Serem…. Ini 5 Kisah Jembatan Paling Angker di Indonesia

Avatar of PortalMadura.Com
Serem.... Ini 5 Kisah Jembatan Paling Angker di Indonesia
ilustrasi

PortalMadura.Com merupakan sarana penghubung antara dua tempat yang biasanya dipisahkan oleh sungai, lembah, jurang atau laut. Adanya hal itu bisa memudahkan masyarakat menjangkau daerah lainnya.

Namun selain itu, jembatan juga menjadi salah satu tempat yang disenangi makhluk tidak kasat mata. Oleh karena itu, ada banyak cerita mistis yang terjadi di beberapa jembatan di Indonesia.

Berikut lima jembatan yang terkenal di Indonesia:

Jembatan Musi II
Cerita horor nyata ini terjadi tahun 2008 dan kebetulan malam itu adalah malam Jumat Kliwon, Rolan (nama samaran) sangat terpaksa karena harus melintasi Jembatan sungai Musi II. Ini karena keponakannya, yang masih SMA bertempat tinggal di Kaliulu, Tanggobuntung, dan telah menderita sakit parah.

Akan tetapi rumah Risma atau keponakan Rolan tersebut tidak jauh jaraknya dengan Jembatan Musi II. Sehingga meski nyali Rolan ciut dengan cerita horor terpaksa ia pun harus melintas jembatan ini. Karena bila harus menyeberang dari sungai Musi I, akan terlalu jauh karena harus memutar.

Ketika Malam itu langit begitu gelap karena mendung. Dalam setiap detiknya, kilat memecah langit sekaligus guntur yang bergemuruh pada beberapa arah dari penjuru angin. Yang jaraknya beberapa kilometer hendak menuju Jembatan Musi II, sehingga hujan deras menyergap yang membuat mobil Rolan nyaris tidak mampu untuk mengatasi air hujan yang berlimpah ini.

Sesudah berjalan pelan dalam genangan air, mobil Rolan naik pada ujung dari jembatan Musi II. Saat menanjak naik dan meninggalkan banjir, keadaan mesin mobil Rolan batuk-batuk. Mungkin faktor usia mobil. Meskipun pedal gas semakin digenjot, justru mesin mobil Rolan mati. Jantung rolan berdebar sangat hebat. Karena gangguan tidak terduga justru berada di jembatan sungai Musi II yang terkenal sangat seram.

Tubuhnya gemetar serta merinding. Apalagi saat samar-samar di balik kaca mobil tampak sosok perempuan yang berambut pirang dan berbaju merah tengah berdiri pada bibir jembatan sungai Musi II. Rolan berpikir jika itu adalah Noni (Noni Belanda). Kaki dan tangannya tidak lagi dapat bergerak. Karena rasa takut sudah melumpuhkan seluruh sendi-sendi serta dua bagian panca inderanya.

Rolan berusaha melawan semua rasa takutnya supaya tangannya mampu bergerak serta bisa menutup sentral lock dengan tujuan supaya aman dari hantu Noni. Tapi sayang, tangannya tetap tak bisa digerakkan dan Rolan pun semakin ketakutan. Setelah hantu Noni hilang, Rolan langsung pergi mencari pertolongan, karena ada sebuah mobil yang datang ke arahnya, akhirnya dia memberanikan untuk mengetuk kaca mobilnya.

Ketika dibuka sontak Rolan terkejut karena yang ada dalam mobil ternyata hantu Noni. Rolan pun pergi mencari bantuan pada rumah terdekat dengan mengetuk pagar rumah dengan keras hingga akhirnya penghuninya keluar dan ternyata itu juga seorang wanita berambut pirang dan berbaju merah. Dia pun langsung pingsang. Hingga dia tersadar sudah berada di ruang UGD. Jangan-jangan suster yang merawat Rolan juga berambut pirang hiiii.

Jembatan Ancol
Mungkin cerita angkernya jembatan Ancol sudah menjadi legenda di Jakarta. Jembatan Ancol dulunya adalah jembatan goyang yang terletak di Jakarta Utara. Pada tahun 1995, ada seorang pelukis di Ancol yang didatangi seorang wanita. Wanita itu minta dilukis. Sesuai permintaan, pelukis itu mulai menggambar sketsa.
Tetapi ketika sampai setengah bagian tubuh, wanita itu menghilang. Warga sekitar percaya bahwa perempuan itu tidak lain ialah si Manis Jembatan Ancol. Di tahun 1960-an, saat daerah Ancol masih berupa tambak, ada seorang pendayung yang bertemu dengan si Manis. Perempuan itu naik perahu malam-malam sekali dan membayar pendayung dengan selembar daun.
Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, si Manis itu dulunya bernama Mariyam (sering juga dipanggil Siti Ariah). Dia adalah gadis desa yang berparas manis dan meninggal secara mengenaskan di kawasan jembatan Ancol akibat diperkosa beberapa pemuda.

