PortalMadura.Com, Jakarta – Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) menyebutkan kerugian akibat gempa yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), sejak 29 Juli 2018 lalu sejauh ini tercatat Rp5,04 triliun.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan kerugian terbesar berasal dari kerusakan infrastruktur, dengan angka Rp7,5 miliar, menyusul pemukiman Rp3,82 triliun, sosial budaya Rp716,5 miliar, ekonomi produktif 432,7 miliar, dan lintas sektor Rp61,9 miliar.
“Kerusakan dan kerugian terbanyak salah satunya sektor pemukiman, karena puluhan ribu rumah penduduk rusak berat, bahkan banyak yang rata dengan tanah,” ungkap Sutopo, dilaporkan Anadolu Agency, Senin (13/8/2018).
Sutopo mengatakan kerugian terbesar dialami Kabupaten Lombok Utara, mencapai Rp2,7 triliun. Menyusul Kabupaten Lombok Barat Rp1,5 triliun, Lombok Timur Rp417,3 miliar, Lombok Tengah Rp174,4 miliar, dan Kota Mataram Rp242,1 miliar. Sedang kerugian ekonomi di Bali masih dihitung.
Sutopo juga mengatakan angka Rp5,04 triliun merupakan hasil perhitungan sementara. Saat ini BNPB terus mendata dan menghitung kerugian ekonomi akibat gempa tersebut.
“Jika nanti data sudah terkumpul semua, jumlahnya akan lebih besar, perlu triliunan untuk memperbaiki, merehabilitasi dan merekonstruksi. Perlu waktu untuk memulihkan kembali kehidupan masyarakat dan membangun ekonomi di NTB,” kata Sutopo.
Gempa tektonik berkekuatan 7 skala richter mengguncang Lombok, Minggu malam, 5 Agustus 2018, pukul 18.46 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat mengeluarkan peringatan dini potensi tsunami dan mengakhirinya pada pukul 20.25 WIB. BMKG juga menyebutkan jika ini merupakan gempa utama dari rangkaian gempa sebelumnya.
Hingga hari ini, BNPB mencatat korban tewas mencapai 436 orang. Selain itu, terdapat 1.353 orang terluka dan 352.793 orang mengungsi.
Lokasi gempa tak jauh dari pusat gempa 29 Juli 2018 berkekuatan 6,4 skala richter. Gempa itu menewaskan 17 orang, 365 terluka dan membuat ribuan orang mengungsi. (AA)