Melawan Orang Tua yang Salah, Bolehkah? Ini Hukumnya dalam Islam

Avatar of PortalMadura.com
Melawan-Orang-Tua-yang-Salah,-Bolehkah-Ini-Hukumnya-dalam-Islam
Ilustrasi (klikdokter.com)

PortalMadura.Com – Dalam ajaran agama Islam, umat Muslim dianjurkan untuk memuliakan dan berlaku baik pada orang tua. Karena, dengan memuliakannya bisa menjadi salah satu penyebab seorang anak akan menjadi ahli surga. Tidakkah Anda menginginkannya?.

Sebaliknya, apabila mendurhakai atau berani pada orang tua maka tentunya menjadi dosa besar. Terlepas dari hal tersebut, terkadang sebagian orang tua berlaku kurang baik atau memberikan contoh yang tidak sepantasnya pada anaknya sehingga membuat anak menjadi congkak dan berani.

Tidak melawan membuat anak sakit hati, tapi jika berani akan berujung dosa. Lantas, bagaimana Islam menyikapi hal tersebut?. Banyak riwayat yang menjelaskan bahwa Allah SWT melaknat siapapun yang menyakiti hati orang tuanya. Nabi Muhammad SAW bersabda:

إن الله حرم عليكم عقوق الأمهات ووأد البنات ، ومنعا وهات ، وكره لكم قيل وقال : وكثرة السؤال وإضاعة المال

Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian berbuat durhaka kepada para ibu kalian, dan mengharamkan mengubur anak perempuan hidup-hidup, menolak kewajiban dan menuntut yang bukan haknya. Allah juga membenci kalian menyebarkan kabar burung, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta?”

Rahim durhaka kepada orang tuanya atau uququl walidain artinya melanggar kewajiban terhadap orang tua. Dalam kamus bahasa Indonesia durhaka adalah ingkar terhadap perintah Tuhan, orang tua dan sebagainya.

Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik terhadap kedua orang tua terutama ibu. Ibulah yang sudah mengandung dan merawatnya hingga besar.

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُۥ وَفِصَٰلُهُۥ ثَلَٰثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

Kedudukan ibu yang lebih mulia di atas bapak juga diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perbuatan kebaikanku?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu,”” lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu,” Lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu,” Lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Bapakmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bahkan Allah SWT juga telah meneritahkan untuk memperlakukan kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dia juga melarang seorang anak menolak bahkan membentak ketika dimintai tolong oleh kedua orang tuanya berlebihan ketika mereka berusia lanjut.

Dalam Q.S Al-Isra ayat 23-34 disebutkan bahwa seorang anak hendaklah merendahkan diri terhadap kedua orangtuanya dan mengatakan perkataan yang mulia di hadapannya.

۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Q.S Al-Isra: 23).

وَٱخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al-Isra: 24).

Diriwayatkan oleh hakim ada 3 golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihat mereka di hari kiamat yakni:

– Anak yang durhaka kepada orang tuanya
– Perempuan yang menyerupai laki-laki
– Kepala rumah tangga yang membiarkan adanya kejelekan atau zina dalam rumah tangganya

Durhaka kepada orang tua termasuk dosa yang sangat besar. Menurut hadis nabi diriwayatkan oleh bukhari dan muslim sebesar-besarnya dosa adalah menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua, menjadikan saksi palsu, dan berkata bohong.

أَلاَ أُنَبِّئُكُم بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ ثَلاَثًا قُلْنَا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ

: أَلأِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّوُرِ، فَمَازَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا : لَيْتَهُ سَكَتَ

Artinya: “Maukah aku beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ‘Baiklah, ya Rasulullah’, bersabda Nabi: “Menyekutukan Allah, dan durhaka kepada kedua orang tua, serta camkanlah, dan saksi palsu, dan perkataan bohong. Maka Nabi selalu megulangi, “Dan persaksian palsu, sehingga kami berkata, “Semoga Nabi diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian sudah jelas bahwasanya Allah SWT melaknat seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya. Maka dari itu, jangan menjadi anak yang durhaka kepada kedua orang tua. Wallahu A’lam.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.