PortalMadura.Com – Salah satu rahmat yang Allah berikan kepada umat manusia yaitu hujan. Banyak amal shalih yang dianjurkan untuk dilakukan pada saat hujan, salah satunya yaitu berdoa ketika turun hujan.
Namun melihat keadaan sekarang, dengan adanya banjir, longsor, jalanan becek, terganggunya suatu kegiatan, dan lain-lain, membuat sebagian besar orang merasa bahwa hal tersebut merupakan sebab atau musibah dari hujan. Lantas, bolehkah manusia meminta kepada Allah agar hujan tidak turun atau dapatkah manusia menolak turunnya hujan? Berikut penjelasan para ulama.
1. Hujan adalah kuasa Allah semata.
Hal ini tersirat pada Al-Qur’an surat Al-Waqiah ayat 68 sampai 69.
Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? (QS. Al Waqi’ah [56] : 68-69)
Tidak ada sesuatu yang sia-sia jika Allah yang menentukannya. Turunnya hujan adalah salah satu bukti kekuasaan Allah dalam mengatur alam semesta. Allah mengetahui bahwa tanah yang tandus butuh air agar tanaman-tanaman yang indah dan bermanfaat dapat tumbuh, meskipun manusia tidak menyadari itu. Mungkin di suatu daerah hujan dianggap sesuatu yang biasa saja, tetapi untuk daerah yang lainnya, hujan bisa saja merupakan sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu. Hal ini terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Fushsilat ayat ke 39:
Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. Fushshilat [41] : 39).
Sehingga, manusia tidak dapat menolak ataupun mengatur kapan atau dimananya hujan itu harus turun. Manusia hanya dapat memperkirakannya melalui ilmu pengetahuan, bukan menentukan.
2. Berdoalah kepada Allah
Berdoa agar hujan datang adalah hujan yang akan memberi manfaat dan tidak merusak apapun. Ketika hujan turun dengan derasnya secara terus menerus, sebagian dari kita pasti khawatir hujan tersebut akan menimbulkan suatu bencana. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mengajarkan sebuah doa yang bertujuan untuk memohon kepada Allah agar Allah menurunkan hujan yang tidak menimbulkan kerusakan dan agar Allah memalingkannya ke tempat-tempat yang memang sangat membutuhkan hujan tersebut.
Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari. (Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan).
Dalam hadits Anas bin Malik, doa tersebut dipanjatkan ketika hujan tak kunjung berhenti selama seminggu, kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas memohon pada Allah agar cuaca kembali cerah. (HR. Bukhari no. 1014 dan Muslim no. 897).
Doa tersebut juga terdapat versi lebih pendeknya, yakni:
Allahumma hawaalainaa wa laa ‘alainaa (Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, jangan yang merusak kami)
Dari hadist tersebut, kita tidak bisa menolak turunnya hujan, namun kita bisa memohon kepada Allah agar dihindarkan dari dampak buruk turunnya hujan yang terus menerus. Terlebih untuk saudara-saudara kita yang berada di daerah rawan banjir, sangat dianjurkan untuk membaca doa ini.
3. Dilarang untuk mencela hujan meskipun di dalam sebuah doa.
Seringkali terdengar ucapan dari sebagian besar orang dengan kata-kata seperti, “Aduh hujan lagi!” atau, “Yah, hujan!” dan semacamnya. Meskipun sebagian dari mereka sudah memahami bahwa hujan merupakan rahmat dari Allah SWT. Padahal hal tersebut dilarang, mencela hujan sama saja dengan mencela rahmat-Nya.
Terlebih hujan adalah salah satu ciptaan-Nya yang tidak mengetahui apa-apa dan tidak bersalah karena semuanya tetap Allah yang mengatur. Manusia harus selalu ingat bahwa setiap perkataannya akan dicatat oleh malaikat dan kita tidak tahu mana perkataan yang dapat menjerumuskan ke surga dan bisa saja ada perkataan yang dapat menjerumuskan seseorang ke neraka. Naudzubillahimindzalik.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.(HR. Bukhari no. 6478) (dalamislam.com/Nanik)