PortalMadura.Com, Pandeglang – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan erupsi Gunung Anak Krakatau masih terus terjadi usai gelombang tsunami menyapu wilayah Banten dan Lampung.
Sekretaris Badan Geologi Antonius Ratdomo Purbo mengatakan erupsi Anak Gunung Krakatau per Rabu terjadi hingga 20 detik sekali.
Dari intensitas tersebut, kata Purbo, muntahan larva Gunung Anak Krakatau dapat mencapai 500.000 m2 per hari dengan tinggi kolom abu mencapai 2500 meter.
“Erupsi ini menciptakan suara gemuruh yang besar akibat muntahan larva,” ujar Purbo kepada Anadolu Agency di Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau di Pasauran, Banten, Rabu.
Purbo mengatakan sudah mengaktifkan satu seismik di sekitar lokasi Gunung Anak Krakatau untuk mengidentifikasi erupsi.
Namun demikian, seismik tidak dapat mengidentifikasi tsunami akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Tsunami akibat longsor Gunung Anak Krakatau, kata Purbo, hanya bisa dipantau melalui aktivasi sinyal longsor.
Problemnya, lanjut Purbo, pemerintah belum memiliki alat untuk memprediksi longsor Gunung Anak Krakatau. dilaporkan Anadolu Agency, Kamis (27/12/2018).
Menurut Purbo, memprediksi kapan terjadinya longsor Anak Gunung Krakatau adalah hal yang sulit. Selama ini Pemerintah hanya memiliki alat untuk mengontrol efek longsor.
“Karena ini kejadian spesial, maka ini akan menjadi pelajaran ke depannya,” ujar Purbo. (AA)