PortalMadura.Com – Azan merupakan panggilan yang dikeraskan untuk mengingatkan kaum muslimin bahwa waktu salat telah tiba. Syariat azan datang setelah turunnya perintah salat.
Orang yang mengumandangkan azan disebut muazin. Di zaman Rasulullah SAW setidaknya kaum Muslimin memiliki tiga masjid yaitu Masjidil Haram, Masjid An-Nabawi, dan Masjid Quba. Sehingga ada beberapa muzin yang bertugas mengumandangkan azan pada masjid tersebut.
Lantas, siapa saja muazin-muazin di zaman Rasulullah? Sebagaimana dilansir PortalMadura.Com dari laman okezone.com, berikut ini penjelasannya:
Bilal bin Rabah
Bilal bin Rabah memiliki suara merdu dan lantang, maka itu diangkat oleh Rasulullah menjadi muazin. Bilal merupakan orang yang pertama-tama memeluk Islam. Ia merasakan siksaan Quraisy di awal datangnya agama suci ini.
Bilal menjadi muazin Rasulullah SAW. Ada yang menyatakan Bilal sempat beberapa saat menjadi muadzin di masa Abu Bakar.
Tentu saja pernah satu kali mengumandangkan azan di zaman Umar bin Khattab. Sebab, para sahabat rindu dengan azannya, dan ingin mengingat Rasulullah SAW. Tentu banyak keutamaan Bilal. Banyak pula ayat-ayat suci Alquran yang turun, dan Bilal menjadi bagian dari kandungan ayat tersebut.
Ibnu Ummi Maktum
Beliau adalah Amr bin Qays bin Zaidah bin Al Asham. Ia memeluk Islam di Makkah. Meski buta, tapi Amr termasuk orang yang pertama menyambut seruan Nabi untuk hijrah ke Madinah.
Diriwayatkan dari jalan Ibnu Ishaq dari Al Barra, ia berkata: “Yang pertama datang kepada kami adalah Mush’ab bin Umair. Kemudian datang Ibnu Ummi Maktum. Rasulullah mengangkatnya sebagai pemimpin Madinah apabila pergi berperang. Az-Zubair bin Bakar mengatakan: ‘Ibnu Ummi Maktum pergi menuju Perang Qadisiyah. Di sanalah ia syahid. Saat itu ia memegang bendera.”
Ibnu Ummi Maktum sama seperti Bilal bin Rabah, muazin Rasulullah SAW di Madinah.
Abu Mahdzurah
Dia adalah Aus bin Mughirah al Jumahi. Rasulullah SAW memerintahkannya mengumandangkan azan di Makkah sekembalinya beliau dari Hunain. Saat Makkah berhasil ditaklukkan kaum muslimin, Rasulullah memerintahkan Bilal mengumandangkan azan dari atas Kakbah.
Sebagian pemuda Quraisy, yang masih belum lapang dada menerima Islam, menirukan suara Bilal. Mereka marah dan bermaksud mengejeknya. Sampai salah seorang pemuda yang bernama Abu Mahdzurah al Jumahi pun meniru-niru adzan Bilal.
Abu Mahdzurah, pemuda 16 tahun, termasuk orang Quraisy yang paling merdu suaranya. Saat ia mengangkat suara mengumandangkan azan dengan maksud ejekan, Rasulullah SAW mendengarnya. Nabi kemudian memanggilnya dan mendudukkannya di hadapan beliau. Abu Mahdzurah menyangka inilah akhir riwayat hidupnya karena ulahnya itu.
Tapi, Rasulullah SAW justru mengusap dada dan ubun-ubun pemuda itu dengan tangan beliau yang mulia. Abu Mahdzurah mengatakan: “Demi Allah, hatiku terasa dipenuhi keimanan dan keyakinan, dan aku meyakini bahwa ia adalah utusan Allah.”
Setelah Abu Mahdzurah beriman, Rasulullah SAW mengajarinya azan. Jadilah ia orang pertama yang mengumandakan azan setelah Rasulullah meninggalkan Makkah menuju Madinah.
Ia terus menjadi muazin di Masjidil Haram hingga akhir hayat. Kemudian dilanjutkan oleh para keturunannya sampai waktu yang lama. Ada yang mengatakan hingga masa Imam Syafii.
Saad al Qarazh
Saad al Qarazh adalah mantan budak Ammar bin Yasir. Ia muazin Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam di Masjid Quba. Ada cerita tersendiri pada laqob al Qarazh pada nama Saad. Diriwayatkan oleh Al Baghawi bahwasanya Saad pernah mengadu kepada Rasulullah tentang sulitnya perekonomiannya.
Nabi Muhammad SAW lalu memberi masukan agar ia berdagang. Kemudian Saad pergi ke pasar dan membeli sedikit Al Qarazh (daun pohon yang dapat dibuat untuk menyamak). Kemudian ia jual lagi. Dari penjualan itu, Saad mendapat keuntungan yang banyak. Ia pergi menemui Nabi Muhammad untuk mengabarkan hal ini. Beliau menasihati agar Saad menekuni perdagangannya.
Di zaman Rasulullah SAW, Saad merupakan muazin di Masjid Quba. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, sang khalifah menugaskannya untuk azan di Masjid Nabawi, karena Bilal enggan menjadi muazin setelah Rasulullah wafat.
Setelah Saad wafat, anaknya yang melanjutkan rutinitas sang ayah mengumandangkan azan di Masjid Nabi Muhammad SAW. Demikian dinukil dari kitab ‘Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah’ Juz 3 Halaman 65.
Ziyad bin al-Harits ash-Shuda-I
Ziyad juga merupakan muazin Rasulullah SAW. Berdasarkan hadis riwayat Imam Ahmad dalam Musnad-nya bahwa Ziyad pernah azan di hadapan Nabi Muhammad. Namun, hadis tersebut tidak shahih.
Kelima nama muadzin tersebut kemudian dikumpulkan oleh Syekh at-Tawudi bin Saudah dalam syairnya:
Artinya:
“Amr, Bilal, dan Abu Mahdzurah
Saad, Ziyad, lima orang yang disebut Semuanya berazan atas perintah baginda Rasulullah SAW. Mereka mencapai derajat dan kemuliaan karena amalan tersebut.”
Wallahu a’lam bishawab.