Cerita Mistis Museum Bebagrigan yang Dikenal “Angker” di Bali

Avatar of PortalMadura.com
Cerita Mistis Museum Bebagrigan yang Dikenal Angker di Bali
Ilustrasi

PortalMadura.Com – Anak-anak di dunia bagian timur terbiasa dengan ketakutan atau hal-hal yang berbau mistis, gaib dan seram. Sebenarnya itu terbentuk dari pikiran manusia yang terpola sejak ia masih kecil.

Tapi di Bali, berbagai mitos tentang hal mengerikan itu justru dipelihara sebagai kekayaan budaya, dan mendatangkan turis. Misalnya, mulai dari leak yang bisa terbang, sampai kemampuan untuk membuat orang terpedaya macam pelet. Namun sebuah museum di Ayunan Bali mendobraknya.

Seperti apa kelanjutannya?. Yuk simak uraian berikut ini:

“Saya sudah 20 tahun mengumpulkan aneka macam benda yang diyakini bisa membuat siapapun ketakutan, mulai dari pocong, jenglot, perangkat leak sampai rangda dan celuluk,” tutur Ketut Murah 65 tahun, belum lama berselang. Kenapa benda menakutkan yang jadi sasaran empuk untuk dikumpulkan ini berkaitan dengan pergaulannya dengan pak Bagong Kusudiarjo yang merupakan sahabatnya ketika menjadi penari istana tahun 80an.

“Beliau yang menyarankan saya bila suatu saat pulang kampung agar membuat museum yang isinya melulu tentang benda-benda yang dianggap menyeramkan itu dan inilah wujudnya,” tutur ayah 1 putri ini.

Maka bila bertandang ke museum yang luasnya 1400 m2 itu Anda akan disambut oleh jejeran 11 gapura aneka bentuk, mulai yang ditemukan di Bali, di Jawa, Lombok bahkan sampai ke Madagaskar dan Kamboja.

“Kalau gapura sebagai pintu masuk konsepnya saya ambil dari legenda Roro Jongrang yang meminta orang yang mencintainya agar membangun istana dalam semalam,” ucapnya.

Gapura-gapura itu tidak sesuai dengan peruntukannya. Dia menyebutnya sebagai yang mementahkan konsep asta kosala. “Gapura yang benar adalah yang menghadap ke selatan atau ke barat, di tempat saya gapuranya menghadap ke timur, juga ketinggiannya tak boleh dari 3 meter untuk orang dengan kasta sudra seperti saya, di tempat saya ada gapura setinggi 30 meter,” tuturnya.

Dari gapura yang nyeleneh itu sudah mencerminkan keanehan, tapi dia menyebut itu sebagai bebagrigangan atau keamburadulan yang disengaja. “Yang penting di balik penjungkirbalikan itu keindahannya tetap terjaga, begitu juga koleksi menyeramkan mulai dari pocong dan rangda,” tambahnya.

Semuanya ditempatkan di suatu ruang, dan itu bukan diorama, namu tembok yang ditempeli benda yang menyeramkan, mulai dari sabuk leak, korban yang terkena sihir dan cetik.

“Tak seorang pun tahan semalaman tidur di ruang khusus koleksi menyeramkan itu karena benda yang ada merupakan benda yang langsung saya datangkan dari tempat kejadian, misalnya ada sabuk leak yang sudah di prelina ditemukan di pantai Sanur, saya datangi dan minta sama penemunya serta disimpan,” tambahnya.

Karena kesenangannya pada hal menyeramkan dia akhirnya bertemu dengan pemilik museum serupa dari Jerman. “Dia yang memberikan saya peti mati, juga perangkat kuburan yang dibelinya di salah satu tempat di Indonesia tapi dilarang masuk Jerman lalu masuk museum saya,” ungkapnya.

Bagian museum yang diberi bangunan aneka macam gapura berada di bagian belakang. Dalam mitos Bali halaman belakang tidak boleh digunakan untuk hal lain selain membuang sampah.

Murah melabraknya dengan membangun gapura aneka rupa, saking banyaknya disebut dengan meeting gapura alias gapura sedang rapat. Bentuknya macam-macam, ada yang memanjang dengan ukiran rumit, ada juga yang melebar dengan cantelan aneka benda menyeramkan.

“Tujuan saya yang lebih kekinian adalah, memberikan pembelajaran bahwa keangkeran itu hanya ada dalam imaji, terbentuk sejak dalam kandungan, bila ditelisik lebih jauh kita akan tertawa sendiri bahwa semuanya hanya tipuan fikiran,” ungkap ayah satu putri ini.

Dia membuktikan sendiri saat mendapatkan patung rangda yang saat ini ditempatkan di salah satu ruang. Begitu juga aneka kain yang dulu pernah dipergunakan oleh praktisi leak di berbagai tempat di Bali. Dia berburu ke berbagai pantai yang kerap dijadikan tempat untuk mralina atau memusnahkan kekuatan gaib.

“Di pantai Pasut saya dapati ada kain warna kuning dengan gambar tengkorak, di Sanur saya memperoleh ikan pinggang putih berisi aneka benda yang dianggap bisa membuat orang jadi berubah wujud, semuanya saya simpan di ruang khusus leak,” paparnya.

Harapannya adalah agar siapapun mulai tersadar bahwa ketakutan itu diciptakan dengan motivasi tertentu. Tinggal Anda yang menanggapinya mau ikut ketakutan atau menertawakannya karena penyebab ketakutan itu biasanya benda-benda yang lucu dan aneh. (kompasiana.com/Putri)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.