Menyingkap Asal Mula Tradisi Sekep Sebagai Nilai Pusaka Madura

Avatar of PortalMadura.Com
Menyingkap Asal Mula Tradisi Sekep Sebagai Nilai Pusaka Madura
Ilustrasi (plat-m.com)

PortalMadura.Com – Madura dikenal menyimpan banyak kekayaan tradisi dan budaya yang sangat menawan. Salah satunya kekayaan yang dimiliki adalah sekep. Sekep merupakan salah satu tradisi yang hampir punah, penyebab utamanya ialah karena modernisasi.

Sekep merupakan senjata tajam yang khusus dipergunakan untuk perlindungan diri dari segala mara bahaya. Salah satu bentuk sekep yang paling dominan dipergunakan oleh kalangan bangsawan ialah keris pusaka.

Bila membuka lembar sejarah pada masa kejayaan Madura, saat pertama Prabu Kertanegara dari Singosari mengutus dan melantik Raden Arya Wiraraja sebagai adipati Sumenep (Madura timur), pada tahun 1269 M. Maka karisma Madura semakin terangkat ke permukaan khusunya dimata raja-raja di Jawa. Mulai saat itu, periode kehidupan kalangan keraton mulai berkembang, sebagai sentral terbentuknya kultur yang mengarah pada kehidupan feodalisme artistokrat lahan “ilmu”. Dari situlah muncul ilmu-ilmu kedigdayaan yang ada dalam kekuatan pusaka.

Banyak macam pusaka yang hingga saat ini masih dimiliki sebagai warisan leluhur keturunan para digdaya di Sumenep. Antara lain yang cukup dikenal yakni pusaka keris “si Tambi”, “Bulu Ayam”, “Banuaju”, “Pamor Pakung”, “Si Jarum”, “Si Punjung”, “Baramma Batu”, “Si Banir” dan “Se Kelap”.

Keampuhan pusaka juga sering ditunjukkan oleh para pelaut Madura ketika terperangkap kedatangan angin puting beliung (Ola’ taon, Mdr) yang menghadang ditengah lautan. Ola’ taon merupakan pusaran angin yang membentuk memanjang dari atas kebawah, seperti ular naga yang siap melumat benda-benda apa saja yang berada dibawahnya.

Ola’ taon ini sangat ditakuti oleh para nelayan. Sebab apabila pusaran angin tu menukik dan menyentuh laut, maka akan terjadi pergolakan gelombang laut yang bakal memporak-porandakan perahu atau kapal yang berlayar. Meski demikian, para awak pada umumnya telah membekali diri untuk menghalau pusaran angin itu.

Apabila tampak benda gas itu menghadang disekitarnya, dengan kemampuan pusaka (biasanya berbentuk keris) lalu diarahkan pada angin raksasa itu (tentu dengan amalannya), maka putuslah tubuh “Ola’ taon” dan berpencar serta menghembus kearah daratan. Suatu keanehan, bila pusaran angin itu pecah, maka tidak akan menimbulkan bahaya, baik dilaut maupun di darat.

Selain itu, beberapa pencinta pusaka juga menyatakan, bahwa keris ataupun sekep lainnya memiliki nilai multifungsional. Yaitu disamping untuk menjaga keselamatan hidup, juga berfungsi sebagai penglaris dalam berdagang, pertanian, perindustrian, kedudukan, kepangkatan atau meningkatkan taraf hidup, social maupun status. Jadi tak heran, jika sampai saat ini sebagian masyarakat Madura masih mempunyai kebiasaan nyekep khususnya kaum laki-laki.

Benar atau tidaknya, Wallahua’lam. Namun demikian sebagian orang Madura berkeyakinan bahwa setiap pusaka memiliki kelebihan yang tidak bisa ditangkap logika.

Oleh karena itu, bagi masyarakat madura sekep mengandung arti luhur, bukan untuk mencelakakan orang lain, namun semata-mata sebagai isyarat agar lebih waspada dan hati-hati. (plat-m.com/choir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.