PortalMadura.Com – Nafsu syahwat merupakan musuh besar bagi setiap manusia. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menuliskan bagi anak-anak Adam bagiannya dari zina, ia pasti akan mendapatkanya. Zinanya mata memandang yang diharamkan, zinanya lisan membicarakannya, zinanya jiwa mengharap dan membayangkannya sedangkan kemaluannya akan membenarkan hal tersebut atau mendustakannya.” (HR Tirmidzy).
Bahkan nabi Yusuf pun pernah digoda seorang wanita yang telah diliputi oleh nafsu syahwatnya. Meskipun begitu, banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi nafsu syahwat yang besar, berikut tips bagaimana cara melawan nafsu syahwat dalam islam:
1. Puasa
Puasa membuat kita harus menahan setiap gejolak nafsu, terutama nafsu syahwat. Puasa akan membuat seseorang menjadi terlindungi dari kerusakan akibat nafsu syahwat.
Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (Al-Baqarah: 183).
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
الصيام جنة. فإذا كان أحدكم صائما، فلا يرفث، ولا يجهل. فإن امرؤ قاتله، أو شاتمه، فليقل: إني صائم، إني صائم
“Puasa itu adalah perisai, maka apabila seorang dari kalian sedang melaksanakan puasa, janganlah dia berkata rafats (kotor) dan jangan pula bertingkah laku jahil (sepert mengejek, atau bertengkar sambil berteriak). Jika ada orang lain yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka hendaklah dia mengatakan “Aku orang yang sedang puasa, Aku orang yang sedang puasa”. (HR Imam Malik dalam Al-Muwaththa' (1099), Imam Bukhari dalam Shahihnya (1894), dan Imam Muslim dalam Shahihnya (1151))
2. Menahan pandangan
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: “Katakanlah kepada orang-orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. [an-Nûr/24: 30]
3. Menikah
diriwayat-kan oleh al-Bukhari dari ‘Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu. Ia menuturkan: “Kami bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pemuda yang tidak mempunyai sesuatu, lalu beliau bersabda kepada kami:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
‘Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng).'” (HR. Al-Bukhari (no. 5066) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1402) kitab an-Nikaah, dan at-Tirmidzi (no. 1087) kitab an-Nikaah.)
4. Istighfar
Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui [al-A'râf/7:200]
5. Shalat malam
abda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat beliau yang bernama ‘Utsman bin Mazh'un Radhiyallahu ‘anhu :
فَإِنِّي أَنَامُ وَأُصَلِّي وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأَنْكِحُ النِّسَاءَ فَاتَّقِ اللَّهَ يَا عُثْمَانُ فَإِنَّ لِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِضَيْفِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا فَصُمْ وَأَفْطِرْ وَصَلِّ وَنَمْ
“Sesungguhnya aku biasa tidur dan shalat, berpuasa dan berbuka, dan aku menikahi wanita-wanita. Maka bertakwalah kepada Allah, wahai ‘Utsman, karena sesungguhnya keluargamu memiliki hak yang menjadi kewajibanmu, tamumu memiliki hak yang menjadi kewajibanmu, dan jiwamu memiliki hak yang menjadi kewajibanmu. Maka puasalah, berbukalah, shalatlah (pada sebagian waktu malam) dan tidurlah (pada sebagian waktu malam). (dalamislam.com/Anek)