PortalMadura.Com – Pusat rohaniah manusia terletak dalam kalbu atau hatinya. Umat Muslim yang punya hati suci, maka mereka akan mudah memperoleh hidayah dari Allah. Begitu pula sebaliknya, mereka yang kalbunya sudah terdapat noda maka akan tertutup dari petunjuk Allah. Dampaknya, hidup mereka akan tenggelam dalam perbuatan maksiat dan bergelimang dosa.
Sebagaimana menurut M Quraish Shihab dalam “al-Mishbah” yang mengibaratkan hati seperti tanah. Apabila tidak disentuh air, ia akan gersang. Kalbu akan membatu jika tidak tersentuh zikir. Maka dari itu, zikir berfungsi sebagai penyubur kalbu, melansir dari Republika.co.id, Sabtu (9/11/2019).
Allah SWT berfirman: “Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka). . . ” (QS al-Hadid :16).
“Ketahuilah bahwa Allah yang menghidupkan bumi setelah matinya (kering). Sungguh, telah Kami jelaskan kepadamu tanda-tanda (kebesaran Kami) agar kamu mengerti” (QS al-Hadid : 17).
Ayat di atas mengisyaratkan pentingnya zikir untuk menundukkan dan menyuburkan kalbu. Dengan zikir, umat Islam bisa mengingat Allah, merasakan, dan menghadirkan-Nya dalam setiap aktivitas. Tidak ada celah bermaksiat karena keyakinan yang kuat akan kehadiran pengawasan Allah.
Ibnu Athaillah al-Sarkandi dalam “al-Qashd al-Mujarrad fi Ma’rifat al-Ism al-Mufrad“, menyebut ada tiga macam zikir. Pertama, zikir lisan, ini adalah zikir sebagian besar manusia. Kedua, zikir hati, ini adalah zikir kalangan khusus di antara kaum beriman. Dan ketiga zikir roh, ini adalah zikir kaum lebih khusus, zikir kaum arif dengan kefanaan mereka dari zikir, penyaksian mereka akan Tuhan, dan anugerah-Nya atas mereka.
Ibnu Athaillah juga menyebut, zikir lisan tanpa kehadiran hati adalah zikir kebiasaan yang kosong dari keutamaan. Zikir lisan dengan kehadiran hati mendatangkan manfaat. Lidah yang basah dengan kalimat zikir mesti menghadirkan hati.
Selain itu, zikirullah juga bisa bermakna salat, sebab salat adalah salah satu upaya mengingat-Nya. Firman Allah: “…Maka sembahlah aku dan dirikanlah salat untuk mengingat aku” (Qs Thaha 14).
Tidak dapat dipungkiri, mendirikan salat secara kontinu yang penuh ketaatan memang akan terasa berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Kekhusyukan dalam salat pun akan bisa diperoleh oleh orang yang memiliki keyakinan sepenuh hati kelak menemui Allah dan akan kembali kepada-Nya.
“Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya” (Qs Al-Baqarah : 45-46).
Baca Juga: 4 Keutamaan Perbanyak Zikir dalam Aktivitas Sehari-hari
Lagi-lagi, salat bisa sebagai zikir yang mensyaratkan kehadiran hati untuk mengingat dan merasakan kehadiran Allah. Salat yang khusyuk turut menyuburkan kalbu.
Namun, salat yang dilakukan hanya secara lisan dan gerakan tubuh semata, akan membuat pelakunya tetap bergelimang maksiat dan dosa. Untuk itu, salat yang bermanfaat sebagai pencegah perbuatan keji dan mungkar pun tidak lagi berfungsi.
Adapun zikirullah dalam surah al-Hadid di atas juga bisa bermakna Alquran. Salah satu nama Alquran adalah adz-Dzikru. Orang yang membaca, memahami, dan mengamalkan Alquran adalah orang yang mengingat Allah. Alquran juga berfungsi sebagai syifa’ atau pengobat hati.
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Qs Yunus : 57).
Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitab “Zâdul Ma’âd” menulis, “Alquran adalah obat (penawar) yang sempurna dari seluruh penyakit hati dan jasmani, demikian pula penyakit dunia dan akhirat”.
Maka dari itu, hadirnya Alquran bagi umat Islam sebagai solusi untuk mengobati sekaligus menyuburkan kalbu. Semoga Allah menuntun Anda menjadi hamba yang hidup dalam zikir. Aaamiiin. Wallahu A’lam.