Hati-hati Menjerumuskan! Baca Doa Ini Saat Dipuji Orang

Avatar of PortalMadura.com
Hati-hati-Menjerumuskan!-Baca-Doa-Ini-Saat-Dipuji-Orang
Ilustrasi (dream.co.id)

PortalMadura.Com – Dipuji atas kelebihan yang ada di diri sendiri tentu akan terasa mengasyikkan dan menyenangkan. Apabila dipuji biasa saja mungkin tidak jadi masalah, tapi tahukah Anda jika ternyata pujian yang berlebihan itu bisa bikin lupa diri dan lengah karena mabuk pujian.

Hal ini tentu akan bertentangan dengan norma-norma agama jika pujian yang diucapkan terlalu berlebihan. Dengan kata lain, pujian yang dilakukan secara berlebihan menjadi bagian dari bencana lidah yang berbahaya.

Orang yang bangga atau suka dipuji-puji mudah sekali terkena penyakit hati, sombong, congkak, riya, dan membanggakan diri sendiri. Oleh karena itu, apabila Anda dipuji ada adab yang perlu dilakukan yaitu dengan berdoa.

Dilansir PortalMadura.Com, Kamis (25/3/2021) dari laman Okezone.com, berikut penjelasan lengkapnya terkait doa saat dipuji orang.

Sahabat yang mulia Abu Bakr Ash Shiddiq langsung berdoa setelah dipuji seseorang. Dia berdoa pada Allah agar dirinya lebih baik dari pujian tersebut. Dia meminta pada Allah agar tidak disiksa karena sebab pujian tersebut. Mengapa demikian?, Anda perlu berhati-hati ketika dipuji orang karena pujian ini bisa membuat diri Anda semakin ujub dan sombong.

Tidak hanya itu, dia pun meminta pada Allah agar tidak disiksa karena sebab pujian tersebut. Karena Allah lebih tahu isi hati seorang hamba, juga diri Anda lebih tahu lemahnya diri Anda dibanding orang lain.

Jadi, jangan terlalu merasa takjub dengan sanjungan orang apalagi diucapkan di hadapan Anda. Sementara doa yang diucapkan oleh Abu Bakr ketika dipuji yakni:

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.

Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka“. ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145, Asy Syamilah)

Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal menjelaskan sebagaimana disebutkan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Al Auza’i mengatakan, bahwa ketika seseorang dipuji oleh orang lain di hadapan wajahnya, maka hendaklah ia mengucapkan doa di atas.

Disebutkan pula oleh sebagian salaf bahwa jika seseorang dipuji di hadapannya, maka hendaklah ia bertaubat darinya dengan mengucapkan do’a yang serupa. Hal ini disebutkan pula oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman.

Dikutip dari laman Rumasyo disebutkan pula dalam Adabul Mufrod karya Imam Al Bukhari mengenai hadis di atas ketika beliau sebutkan dalam Bab “Apa yang disebutkan oleh seseorang ketika ia disanjung”.

Begitu pula disebutkan dalam kitab Hilyatul Awliya’ karya Abu Na’im Al Asbahaniy bahwa ketika seseorang dipuji di hadapannya, hendaklah ia mengingkari, marah dan tidak menyukainya, ditambah membaca doa di atas.

Kesimpulannya, doa di atas telah menjadi amalan para salaf sebagai suri tauladan yang baik bagi Anda dalam beramal.

Hati-Hati dengan Rusaknya Amal

Hal di atas bukan hanya dilakukan oleh Abu Bakr, namun para salaf secara umum. Mereka tidak suka akan pujian. Karena mereka khawatir amalan mereka jadi terhapus karena selalu mengharap pujian.

Dalam hadis qudsi disebutkan,

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (artinya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya” (HR. Muslim no. 2985). Imam Nawawi rahimahullah menuturkan, “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa” (Syarh Shahih Muslim, 18: 115).

Hati-hati pula dengan sifat ujub, yaitu takjub pada diri sendiri. Dalam hadis yang ma’ruf disebutkan,

ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (HR. Abdur Rozaq 11: 304. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan. Lihat Shahihul Jaami’ 3039).

Ujub juga tidak merealisasikan ‘iyyaka nasta’in’ (Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan). Karena ia merasa dirinya-lah yang berbuat.

Selain itu, ujub pun dapat merusak amalan kebaikan. Sebagian ulama salaf, di antaranya Sa’id bin Jubair berkata,

إنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ الْحَسَنَةَ فَيَدْخُلُ بِهَا النَّارَ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ السَّيِّئَةَ فَيَدْخُلُ بِهَا الْجَنَّةَ يَعْمَلُ الْحَسَنَةَ فَيُعْجَبُ بِهَا وَيَفْتَخِرُ بِهَا حَتَّى تُدْخِلَهُ النَّارَ وَيَعْمَلُ السَّيِّئَةَ فَلَا يَزَالُ خَوْفُهُ مِنْهَا وَتَوْبَتُهُ مِنْهَا حَتَّى تُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ

Sesungguhnya ada seorang hamba yang beramal kebaikan malah ia masuk neraka. Sebaliknya ada pula yang beramal kejelekan malah ia masuk surga. Yang beramal kebaikan tersebut, ia malah merasa ujub (bangga dengan amalnya), lantas ia pun berbangga diri, itulah yang mengakibatkan ia masuk neraka. Ada pula yang beramal kejelekan, namun ia senantiasa takut dan ia iringi dengan taubat, itulah yang membuatnya masuk surga.” (Majmu’ Al Fatawa, 10: 294)

Ya Allah, bersihkanlah diri kami dari sifat tidak ikhlas dan merasa takjub pada diri sendiri. Jadikanlah kami lebih baik daripada yang mereka nilai dan janganlah siksa kami karena pujian mereka. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah. Wallahu A’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.