Kematian yang tidak wajar itulah yang membuat sosok Mariyam menjadi penunggu jembatan Ancol. Beberapa kali, dia menampakkan diri pada orang-orang tertentu. Hal ini juga dialami oleh Anshori. Dia adalah penjual rokok yang berada di dekat pintu keluar Ancol.

Anshori mengaku bahwa dirinya pernah melihat hantu Mariyam secara langsung pada tahun 1990 di samping jembatan goyang. Ketika itu malam Jumat dan suasana tengah gerimis, pukul 1 pagi, lewat seorang wanita. Setelah berjalan cukup jauh, perempuan itu balik lagi menghampiri kios Anshori sambil tersenyum.

Anshori mengira bahwa wanita itu adalah calon pembeli. Jarak antara mereka berdua hanya sekitar 50 cm saja. Menurut keterangan Anshori, wanita itu wajahnya manis dan dia menggunakan kemeja kuning serta rok abu-abu. Ketika ditanya mau belanja apa, perempuan tersebut tiba-tiba saja hilang. Meskipun pakaiannya tidak serba putih, Anshori percaya bahwa dia adalah Si Manis Jembatan Ancol.

Jembatan Pasupati
Kejadian seram ini terjadi pada tahun 2011. Malam itu sekitar pukul 10, ada 6 remaja sedang merayakan kelulusan sekolah. Mereka sangat asyik bercanda, sambil berbicara tentang rencana kuliah. Sebelum pulang ke rumah, mereka memutuskan makan malam terlebih dahulu hingga jam 12 malam.

Malam itu, bandung sedang hujan lebat. Karena sudah larut, mereka memutuskan melanjutkan perjalanan ke rumah. Senda gurau mereka mampu mengisi suasana di dalam mobil. Ketika mobil yang mereka tumpangi melewati jembatan flyover dari arah Balubur, sorot lampu mobilnya tanpa sengaja menerangi pinggiran Pasupati.

Suasana di dalam mobil yang tadinya ramai oleh obrolan mereka, tiba-tiba hening. Semuanya memperhatikan seseorang yang melambaikan tangan ke arah mobil mereka. Terlihat seorang lelaki dengan motor di sampingnya berdiri di samping jalan. Lelaki yang masih muda itu berdiri sambil terus melambaikan tangannya, seakan meminta mereka untuk menepikan mobil ke arahnya. Mereka pun menepikan mobil, dan memberi tanda lampu hazard. Pemuda itu menghampiri, dan meminta tumpangan pulang karena motornya mogok.

Namun, mereka merasa ada yang aneh dengan lelaki ini, wajahnya pucat sekali, tatapan matanya kosong seperti para jomblo di malam minggu. Tanpa pikir panjang, mereka mempersilahkan lelaki itu untuk menaiki mobil. Lelaki itu pun masuk dan duduk di kursi depan. Badannya basah, lelaki itu tampak kedinginan hingga gemetar. Lelaki itu menatap salah seorang di antara mereka yang sedang menyetir mobil, tampak mereka memasang wajah tegang.

Suasana di mobil sangat kaku, mereka yang tadinya tertawa-tawa, jadi diam seketika kaya ketemu calon mertua. Mereka semua memandangi orang itu bergantian, lelaki itu tampak kedinginan. Mobil melaju kencang di Pasupati di tengah derasnya hujan. Sampai di sekitar Rumah Sakit Hasan Sadikin, laki-laki itu terlihat membaik, dia tidak lagi kedinginan. Dia hanya diam dengan pandangan lurus ke depan.

“Pak, Bapak mau ikut sampai mana? Mau saya antar?” Tanya salah satu dari mereka. Dia hanya diam, dan menunjuk ke arah depan. Mereka merasa ada sesuatu yang tidak beres, sesuatu yang aneh dari lelaki ini. Wajah ke enam orang ini masih seperti yang tadi, salah satu dari mereka menggeleng.

Sepertinya memberi kode kalau dia memang merasakan hal yang sama dengan si pengemudi. Si pengemudi menghentikan mobil tiba-tiba. Lelaki yang duduk di sebelahku, kini sedang sibuk memegang darah yang berasal dari kepalanya. “Pak, kepalanya kenapa?” Sambil ketakutan, salah satu mereka bertanya kepada lelaki itu. Lalu di tengah deras hujan, tiba-tiba dia minta turun dari dalam mobil. Mereka pun langsung memberhentikan mobil.
Lelaki itu keluar dari mobil dan tidak mengatakan apa-apa. Dengan kondisi perasaan yang tidak karuan, mereka pun melanjutkan perjalanan ke rumah Ari (salah satu di antara mereka). Kebetulan rumah Ari sedang tidak ada orang. Sesampainya di rumah, mereka langsung masuk ke kamar Ari karena merasa kelelehan.

