Ortu Naik Haji, Begini Cerita Kerabat Terduga Teroris Penyerang Polsek Wonokromo

Avatar of PortalMadura.com
Ortu Naik Haji, Begini Cerita Kerabat Terduga Teroris Penyerang Polsek Wonokromo
Pelaku (Istimewa)

PortalMadura.Com, – Kedua orang tua (Ortu) terduga teroris, (30), yang melakukan penyerangan terhadap petugas jaga Polsek Wonokromo, Surabaya sedang menunaikan ibadah haji.

Kedua orang tua pelaku, Mudahnan dan Pusiyah tergabung pada jemaah haji asal Sumenep, Madura melalui kuota tambahan jemaah haji 2019.

Mereka diyakini tidak tahu persoalan yang sedang menimpa putranya di tanah air. Pihak kerabat pelaku memang sengaja belum memberi tahu atas peristiwa tersebut.

Kakak sepupu pelaku, Hairi (@portalmadura.com)
Kakak sepupu pelaku, Hairi (@portalmadura.com)

“Tidak ada yang memberi tahu. Bisa saja mendengar sendiri dari jemaah haji lain atau ada orang di luar kerabat yang menghubungi,” terang kakak sepupu pelaku, Hairi (40), di Sumenep, pada PortalMadura.Com, Minggu (18/8/2019).

Imam Musthofa saat ini dalam penanganan Densus 88 Mabes Polri dan Polda Jatim pasca melakukan penyerangan menggunakan senjata tajam pada petugas jaga Mapolsek Wonokromo, Surabaya, Sabtu sore (17/8/2019).

Kakak sepupu pelaku, Hairi awalnya terkejut dengan informasi yang beredar dan melibatkan Imam Musthofa. Bahkan, nyaris tidak percaya.

Selama ini, Imam Musthofa pendiam. Ia mengetahui sikap itu sejak masih hidup bersama orang tuanya di Dusun Karang Jati, RT 1/ RW 4, Desa Talaga, Kecamatan Ganding, Sumenep.

Pasca kejadian, ia bersama kerabat yang lain dihubungi aparat desa dan mengabarkan kejadian yang dilakukan Imam Musthofa di Surabaya.

“Malah tetangga yang tahu informasi itu lebih dulu. Kami sekeluarga baru tahu saat dipanggil bapak kepala desa,” katanya.

Keluarga Sederhana

Rumah orang tua, Imam Musthofa di Dusun Karang Jati, RT 1/ RW 4, Desa Talaga, Kecamatan Ganding, Sumenep. Saat pulang kampung, Imam Musthofa tetap numpang ke rumah orang tuanya. (@portalmadura.com)
Rumah orang tua, Imam Musthofa di Dusun Karang Jati, RT 1/ RW 4, Desa Talaga, Kecamatan Ganding, Sumenep. Saat pulang kampung, Imam Musthofa tetap numpang ke rumah orang tuanya. (@portalmadura.com)

Hairi, kakak sepupu pelaku menjelaskan, kedua orang tua Imam Musthofa merupakan petani biasa.

Bapaknya pensiunan Satpam salah satu bank di Jalan Trunojoyo, Sumenep. Ia mendapat pesangon dan dijadikan biaya naik haji.

Semangat kerja kedua orang tuanya untuk mengubah hidup sangat tinggi. Bisa disebut pekerja keras. Lepas bertugas sebagai satpam masih bekerja lain layaknya petani setempat pada umumnya.

Imam Musthofa sendiri sebelum pergi kerja ke Surabaya bersama istrinya, juga menempuh pendidikan layaknya anak petani di desanya.

Imam Musthofa juga sempat melanjutkan sekolah ke SMP tidak jauh dari desa yang ditempati sebelum pindah ke sebuah pondok pesantren modern di Sumenep.

Sepulang dari pondok pesantren, Imam Musthofa langsung menikah dengan wanita pujaannya yang masih satu desa.

“Nikahnya (Imam Musthofa ) masih kisaran umur 17-an tahun. Memang masih muda langsung nikah,” jelasnya.

