PortalMadura.Com, Jakarta – Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy Jajat Nurjaman berpendapat, pelanggaran yang dilakukan oleh PDIP kepada perjanjian Batu Tulis sangat fatal.
“Megawati bisa dianggap sebagai pemimpin yang ingkar janji dan melukai trah Sukarno,” tegas Jajat dalam rilisnya yang diterima Redaksi PortalMadura.Com, Senin (17/3/2013).
“Seorang Negarawan yang baik tidak mungkin melanggar janji yang telah diucapkan, jika memang demikian berarti tidak ada bedanya megawati dengan politikus lain. Waktu perjanjian belum dibuka, PDI-P bilang tidak ada, begitu sudah beredar di media, dibilang tidak berlaku, ada saja alasan, sangat berbeda dengan karakter Bung Karno!,” tegas Jajat.
Menurut Jajat, dalam berpolitik tidak ada kawan yang abadi,yang ada hanya kepentingan abadi. Namun, seburuk apapun kepentingan dalam berpolitik tetap harus mengedepankan etika, apalagi mengingat megawati adalah tokoh yang dihormati dan sikapnya adalah panutan bagi seluruh para kader PDIP.
Pemilu 2014 akan terjadi persaingan ketat antara PDIP dan Gerindra. Pasalnya, hanya PDIP dan Geindra yang mempunyai sosok figur yang tinggi elektabilitasnya yaitu Jokowi dan Prabowo, yang akan menentukan peta pemenangan pilpres nanti adalah sosok yang akan mendampingi mereka.
“Perseteruan antara PDIP dan Gerindra tidak akan berdampak pada perolehan hasil yang akan mereka raih. Namun, isu – isu mengenai perjanjian batu tulis jika terus dikembangkan, akan membawa keuntungan besar bagi salah satu pihak”, tutup Jajat.(rls/htn)