Tidak lama kemudian, pintu rumah Ari ada yang mengetuk, mungkin orang tua Ari sudah pulang pikir mereka. Ketika Ari membuka pintu rumahnya ia tidak menemukan siapapun. Namun dari kejauhan, di pekarangan rumah Ari terlihat sesosok makhluk memakai kain putih dengan muka yang pucat dan bercucuran darah dari kepalanya.

Ternyata itu adalah orang yang menumpang mobilnya tadi namun berbentuk pocong (mungkin mau bilang makasih). Makhluk itu berdiri melihat ke arah Ari dan dari kepalanya terus mengeluarkan darah. Ari hanya diam terpaku, Pandangannya mulai kabur, kemudian ia tidak ingat apa-apa lagi. Pagi-pagi ia terbangun, saat teman-temannya masih tertidur. Beberapa hari kemudian, mereka akhirnya mendengar kabar bahwa laki-laki itu adalah orang yang mengakhiri hidupnya dengan melompat dari Jembatan Flyover Pasupati.

Jembatan Cirahong
Jembatan Cirahong adalah perbatasan antara Ciamis-Tasikmalaya. Jembatan Cirahong adalah jembatan yang di bangun oleh belanda pada saat penjajahan, jembatan cirahong ini di kenal sangat angker.

Pada suatu malam ada orang yang sedang melintas ke jembatan tersebut. Dan tiba-tiba ada yang mengambil foto jembatan tersebut padahal waktu itu hanya ada orang 1 motor yang sedang melintas ke jembatan itu. Tetapi di kamera motor itu nampak, melainkan sosok hitam yang sedang berada di ujung jembatan.
Dan pada suatu malam lagi ada 6 orang yang saat itu sedang melakukan ronda malam. Tiba-tiba ada suara kereta yang suaranya sangat dekat tetapi tidak kasat mata. Waktu keesokan harinya ke 6 orang tersebut sakit berminggu-minggu dan pada minggu selanjutnya pihak RT (Rukun Tetangga) mengundang paranormal tetapi tidak ada satupun yang berani.

Lalu pihak dari kecamatan Tasik, mengundang beberapa media acara televisi untuk melakukan pembuktian dan hasilnya negatif. Dan dahulunya pernah ada yang bunuh diri di jembatan Cirahong dan banyak sekali korban yang meninggal pada saat penjajahan tersebut akibat kelaparan. Di situ juga pemandangannya sangat indah tetapi tempat itu sangat angker karena sudah ratusan orang yang meninggal dunia karena bunuh diri di jembatan Cirahong tersebut.

Jembatan Cincin
Jembatan Cincin terletak di Kec. Jatinangor Kab. Sumedang. Jembatan ini dibangun tahun 1918, saat kita masih dijajah Belanda. Cerita horor ini dialami oleh Vina (disamarkan) mahasiswi di salah satu kampus ternama di Jatinangor.

Bukan, ini bukan di UGM, karena UGM bukan di Jatinangor. Pengalaman nyata ini terjadi pada tahun 2010. Hari itu sedang hujan deras hampir seharian mengguyur tanah Jatinangor dan sekitarnya. Saat itu jam 17.30 jalanan kampus terlihat sepi, hanya terlihat beberapa motor yang lewat. Karena memang, hujan mengguyur dari sejak siang hari.

Tubuh Vina cukup lelah, karena memikul tas yang penuh berisi buku-buku, laptop, setrikaan, ricecooker dll. Walaupun lelah setelah seharian beraktivitas di kampus, Vina selalu memilih jalan kaki daripada numpang untuk pulang ke kosan.

Bukan karena dia tidak punya uang, tapi karena tidak ada kendaraan menuju kosannya. Sebenarnya ada, hanya saja kendaraan itu memutar terlalu jauh. Butuh lima belas menit untuk sampai ke kosan dengan berjalan kaki. Letaknya memang tidak begitu jauh dari kampus.

Nama daerah kosannya Desa Cikuda..lumping. Ada sebuah jembatan yang menghubungkan Desa Cikuda dengan kampusku. Sekilas, jembatan ini mirip jembetan rel kereta api. Jembatan tersebut dulunya adalah jalan penunjang untuk urusan perkebunan.

Namun, sekarang jembatan itu adalah jalan sehari-hari yang harus aku lewati. Suatu hari, ketika Vina hendak pulang menuju kosannya, Vina bertemu dengan seorang teman perempuan. Mereka pun terlibat sebuah perbincangan.

