PortalMadura.Com, Jakarta – Bank Indonesia mengatakan bahwa rupiah pada minggu ini bergerak stabil meski masih ada tekanan global akibat ketegangan di Amerika Serikat terkait ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate di pasar yang lebih tinggi pada 2019.
“Padahal perkiraan kami lebih rendah secara global,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo seusai salat Jumat di Jakarta.
BI, menurut dia, terus melakukan pemantauan nilai tukar secara keseluruhan dan rupiah mulai bergerak stabil dan menguat sesuai mekanisme pasar, baik dalam pasar swap, spot, forward, dan DNDF.
“Kurs DNDF juga tetap terkendali harganya bisa Rp50 di atas pasar spot. Terima kasih saya ucapkan kepada perbankan, pelaku pasar, dan investor untuk dukung stabilitas,” ujar Perry. dilaporkan Anadolu Agency, Jumat (28/12/2018).
Volatilitas rupiah, menurut Perry, juga bergerak stabil meskipun pernah berada di atas Rp15 ribu.
Namun dengan kebijakan langkah bersama pelaku pasar dan BI sejak Agustus hingga sekarang rupiah terus menguat di kisaran Rp14.500.
“Meski kami lihat itu level masih undervalue. Tapi kami yakin rupiah bergerak stabil dan menguat meski ketidakpastian global masih terus berlanjut. Insya Allah tekanannya tidak sekuat 2018,” urai Perry.
BI memprediksi Fed Fund Rate akan naik sebanyak dua kali pada Tahun depan dengan ketegangan perdagangan yang diprediksi akan mengarah ke arah yang lebih baik.
Premi risiko juga lebih baik sehingga bisa memberikan faktor positif ke rupiah yang lebih baik.
Sementara dari dalam Negeri, Perry memperkirakan fundamental ekonomi akan lebih baik pada Tahun depan dengan inflasi terkendali dan defisit transaksi berjalan akan diupayakan menjadi 2,5 persen.
“Neraca pembayaran pada triwulan IV juga akan surplus kurang lebih USD4 miliar meskipun defisit transaksi berjalan lebih dari 3 persen PDB,” tambah dia.
Akan tetapi, arus modal asing yang masuk ke dalam portofolio menurut dia, lebih besar sehingga akan mampu mendorong stabilitas rupiah. (AA)