Nama Lengkapnya Abdul Hadi Widji Muthari, pria yang lahir di pesisir utara madura tepatnya Desa Pasongsongan, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumene 24 Juni 1948, Sejak kecil telah mencintai puisi. Sejak masih kanak-kanak ia sudah berkenalan dengan bacaan-bacaan yang berat pemikir-pemikir kelas dunia seperti Plato, Socrates, Imam Ghazali, Rabindranath Tagore, dan Muhamad Iqbal.
Mengawali pendidikan di SDN Pasongsongan, Abdul Hadi W.M., mulai merantau sejak duduk SMP terbukti dia menyelesain SMP di Kota Sumenep dan terus berlanjut hingga SMA di Surabaya dan Menempuh pendidikan Sarjana di Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada hingga tingkat sarjana muda (1965-1967). Lalu melanjutkan ke studi Filsafat Barat di universitas yang sama hingga tingkat doktoral (1968-1971), namun tidak diselesaikannya.
Ia beralih ke Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran mengambil program studi antropologi (1971-1973), juga tidak selesai. Akhirnya ia mendapatkan kesempatan studi dan mengambil gelar Master dan Doktor dari Universiti Sains Malaysia di Pulau Penang (1992-1996). Sempat mengikuti International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat (1973-1974) lalu beberapa tahun di Hamburg, Jerman, untuk mendalami sastra dan filsafat.
Abdul Hadi W.M, mengenal pusi sejak di bangku SMP, bahkan dia mengaku telah jatuh cinta pada puisi saat itu. Dalam menulis pusi, pria yang juga dikenal dengan tulisan filsafat Sufistiknya ini mengaku banyak dipengaruhi oleh karya-karya Amir Hamzah, Chairil Anwar, selian itu dia juga mengatakan kematanganya dalam dunia sasstra tidak lepas dari dorongan orangtua, kawan, serta guru.
Darah Seni Abdul Hadi W.M. sendiri memang mengalir deras dalam dirinya, mewarisi keluarga yang suka karya sastra, ayah yang gemar melukis, dan kakek yang senang bersenandung Mocopatan, dan membaca sastra Jawa. Abdul Hadi sendiri sendiri merupakan keturunan dari saudagar Tionghoa yang hijrah dan menetap di Sumenep. Ayahnya, K. Abu Muthar, adalah seorang saudagar dan guru bahasa Jerman. Sementara ibunya, R. A. Martiya adalah putri keraton Solo. Dia adalah Anak sulung dari empat bersaudara
Tahun 1970-an, para pengamat menilainya sebagai pencipta puisi sufis. Ia memang menulis tentang kesepian, kematian, dan waktu. Seiring dengan waktu, karya-karyanya cenderung bernuansa mistis Islam dan kadang malah menyatu dengan mistis Jawa. Orang sering membandingkannya dengan Taufiq Ismail, yang juga berpuisi religius. Namun ia membantah. “Dengan tulisan, saya mengajak orang lain untuk mengalami pengalaman religius yang saya rasakan. Sedang Taufiq hanya menekankan sifat moralistisnya.”
Sajaknya, Madura mendapat pujian dari Redaktur Majalah Horison (1968), Kumpulan Sajaknya Meditasi (1976) mendapat Hadiah Buku Puisi Terbaik DKJ 1976/1977, ditahun yang sama ia memperoleh Hadiah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dan tahun 1985 ia memperoleh Hadiah Sastra Asean. Salah sorang penggerak program Sastra Masuk Sekolah (SMS) di bawah naungan Depdiknas dan Yayasan Indonesia atas sponsor The Ford Foundation bersama Leon Agusta, Taufik ismail, Soetardji Calzoum bachri dan Hamid Jabbar (alm) ini.
Penerima penghargaan Satyalancana Kebudayaan tahun 2010 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini menikah dengan wartawati dan pelukis Tedjawati Koentjoro dan dikaruniai tiga orang putri. Dari pernikahanya tersebut Abdul Hadu dikarunia dikaruniai tiga orang putri, Gayatri Wedotami, Diah Kuswandini dan Ayustha Ayutthaya. Kini ia aktif mengajar di beberapa universitas ternama di Jakarta.
Biografi Lengkap
Pendidikan :
- SDN 1 Pasongsongan (1958),
- SMP 1, Sumenep (1961),
- SMA, Surabaya (1964),
- Sarjana Muda Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (1965-1967),
- Program Doktor Filsafat Barat Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (1968-1971, tidak tamat )
- Program Studi Antropologi Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran (1971-1973, tidak selesai),
- International Writing Program di Iowa University, Iowa, Amerika Serikat (1973-1974),
- Meraih gelar master dan doktor filsafat dari Universiti Sains Malaysia di Penang, Malaysia (1992-1998),
Karier :
- Redaktur Gema Mahasiswa (1967-1968),
- Redaktur Mahasiswa Indonesia edisi Jawa Barat (1969-1974),
- Redaktur Pelaksana Majalah Budaya Jaya (1977-1978),
- Redaktur Kebudayaan Berita Buana (1978),
- Redaktur Majalah Kamar Dagang Indonesia (1979-1981),
- Redaktur Kebudayaan Harian Berita Buana (1979-1990),
- Redaktur Balai Pustaka (1981-1983),
- Redaktur Jurnal Kebudayaan Ulumul Qur’an (1981-1983)
- Anggota Dewan Kesenian Jakarta (1982),
- Anggota Lembaga Sensor Film (2000 s/d sekarang),
- Ketua Dewan Kurator Bayt Al Qur’an dan Masjid Istiqlal (2000 s/d sekarang),
- Ketua Majelis Kebudayan Muhammadiyah (2000 s/d sekarang),
- Anggota Dewan Pakar ICMI (2000 s/d sekarang),
- Anggota Dewan Penasehat PARMUSI (2000 s/d sekarang),
- Dosen Universitas Sains Malaysia di Penang Malaysia,
- Dosen tetap Fakultas Falsafah Universitas Paramadina, Jakarta,
- Dosen luar biasa FIB UI,
- Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta,
- Dosen The Islamic College for Advance Studies London, Kampus Jakarta,
Penghargaan :
- Sajak Madura mendapat pujian dari Redaktur Majalah Horison (1968),
- Kumpulan Sajak Meditasi (1976) mendapat Hadiah Buku Puisi Terbaik DKJ (1976/1977),
- Hadiah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1977),
- Hadiah Sastra Asean (1985),
- Gelar doktor dari Universiti Sains Malaysia, Pulau Penang (1996),
- Satyalencana Kebudayaan (2011)
Kumpulan Puisi :
- At Least We Meet Again,
- Arjuna In Meditation (bersama Sutardji Calzoum Bachri dan Darmanto Yatman),
- Madura : Luang Prabhang dan pembawa Matahari,
- Meditasi (1976),
- Laut Belum Pasang (1971),
- Cermin (1975),
- Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975),
- Tergantung Pada Angin (1977),
- Anak Laut, Anak Angin (1983)
Buku Penelitian Filasafat :
- Kembali Ke Akar Kembali Ke Sumber : Esai-Esai Sastra Profetik dan Sufistik (Pustaka Firdaus, 1999),
- Islam : Cakrawala Estetik dan Budaya (Pustaka Firdaus, 1999),
- Tsawuf yang Tertindas