“Kamu masih lewat jembatan itu kalo pulang magrib? Emang kamu nggak takut, kan jembatan itu serem?” Tanya temannya. “Alaaahh, kamu nih percaya kaya begituan. Yaaah, gimana lagi, males kalo pulang naik angkot, muternya jauh. Mending jalan kaki aja, lagian aku udah biasa lewat situ.

Hantunya juga paling males ngejailin aku, jelasku. “Hush!! Ngawur kamu! Hati-hati loh, nanti diikutin baru tau rasa.” “Hahaha, udah ah… aku duluan, yah. Udah sore nih, mau nemuin hantu jembatan itu! Hahaha….” Vina merenungi ucapannya barusan yang terdengar seperti menantang.

Tapi ia pun tetap jalan menuju kosannya tak mehiraukan ucapannya barusan. Setelah berada di jembatan, Vina menghentikan langkah, menatap lurus ke depan. Kakinya tiba-tiba saja kaku, di depannya tampak sebuah jalan panjang yang kanan kirinya jurang, dan di bawahnya terdapat sawah-sawah kecil. Juga makam warga…. Tiba-tiba Vina merasa sangat tegang. Hal ini tak pernah terjadi sebelumnya.

Ia merasa hal ini terjadi karena sugesti yang berlebihan. Vina pun kembali berjalan menulusuri jembatan. Kaki kirinya mulai menapaki bibir jembatan, dan kaki kanannya melanjutkan untuk langkah berikutnya. Vina mulai berjalan menyusuri jembatan itu. Langit magrib yang berwana abu-abu kelam, seolah-olah ingin menakut-nakuti.

Vina merasa kakinya seperti ada yang menahan. Ia mulai merasa ketakutan. Terlebih lagi detak jantungnya yang sejak awal menapaki jembatan ini, bergemuruh. Membuat napas Vina tak lagi normal, seperti memberikan sinyal akan terjadi sesuatu di jembatan ini.

Ketika di tengah jembatan tiba-tiba pandangan Vina pun tertuju pada sesuatu…. Seorang perempuan yang berjongkok tepat di depannya, menghalangi kedua kakinya untuk melanjutkan langkahnya. Perempuan itu menelungkupkan mukanya di atas lutut yang dilingkari oleh tangan.

Rambutnya yang panjang hampir menutupi punggungnya yang terbalut daster berwarna putih kecokelatan karena kotor. “Mbak, permisi… saya numpang lewat.” Kata Vina Perempuan itu tetap menangis.

Tubuh Vina kaku, perasaaannya diliputi ketakutan. lni sugesti akibat perkataan yang sembarangan tadi. “Mbaaaak….” DEG!! Tiba-tiba perempuan itu mendongakkan mukanya ke arah Vina, dengan tatapan mata yang merah dan emosi yang memuncak. “Manaaaaa Kang Darmaaannnn, Manaaa Kang Darman.” Suaranya parau penuh dengan amarah.

Aku melihat mukanya pucat dan bibirnya kering. Dia memegangi tangan sambil menjerit-jerit. Di pergelangan tangannya terdapat luka merah melingkar seperti luka ikatan tali. Vina mengedipkan matanya berkali-kali, tapi tetap saja pemandangan yang ada di depannya nyata, kaki perempuan itu tidak menyentuh tanah, dan lebih mengejutkan lagi… dia menjerit jerit tidak jelas.

Tiba- tiba perempuan itu menjatuhkan diri ke bawah jembatan. Vina melihat badannya, jatuh dan menghilang sebelum menyentuh dasar. Badannya tiba-tiba menjadi lemas, matanya berkunang-kunang, dan semuanya hitam. Malam harinya Vina ditemukan pingsan oleh seorang ibu yang melintas di jembatan itu.

Ibu itu khawatir dengan keselamatan Vina, dia pun memanggil polisi dan membawanya ke rumah sakit. Setelah kejadian itu, Vina mencoba untuk mencari informasi tentang cerita-cerita seram di jembatan itu. Di antara semua cerita seram yang didapat, terselip sebuah cerita tentang Neng Asih. Hanya segelintir orang yang tahu cerita itu.

Menurut cerita yang dia dapat, Neng Asih mati bunuh diri di jembatan itu puluhan tahun yang lalu. Mengenai Kang Darman yang disebut-sebut oleh perempuan itu, ternyata Kang Darman adalah seorang mandor yang menghamili neng asih namun Kang Darman meninggalkannya. Hal itu membuat neng asih terpukul dan memustuskan bunuh diri.

Nah, itulah 5 jembatan di Indonesia yang paling angker. Meski seram, selama Anda sopan saat melintas, “mereka” juga tidak akan mengganggu. Kurang-kurangin pacaran di jembatan ya guys, takut ada mahluk ketiga hihihi. (yukepo.com/Desy)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.