Dengan kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan atau minim, Imam Musthofa sempat bekerja ke Jakarta, hingga akhirnya pindah ke Surabaya.

Selama di Surabaya, Imam Musthofa jarang pulang kecuali hari lebaran. Terakhir kali mengunjungi orang tuanya yakni menjelang keberangkatannya ke tanah suci.

“Itupun hanya tiga hari di sini (Desa Talaga). Saat pulang, di rumah saja dan nyaris tak pernah berkunjung ke tetangga dekat,” urai Hairi.

Selama hidup bersama istri dan tiga anaknya di Surabaya, kondisi ekonomi Imam Musthofa diprediksi kurang beruntung.

“Masih minta kiriman biaya hidup sama orang tuanya. Mungkin ya belum cukup untuk kebutuhan hidupnya di Surabaya. Cerita ibunya begitu,” kata Hairi.

Taat Beragama

Imam Musthofa disebut tergolong taat dalam melaksanakan ibadah. Sejak satu tahun terakhir, Imam Musthofa selalu melaksanakan salat di awal waktu.

“Kalau lagi pulang, salatnya kuat. Salat lima waktunya selalu awal dan pergi ke masjid,” ucap Hairi.

Selama pulang kampung, tidak terlihat ada perubahan pada diri Imam Musthofa. Baik sikap maupun cara melaksanakan ibadah.

“Tidak ada yang aneh. Makanya, kami awalnya terkejut dengan adanya informasi ini (penyerangan mapolsek),” ujarnya.

Pasca Penyerangan Mapolsek Wonokromo

Pihak kerabat Imam Musthofa di kampung halamannya belum mendapatkan perkembangan informasi soal kasus yang menimpanya.

“Ya, kami diberi tahu dari bapak kepala desa tadi malam, itu saja. Belum ada kabar lagi sampai siang ini,” katanya.

Bahkan, kabar yang sempat merebak di kampung pelaku, Imam Musthofa sudah meninggal dunia dan jasadnya akan dipulangkan hari ini.

“Ternyata kabar itu tidak benar. Kami diminta oleh aparat desa agar tidak percaya dengan informasi di luar kecuali dari aparat desa saja,” pungkasnya.

Sementara, mantan Kepala Desa Talaga, Kecamatan Ganding, Sumenep Abdul Hadi membenarkan jika Imam Musthofa adalah warganya. Namun, pihaknya tidak banyak tahu soal perilaku Imam Musthofa.

Ortu Naik Haji, Begini Cerita Kerabat Terduga Teroris Penyerang Polsek Wonokromo
Abdul Hadi

“Memang warga Talaga, tapi saya saja tahu sekitar tiga atau empat kali bertemu. Selebihnya tidak tahu, karena memang jarang ada di sini,” terang Abdul Hadi yang masa jabatan kadesnya berakhir 31 Juni 2019.

Saat pulang kampung, Imam Musthofa juga tidak pernah bergaul dengan warga. Terakhir ia melihat saat mengantar kedua orang tuanya pergi haji.

Melansir dari kompas.com, awalnya Imam Musthofa tiba-tiba masuk ruang SPKT Polsek Wonokromo pukul 16.45 WIB, Sabtu sore (17/8/2019).

Pelaku diterima petugas jaga Aiptu Agus Sumarsono karena mengaku hendak membuat laporan.

Saat polisi menyiapkan berkas laporan, pelaku tiba-tiba menyerang menggunakan senjata tajam.

Petugas jaga mengalami luka di tangan, kepala dan pipi bagian kiri.

Perkembangannya, pelaku diperiksa tim Densus 88. Istri dan tiga anak pelaku dijemput polisi dari rumah kosnya.

Selama ini, pelaku menempati sebuah kos di permukiman padat penduduk di Jalan Sidosermo IV Gang 1, Nomor 10A Surabaya.

Imam Musthofa yang dikenal dengan sapaan Ali di lokasi rumah kosnya, diduga terlibat jaringan ISIS.

Barang bukti yang diamankan polisi, antara lain, Sajam, celurit, ketapel, anak ketapel, air soft gun dan ditemukan lambang ISIS.(*)

Baca Juga :

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.