Untuk menjawab berbagai poblematika, tuntutan dan tantangan tersebut maka paradigma hambatan dan kendala harus diubah menjadi paradigma peluang. Paradigma lama (konvensional) terhadap pendidikan harus diganti paradigma baru (modern) dalam bidang pendidikan. Pendidikan bukan hanya sebagi kewajiban yang harus dilaksanakan, tetapi adalah kebutuhan yang harus dikejar dan diraih.
Pengelolaan pendidikan harus berorientasi untuk menciptakan pendidikan yang bermutu, baik dari segi konteks, masukan, proses, keluaran dan dampaknya (context, input, process, output and outcome). Pendidikan yang bermutu seperti ini diharapkan dapat menghasilkan keunggulan SDM, yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik atau aspek kognitif atau aspek ciptanya sendiri, tetapi unggul secara terpadu karena sinergi antara aspek cipta, rasa (afektif) dan karsa dan karyanya.
Bahwa SDM menjadi kunci pemberdayaan tidak dapat dipungkiri, hal ini sesuai dengan pengalaman dunia bahwa berbagai kegagalan proyek rekayasa (engineering projects) 65% karena kesalahan manusia (human errors).
Oleh sebab itu melalui pendidikan, SDM harus dirancang menjadi soko guru modal maya (virtual capital), yang diperkuat menjadi jejaring di berbagai bidang (networking) dengan semangat desentralisasi untuk mengembangkan kepemilikan berbagai akses sumber daya (decentralization in the spirit of extended resources) disertai visi yang etis (ethical vision) berbingkai moral (moral based) dan menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM).
Sistem pendidikan yang disusun dengan tepat dan memiliki derajat akuntabilitas tinggi diharapkan dalam jangka pendek juga memberikan sumbangan yang berarti bagi devisa negara. Dalam kaitan ini, perlu penyadaran akan pentingnya apresiasi dari pemegang kebijakan (eksekutif dan legislatif) bahwa pendidikan yang bermutu merupakan investasi yang menjanjikan.