Inilah Keutamaan dan Hukum Kerjakan Puasa Nisfu Syakban

Avatar of PortalMadura.com
Inilah-Keutamaan-dan-Hukum-Kerjakan-Puasa-Nisfu-Syakban
Ilustrasi (Islam.nu.or.id)

PortalMadura.Com – Bulan Syakban merupakan bulan mempersiapkan diri memasuki Ramadan. Pada bulan Syakban ini ada waktu yang sangat istimewa bagi kebanyakan umat Muslim yaitu Nisfu Syakban yang berarti pertengahan bulan Syakban.

Dengan kata lain, saat Nisfu Syakban tiba, umat Muslim dianjurkan untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan banyak mengisi waktu dengan ibadah, seperti . Sebagaimana diketahui, malam tersebut adalah momen dibukakannya pintu maaf.

Selain itu, juga ada keutamaan yang bisa didapatkan oleh yang menjalankan puasa Nisfu Syakban. Lantas, apa saja keutamaannya dan bagaimana hukumnya?. Begini penjelasannya, sebagaimana telah dilansir Okezone.com dari MNC Portal.

Hukum berpuasa di bulan Syabkan adalah sunah berdasarkan hadis-hadis sahih dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam. Di antaranya berikut:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يُفْطِرُ؛ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يَصُومُ. وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ)

Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata: ‘Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam sering berpuasa sehingga kami katakan: Beliau tidak berbuka; beliau juga sering tidak berpuasa sehingga kami katakan: Beliau tidak berpuasa; aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan; dan aku tidak pernah melihat beliau dalam sebulan (selain Ramadhan) berpuasa yang lebih banyak daripada puasa beliau di bulan Syakban'.” (Muttafaqun ‘Alaih. Adapun redaksinya adalah riwayat Imam Muslim)

Lebih lanjut, merujuk Imam An-Nawawi, para ulama menjelaskan bahwa redaksi kedua: “Beliau sering berpuasa Syaban kecuali sedikit saja”, merupakan penjelas bagi redaksi pertama, yaitu “Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam sering berpuasa Syaban seluruhnya.”

Redaksi kedua itu menjelaskan maksud Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam sering berpuasa Syaban seluruhnya adalah berpuasa pada sebagian besarnya. (Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al Majmu' Syarhul Muhaddzab, juz VI, halaman 386).

Dilansir nu.or.id bahwa dalam menjelaskan permasalahan ini secara lebih detail As-Sayyid al-Bakri menjelaskan tiga pengecualian keharaman puasa separuh kedua bulan Syaban sebagaimana berikut:

Pertama, disambung dengan puasa pada hari-hari sebelumnya, meskipun dengan puasa tanggal 15 Syaban. Semisal orang puasa pada tanggal 15 Syaban, kemudian terus berpuasa pada hari-hari berikutnya, maka tidak haram.

Kedua, bertepatan dengan kebiasaan puasanya. Semisal orang biasa puasa Senin Kamis atau puasa Dawud, maka meskipun telah melewati separuh Syaban ia tetap tidak haram berpuasa sesuai kebiasaannya.

Ketiga, puasa nazar atau puasa qadha, meskipun qadha dari puasa sunah. Bila demikian, maka tidak haram. (Zainuddin bin Abdil Aziz al-Malibari, Fathul Mu'in pada I'anatut Thalibin, [Beirut, Darul Fikr], juz II, halaman 273–274). Wallahu a'lam bishawab.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.