Kisah Nyata Keajaiban Sedekah Terhadap Bisnis

Avatar of PortalMadura.Com
Kisah Nyata Keajaiban Sedekah Terhadap Bisnis
Ilustrasi

PortalMadura.Com keajaiban sedekah terhadap kesuksesan sebuah bisnis dipaparkan langsung oleh para pengusaha sukses di Indonesia.

Mereka secara terbuka dan mengakui adanya campur tangan tak kasat mata yang membawanya kesebuah kesuksesan dalam menjalankan bisnisnya.

Keajaiban itu diakui datang tiba-tiba dan tanpa disadari sebelumnya. Mereka merasa pertolongan datang dari Yang Maha Kuasa lantaran kebaikan yang diperbuat kepada sesama dan dilakukan secara ikhlas.

Kisah nyata keajaiban sedekah terhadap bisnis dipaparkan dari pengalaman pribadi masing-masing para pelaku bisnis yang memiliki latar belakang berbeda, bahkan ada yang masa lalunya sangat menantang.

Pertama, Johari Zein, selaku Komisaris JNE & Entrepreneur

Agama mengajarkan untuk berprilaku baik, dan bukan hanya pada ibadah kepada Yang Maha Kuasa, tetapi prilaku baik kepada sesama manusia.

Prilaku baik itu, salah satunya dilakukan pada anak yatim. Dikatakan, didalam kegiatan komersial perlu ada kegiatan sosial.

“Komersial tanpa sosial umurnya tidak akan panjang. Umur itu (usaha) akan panjang jika diisi dengan sosial yang akan melahirkan keberkahan,” kata Johari Zein, dikutip portalmadura.com, Jumat (15/9/2023) dari kanal YouTube Coach Yudi Candra.

Kegiatan itu, ia lakukan melalui yayasan. Selain juga mengajak orang lain untuk melakukan sosial sebagai sarana untuk mengingatkan.

“Banyak orang yang mengatakan, JNE itu menggunakan manajemen spiritual. Itu banyak percaya karena setiap kali ada kegiatan selalu melibatkan anak yatim dan sudah berlangsung selama 29 tahun,” terangnya.

Jenis kegiatan sosial yang ia lakukan, seperti mengajak anak yatik untuk bergembira. “Membantu itu tidak harus selalu santunan,” katanya.

Anak-anak yatim yang ia rangkul kadangkala diajak ke restoran. Umumnya, diberi nasi bungkus, tapi dengan cara diajak ke restoran akan menumbuhkan kesenangan berbeda.

“Kadang juga diajak nonton bareng, belanja bareng ke supermarket. Jadi belanja apa saja nanti kita hitung di kasir. Ini juga kita memberi pelajaran sama mereka,” terangnya.

Kedua, Sudhamek AWS sebagia Chairman Garudafood

Ia mengaku perjalanan hidupnya banyak yang tidak sebanding dengan apa yang dilakukan dalam menjalankan bisnisnya. Artinya, tidak semua usahanya itu bisa diklaim hasil dirinya, tetapi banyak dibantu oleh tangan yang tidak tampak.

“Misalnya saat saya kuliah, disana itu ada tempat namanya bukit cinta, saat itu saya bersama dengan pacar. Saya melihat ada perumahan kumuh dan tidak layak huni. Saya tiba-tiba terucap begitu saja ‘kalau diberikan kesempatan oleh yang Maha Kuasa saya ingin berbuat kebaikan pada orang lain' kurang lebih seperti itu,” kenangnya.

“Untungnya pacar saya itu jadi istri saya, sehingga mengingatkan hal itu. Dan bagi saya, itu masuk kategori nazar dan tidak boleh ditinggal begitu saja,” katanya.

Menurutnya, hidup itu berjaya dan bermakna bila berguna untuk orang lain dan tidak cukup hanya untuk anak istri saja. “Sepanjang saya masih hidup, apa saja yang saya bisa lakukan (sosial),” ujarnya.

Ketiga, Anne Patricia Sutanto selaku Vice CEO PT Pan Brothers Tbk

Anne mengaku banyak memiliki komunitas. Hidup itu jangan memiliki jarak dengan orang lain. “Karena kita gak akan menikmati hidup,” katanya.

Hidup berbagi kata dia, tidak sekedar memberi uang, tetapi berbagi itu banyak hal yang dapat menciptakan suasana nyaman dan adem.

“Tidak semua orang atau individu mau berbagi. Berbagi bukan untuk pencitraan tapi berbagi itu untuk kita sendiri. Anak-anak kita dan cucu-cucu kita yang diingat itu kebaikan kita sendiri, bukan yang lain,” ucpanya.

Keempat, Witjaksono, seorang Entrepreneur

Ia yang dibesarkan dari keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) kultur dan dirinya juga sebagai pengurus besar NU mengawali hidupnya dari keluarga tidak mampu.

Kondisi itu tidak membuat dirinya patah semangat hingga akhirnya mencapai puncak dengan penghasilan gaji Rp1 miliar per bulan dari usaha entrepreneur yang dijalankan.

“Gaji saya hampir Rp1 miliar per perbulan. Saya selalu menyisihkan, saya pasti mengeluarkan 40-50 persen. Kisaran Rp500 juta saya keluarkan (sedekah),” terangnya.

Sedekah yang dikeluarkan untuk orang lain (kurang mampu) itu rutin dilakukan setiap bulan. “Untuk apa aja la. yang sifatnya urgen. Karena saya tahu itu, karena saya orang miskin,” katanya.

“Jadi, saat kita jatuh miskin, ya tetap kita berikan sesuai dengan saat turun pendapatan, tapi perlu dijaga adalah pembagian porsi persenan itu (40-50%). Ini perlu konsistensinya saja,” katanya.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.