lumayan janggal.

“Ibadah haji itu hukumnya wajib, sedangkan umrah itu hukumnya sunah” (HR. Ibn Majah).

Oleh karena itu, jika Anda sudah pernah haji, sudah pernah umrah, dan masih mau melakukan umrah lagi untuk kesekian kalinya, pastikan tetangga sekitar Anda sudah terpenuhi kebutuhannya, kerabat jauh dan dekat tidak ada yang dalam posisi kesulitan keuangan, santuni janda dan anak yatim dari kalangan kerabat. Kalau masih ada yang susah finansial, sebenarnya lebih utama Anda membantu keuangan mereka, terutama jika mereka adalah kerabat yang sangat Anda benci atau memiliki jejak permusuhan dengan Anda.

“Sedekah yang paling utama adalah sedekah kepada kerabat yang memendam permusuhan” (HR. Ahmad dan Thabrani dalam al-Kabir, Shahihul Jami' no. 1110).

Mengapa demikian? Karena ada pahala silaturahmi yang Anda dapatkan, dan juga pahala terbaik karena menyenangkan hati sesama muslim. Untuk apa Anda bolak-balik tanah suci namun ternyata kerabat dan keluarga dekat memaki Anda di hati mereka karena ketidakpedulian Anda pada masalah finansial mereka?. Tidak takutkah Anda kalau di hadapan Allah kelak mereka menuntut Anda yang memiliki banyak harta namun tidak memiliki belas kasih?.

Kalau memang Anda senang sekali umrah, kenapa tidak membayarkan umrah untuk keluarga dan kerabat yang belum pernah ke tanah suci?. Hal ini agar mereka bisa ikut merasakan bahagianya mengunjungi rumah Allah. Pahalanya pun bisa berlipat. Rasulullah sendiri hanya melakukan umrah sebanyak empat kali seumur hidupnya, bukankah beliau bisa melakukan lebih banyak umrah kalau memang umrah berkali-kali itu hukumnya sangat utama?.

Dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Rasulullah mengerjakan umrah sebanyak empat kali. (Yaitu) umrah Hudaibiyah, umrah Qadha`, umrah ketiga dari Ji'ranah, dan keempat (umrah) yang bersamaan dengan pelaksanaan haji beliau” (HR. Tirmidzi, no 816 dan dan Ibnu Majah no. 2450).

Maka dari itu, jangan sampai Anda tertipu rayuan setan, merasa telah melakukan amal ibadah, merasa saleh, merasa mencintai Allah, padahal justru melakukan hal mubazir yang justru disenangi oleh setan. (ummi-online.com/Desy)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.