PortalMadura.Com – Siapa yang tidak kenal Abu Bakar As-Shiddiq? Beliau adalah sahabat Rasulullah SAW yang sangat istimewa juga merupakan ayah mertua dari Rasulullah. Selain setia pada Rasulullah, dalam dirinya juga menonjol sifat jujur dan bijaksana. Ia juga selalu berkata dengan benar sehingga dijuluki dengan “As-Shiddiq” (orang yang jujur). Abu Bakar sangat jujur dalam mengemban amanat dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Selama menjadi khalifah, ia selalu memperhatikan rakyatnya. Hidupnya sangat sederhana dan tidak pernah menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya.
Dilansir dari laman Republika.Co.Id, Selasa (6/10/2020), simak di bawah ini teladan Abu Bakar As-Shiddiq yang patut untuk kita tiru.
Dikisahkan, ketika Abu Bakar merasa ajalnya hampir datang menjemput, beliau memanggil putri tercintanya, Siti Aisyah, untuk menyampaikan sebuah wasiat.
“Wahai Aisyah putriku, aku telah diserahi urusan umat islam, aku telah memakan makanan yang sederhana dan aku juga telah memakai pakaian yang sederhana dan kasar. Yang tersisa dari harta umat islam padaku adalah seekor unta, seorang pelayan (pembantu) rumah tangga, dan sehelai permadani yang sudah usang. Kalau aku wafat, kirimkan semuanya kepada Umar bin Khattab. Karena, aku tidak ingin menghadap Allah sedangkan di tanganku masih ada harta umat islam walaupun sedikit.”
Ada Beberapa Hal yang Bisa Dijadikan Pelajaran dari Wasiat Tesebut:
Pertama
Gambaran bahwa seorang pemimpin tidak boleh menggunakan fasilitas umat (negara) untuk kepentingan pribadi dan keluarga. Hidup sederhana merupakan keharusan pemimpin. Hidup sederhana seperti ini sulit dilakukan bila keimanan tidak melekat pada diri sang pemimpin.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak dikatakan seseorang itu beriman apabila tidak amanat dan tidak dikatakan beragama seseorang yang tidak berakal.” (HR Dailami)
Kedua
Abu Bakar merupakan salah seorang tipe pemimpin yang sangat bertanggung jawab. Sebagai bukti, meskipun ajal hampir datang menjemput, ia masih juga memikirkan harta umat dan amanat umat islam. Padahal, apalah artinya seekor unta, seorang budak, dan sehelai permadani yang sudah usang dibandingkan dengan kekuasaan besar yang digenggamnya.
Namun, itulah bukti nyata bahwa Abu Bakar adalah pemimpin yang selalu mengutamakan amanat dan tanggung jawab tanpa melihat nilai yang terkandung pada barang-barang tersebut.
Sikap dan perilaku Abu Bakar yang demikian sebenarnya tidak mengherankan apabila mengingat hadis Rasulullah SAW yakni, “Barang siapa diserahi kekuasaan (tanggung jawab) urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang yang membutuhkannya, maka Allah tidak akan mengindahkannya pada Hari Kiamat.” (HR Ahmad)
Hanya pemimpin yang beriman dan punya hati nuranilah yang mampu memahami pesan yang tersirat pada wasiat yang disampaikan oleh Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq tersebut. Perangai pemimpin yang demikianlah harapan seluruh umat. Semoga lahir kembali sosok pemimpin Abu Bakar As-Shiddiq modern yang memiliki sifat jujur, bertanggung jawab dan amanat, sebagai pemimpin yang sangat didambakan dan diidamkan.
DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI
