Patut Dicontoh! Kumpulkan Uang Jajan, Anak-anak Patungan Beli 4 Ekor Sapi Kurban

Avatar of PortalMadura.com
Anak-anak Patungan Beli 4 Ekor Sapi Kurban
Anak-anak Patungan Beli 4 Ekor Sapi Kurban (kompasTV)

PortalMadura.Com – Sudah dua kali perayaan Iduladha, sekumpulan anak-anak di Kampung Ardio, Barat, Kota Bogor, Jawa Barat berhasil menunaikan ibadah kurban dari menyisihkan uang jajan mereka selama hampir satu tahun.

Pada Iduladha tahun lalu, hanya tujuh anak berkurban seekor sapi dengan harga sekitar Rp20 juta.

Tahun ini anggota mereka bertambah hingga menjadi 28 orang, dan sapi kurbanpun bertambah menjadi empat ekor.

“Teman-teman lain bergabung, karena juga ingin berbagi dan beribadah. Mereka termotivasi dengan kerberhasilan kita tahun lalu,” ujar Abu Bakar Sidik (15), salah satu pekurban anak itu.

Peserta patungan kurban ini rata-rata berusia 5-18 tahun, ada juga satu orang dewasa.

Mereka sudah membeli empat ekor sapi di Bintang Tani Farm, sebuah perusahan penyedia hewan kurban di Bogor.

Mereka membeli sapi jenis Madura dan Kupang, masing-masing dua ekor.

Harganya bervariasi, antara Rp25 juta hingga Rp26 juta. Berat masing-masing juga berbeda, sekitar 300-400 kilogram.

Cara mereka mengumpulkan uang juga tidak berbeda dengan tahun sebelumnya.

Yaitu masing-masing anak menyisihkan uang jajan sekolah mereka, mulai dari Rp5.000 – Rp10.000 tiap hari.

Dalam satu bulan terkumpul sekitar Rp3 juta tiap anak, hingga pada akhir periode uang yang terkumpul lebih dari Rp100 juta.

Menabung untuk kurban secara konsisten, menurut Abu terasa berat pada awalnya.

Ada saja godaan, bahkan kebutuhan mendadak yang membuat alokasi tabungan kurban bergeser pada keperluan lain.

Seperti tahun lalu, awalnya ada 13 anak yang ikut menabung dengan target dua ekor sapi.

Namun di tengah jalan, beberapa orang mengundurkan diri dengan berbagai alasan.

Sebagian yang mundur beralasan uangnya dipakai oleh orang tua untuk kebutuhan lain.

Akhirnya tersisa tujuh orang hingga akhirnya terkumpul dana yang cukup membeli seekor sapi.

“Memang terasa lumayan sulit menabung. Tetapi kalau ada niatnya, insya Allah berhasil,” ujar Abu Bakar.

Kesenian marawis

Selain dari uang jajan, anak-anak ini ternyata juga punya keahlian yaitu memainkan kesenian marawis.

Mereka sering mendapatkan panggilan untuk menghibur tamu-tamu saat ada pesta penikahan maupun pengajian.

Honor manggung itu disisihkan untuk menambah tabungan kurban.

Ada juga seorang peserta tabungan kurban mendapatkan tambahan penghasilan dengan membantu kakaknya berjualan bensin.

Seperti tahun lalu, daging kurban akan dibagikan pada warga sekitar rumah mereka.

Bagi Abu dan teman-temannya, berkurban selain beribadah juga membuat dirinya berlatih berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

“Kami ingin beribadah. Ingin berbagi kepada sesama,” katanya.

Syam Makmur, salah satu orang tua anak-anak tersebut bangga dengan kegigihan buah hatinya itu.

Menurut dia usaha keras anak – anak itu menjadi bahan introspeksi para orang tua.

“Saya bersyukur dan bangga dengan inisiatif mereka. Kami orang tua tidak semuanya bisa seperti mereka,” kata Syam.

Sosiolog Universitas Jenderal Soedirman Hariyadi mengatakan, salah satu karakter masyarakat pada sebagian besar wilayah Asia adalah suka berbagi.

Masyarakat di wilayah ini jiwa solidaritas yang tinggi dan tidak sungkan membantu sesamanya.

Pada wilayah pedesaan di Pulau Jawa, ada tradisi “nyumbang” yaitu memberikan bahan pangan atau bahan kebutuhan lain untuk warga yang sedang menggelar hajatan.

Kondisi ini ditambah dengan ajaran agama-agama besar yang masuk ke wilayah Nusantara yang mengafirmasi bahkan menguatkan tradisi berbagi tersebut dengan ritual seperti zakat, kurban, sedekah dan anjuran berbagi lain.

“Jadi tidak heran jika di masa pandemi, praktik berbagi masyarakat tidak luntur,” katanya.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.