9 Adab Berjalan Kaki yang Sesuai Tuntunan Agama Islam

Avatar of PortalMadura.com
9 Adab Berjalan Kaki Sesuai Tuntunan Agama Islam
Ilustrasi

PortalMadura.Com – Adab dan etika yang baik memang diperlukan dalam suatu kehidupan, apalagi ketika berinteraksi dengan orang lain. Hendaknya tidak dibuat-buat atau justru berperilaku sombong.

Dalam ajaran agama Islam, tidak hanya masuk masjid, keluar rumah, atau bertamu yang harus beradab baik, tapi saat berjalan kaki pun juga ada adab yang perlu dilakukan. Seperti apa adabnya?. Sebelumnya, pelajari dulu kisah berikut ini:

Suatu hari Khalifah Umar bin Khattab RA melihat seorang pemuda berjalan seperti orang sakit. Lalu, Umar pun bertanya kepada pria itu, ‘’Apakah engkau sedang sakit?’’ Pemuda itu menjawab, ‘’Tidak.’’ Mendengar jawaban itu, Umar mengangkat cambuknya dan memukul pemuda itu. Ia lalu memerintahkannya anak muda itu untuk berjalan dengan tegap.

Dalam sebuah hadis dari Anas bin Malik dikisahkan Rasulullah telah memberi contoh berjalan yang baik. “Sesungguhnya Rasulullah SAW berjalan dengan tegar’’. (HR Muslim). Ketika berjalan, Nabi Muhammad SAW mengangkat kedua kakinya tinggi-tinggi karena beliau berjalan dengan tegap.

Saking tegapnya, Rasulullah seakan-akan berjalan dengan bertumpu pada pangkal telapak kakinya. Rasulullah berjalan dengan tegap, tidak loyo dan tidak sperti berjalan orang sakit dan wanita.

Kemampuan berjalan merupakan karunia yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Kisah di atas menggambarkan bahwa Islam pun mengatur tata cara atau adab berjalan yang baik. Setiap Muslim apabila sedang berjalan untuk sesuatu urusan diharuskan menjaga adab berjalan.

Lalu seperti apakah adab berjalan yang diajarkan Islam itu?. Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada secara rinci menjelaskan adab berjalan dalam kitabnya Mausuu’tul Aadaab al-Islamiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Ensiklopedi Adab Islam Menurut Alquran dan Sunah.

Berikut adalah adab berjalan sesuai tuntunan Islam:

Niat yang Benar
Seorang Muslim hendaklah berniat yang benar ketika berjalan. Niatkan berjalan itu untuk tujuan yang baik sebagai ibadah dengan mengharapkan rida dari Allah SWT. ‘’Apabila berjalan hendak ke masjid, niatkan untuk beribadah kepada Allah. Jika berjalan untuk bekerja, niatkan untuk mencari rezeki yang baik dan halal untuk keluarga,’’ tutur Syekh Sayydi Nada.

Bahkan, ketika akan berjalan untuk suatu permainan yang diperbolehkan, kata dia, hendaklah berniat untuk mencari penyegaran agar jiwa kembali segar dan bersemangat untuk beribadah. Menurut Syekh Sayyid Nada, dengan menghadirkan niat yang benar, maka akan mencegah seorang Muslim dari berjalan untuk sesuatu yang haram.

Tak Berjalan untuk Suatu yang Haram
Sesungguhnya, kedua kaki akan memberi kesaksian berbicara pada hari kiamat. Untuk itu, hendaklah menghindar dari berjalan untuk sesuatu yang dilarang agama. Sebab, setiap ayunan langkah Anda menuju sesuatu yang diharamkan akan berbuah dosa.

Bersikap Tawadu dan Tak Sombong Ketika Berjalan
Allah SWT berfirman dalam Alquran surah Al-Israa ayat 37: ‘’Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung’’.

Dalam surah Lukman ayat 18, Allah SWT berfirman: ‘’ Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri’’. Ibnu Katsir mengingatkan agar seorang Muslim membanggakan diri, sombong, takabur dan keras kepala, karena Allah akan murka.

Berjalan Normal
Hendaklah seseorang berjalan normal, yakni pertengahan antara berjalan terlalu lambat dan terlalu cepat. Ibnu Katsir menjelaskan, berjalan normal adalah berjalan secara biasa. Tidak terlalu cepat dan tak terlalu lambat. ‘’Pertengahan di antara keduanya’’.

Tak Menoleh ke Belakang
Dalam Shahiihul Jaami dikisahkan bahwa Rasulullah apabila berjalan tidak menoleh ke belakang. Menoleh ke belakang saat berjalan dapat membuat seseorang bertabrakan, tergelincir serta bisa juga dicurigai oleh orang yang melihatnya.

Tak Berpura-pura Lemah Ketika Berjalan
Berpura-pura lemah ketika berjalan dengan maksud untuk dilihat orang lain dilarang dalam Islam. Selain itu, juga tidak boleh berpura-pura sakit ketika berjalan, karena dapat mengundang kemarahan Allah SWT.

Berjalan dengan Kuat
Setiap Muslim harus berjalan dengan tegap seperti yang dicontohkan Rasulullah. Menurut Syekh Sayyid Nada, cara berjalan seperti Rasulullah SAW lebih dekat kepada roh Islam. ‘’Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah SWT, dibandingkan mukmin yang lemah,’’ tuturnya.

Menghindari Cara Berjalan yang Tercela
Contoh berjalan yang tercela itu antara lain; berjalan dengan sombong dan takabur, berjalan dengan gelisah dan gemetaran; berjalan dengan loyo seperti orang sakit; berjalan meniru lawan jenis; berjalan terburu-buru dan terlalu cepat; serta berjalan seakan-akan melompat.

Tidak Berjalan dengan Satu Sandal
Rasulullah SAW bersabda, ‘’Apabila salah seorang dari kalian memakai sandal, maka hendaknya memulai dari yang kanan. Apabila ia melepasnya, maka mulailah dari yang kiri. Pakailah kedua-duanya atau lepaskanlah kedua-duanya’’.

Baca Juga: Tahun Ini, Disdik Sumenep Janji Perbaiki Gedung SDN Sendir

Bertelanjang kaki termasuk tanda tawadu di hadapan Allah SWT. Dalam sebuah hadis disebutkan, ‘’Nabi SAW memerintahkan kami agar kadang kala bertelanjang kaki’’ (HR Ahmad, Abu Dawud dan an-Nasa’I).

Menurut Syekh Sayyid Nada, bertelanjang kaki adalah perkara yang baik, syaratnya tidak terdapat najis pada tanah serta sesuatu yang dapat menyakiti kedua telapak kaki.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.