Menengok Situs Panembahan Blingi, Jasanya Jadi Sektor Ekonomi Unggulan Madura

Avatar of PortalMadura.com
Menengok Situs Panembahan Blingi, Jasanya Jadi Sektor Ekonomi Unggulan Madura
Makam Panembahan Blingi (Foto. Istimewa/ FB Edhy Fitrianto)

PortalMadura.Com, – Bagi warga Sumenep, Madura, Jawa Timur dan khususnya warga Pulau Sapudi, jika mendengar nama tentu bukan sesuatu yang baru.

Ia adalah Pangeran Pulang Jiwo yang mendapat julukan Panembahan Blingi dan memerintah pada tahun 1386-1399 atau abad ke 14 masehi.

Situs atau asta (makam) Panembahan Blingi berlokasi di Dusun Koattas, Desa Gendang Timur (Pulau Sapudi) Kecamatan Gayam, Sumenep. Bentuk dan motif pusara tipologinya dikenal pada abad 17 masehi.

Panembahan Blingi sendiri putra dari empat bersaudara hasil pernikahan Sunan Lembayung Fadhal dengan Dewi Maduratna putri dari Arya Baribin. Sedangkan Arya Baribin merupakan keturunan ke enam dari Prabu Banyak Wangi, Raja Pajajaran.

Selama hidupnya, Panembahan Blingi berbagi kasih dengan seorang istri Siti Syari'ah adalah salah seorang putri dari Sunan Ampel, Surabaya.

Selain menjadi pemimpin dan menjalankan dakwa Islam, Panembahan Blingi berhasil membudidayakan sapi. Saat ini, disebut-sebut sapi poday yang memiliki kelebihan tersendiri di Sumenep dan Madura. Kini, menjadi potensi ekonomi utama bagi masyarakat Madura.

Dalam catatan sejarah Sumenep, adanya sapi tersebut sejak abad ke 14 masehi, yakni sejak panembahan Blingi yang diteruskan oleh putranya, Adi Poday.

Disebutkan, sapi yang dibudidaya itu adalah hasil persilangan sapi yang didatangkan dari India dengan badan besar dan berbulu putih seperti sapi benggala. Sedangkan sapi Sepudi bertubuh lebih kecil, langsing dan berbulu kuning emas.

Panembahan Blingi dengan Adipoday berusaha menanamkan cara memelihara dan merawat sapi dengan baik dengan sedemikian rupa hingga menjadi sapi yang kuat dan berpopulasi tinggi.

Populasi sapi yang dinilai pesat dan bagus, maka lahirlah Karapan Sapi yang dicipta oleh Sayyid Ahmadul Baidhawi atau Pangeran Katandur, yakni cicit punaan dari Panembahan Blingi atau cicit Sunan Ngudung saudara Panembahan Blingi.

“Jadi Pangeran Katandur meneruskan kegemaran buyutnya di Sapudi yang memelihara dan merawat sapi,” kata Ketua Tim Cagar Budaya Sumenep, Tadjul Arifien R, pada PortalMadura.Com, Rabu (6/5/2020).

Asta Panembahan Blingi di Pulau Sapudi tersebut ditetapkan jadi cagar budaya Sumenep.

Baca Juga : Jadi Cagar Budaya Sumenep

Tadjul Arifien R menyebutkan, pulau Sepudi memiliki banyak situs sejarah sebagai heritage yang sangat tinggi nilainya.

Salah satu contoh keberadaan Batu Gong/Togung yang berusia 2000 tahun sebelum Masehi, sarana untuk pemujaan manusia pada jaman batu.

Itu berarti, kata dia, pulau Sepudi sudah ada kehidupan sekitar 4.000 tahun lalu. Hal itu, telah banyak tertulis pada buku-buku sejarah yang ilmiah, seperti tulisan Prof DR Mien A Rifa'ie dalam bukunya Lintasan Sejarah Madura dan buku-buku sejarah tulisan Drs Abdurrahman, Kanjeng Raden Tumenggung Aryo Zainal Fatah Notoadiningrat, Werdisarta dan lain sebagainya.

Pulau Sapudi dinilainya sangat unik, karena sangat banyak mempunyai kekayaan heritage, seperti Kelbhu', Gua Karangkeng, Somber Kodung, Batu Genḍhang, Batu Beḍḍhil, Sumur Tasè', Panyeppèn, Gua Blingi, Prasasti Koattas, dan Pangantan Jhârân, lain sebagainya.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.