Umat Muslim, Waspada Pada 5 Hal Pemicu Ghibah Menurut Islam

Avatar of PortalMadura.com
ghibah
Ilustrasi

PortalMadura.Com – Sudah menjadi naluri seorang manusia yang tiap kali melihat orang yang tak sama dengannya pasti ia mengghibah atau membicarakannya. Entah dalam konteks bergosip, iri, dan lain sebagainya. Baik laki-laki atau perempuan, ghibah itu sudah menjadi hal yang tidak lagi tabu, terlebih lagi bagi kaum perempuan.

Namun tentu saja Islam jelas melarang ghibah. Islam mengatakan jika kita mengghibah suatu perkara maka sama saja kita sedang memakan daging saudara kita sendiri. Naudzubillah.

Berikut di antara hal-hal yang sering memicu timbulnya gibah. Hal ini telah dijelaskan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin-nya:

Pertama, Pelampiasan.

Hal ini biasanya terjadi tatkala kita marah pada seseorang namun sulit atau belum ada kesempatan untuk melampiaskan kemarahan tadi pada orang tersebut. Di sinilah pelampiasan dengan cara gibah itu muncul. Maka akibat pelampiasan itu, disebutkanlah kekurangan-kekurangan orang yang dikesalkan tersebut.

Kedua, tidak ingin ketinggalan dalam obrolan.

Hal ini biasanya terjadi saat diawali oleh teman bicara, lalu agar tidak terkesan ketinggalan obrolan akhirnya seseorang ikut andil dalam gibah tersebut dengan turut menyumbangkan aib-aib orang lain yang ia tahu.

Ketiga, agar terlihat unggul.

Dengan menyebut kekurangan-kekurangan orang lain, ia ingin agar orang tadi terlihat tidak lebih baik atau pun lebih unggul darinya.

Keempat, dengki.

Hal ini biasanya muncul saat melihat orang lain begitu banyak menuai pujian, dukungan atau pun semacamnya, sementara dirinya yang mengharapkan justru tidak begitu mendapatkannya.

Kelima, melucu. Hal ini biasanya muncul saat dalam perkumpulan yang penuh canda tawa lalu kehabisan bahan untuk membuat teman bicaranya tertawa lagi. Disitulah ia menyebutkan kekurangan-kekurangan orang lain sebagai bahan lawakannya.

Ikhtiar untuk menghindarinya

“Untuk terhindar dari suatu penyakit, jauhilah penyebab-penyebabnya.” Demikian rumus kausalitas sederhana. Rumus ini berlaku pula jika kita hendak berusaha agar terhindar dari gibah.

Sudah menjadi keharusan bagi kita untuk menghindari beberapa penyebab yang bisa mendorong kita untuk melakukan gibah sebagaimana di atas. Jika kita memiliki anggapan bahwa menghindarinya sangat amat sulit, ada baiknya kita menengok nasihat al-Ghazali tentang menyikapi mindset yang demikian:

“Watak manusia, ketika belum apa-apa sudah berkecil hati pada yang dikejarnya, maka yang tampak hanyalah ketidakmungkinan, lalu hal yang seolah-olah berat baginya dan bayangan akan sulitnya jalan yang ia tempuh. Beda halnya ketika ia benar-benar menginginkan sesuatu, maka yang mula-mula tampak adalah bukanlah besar kecilnya masalah tapi, bagaimana cara untuk mencapainya serta pikiran yang terus-menerus untuk mencari jalan dan cela agar ia sampai pada tujuan tersebut.”

Maka dari itu, sebagai umat mulim kita harus menghindari persoalan ghibah. Selain merugikan bagi diri sendiri, hal tersebut menjauhkan kita dari kebaikan dan mendekatkan kita pada keburukan. Semoga bermanfaat.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.