Ciri-ciri Umat Islam Tulus Bertobat

Avatar
Ciri-ciri Umat Islam Tulus Bertobat
ilustrasi

PortalMadura.Com – Meminta ampunan Allah SWT setiap waktu memang perlu dilakukan sebagai tanda umat Islam yang bertakwa. Pasalnya, tidak dapat dipungkiri setiap manusia yang hidup di dunia ini tidak luput dari yang namanya Dosa. Nah, meminta ampunan ini sering kali dikaitkan dengan bertobat kepada Allah.

Sebagaimana dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Anas r.a, disebutkan bahwa telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah . Dia lalu berkata, ‘‘Ya, Rasulullah, sesungguhnya aku telah berbuat dosa.” Nabi menjawab, ”Mintalah ampun kepada Allah.” Lelaki itu kembali berkata, ”Aku bertobat, kemudian kembali berbuat dosa.” Nabi bersabda, ”Setiap kali engkau berbuat dosa, maka bertobatlah, hingga setan putus asa.” Lelaki itu berkata lagi, ”Ya, Nabi Allah, kalau begitu dosa-dosaku menjadi banyak.” Maka, Rasulullah bersabda lagi, ”Ampunan Allah SWT lebih banyak dari pada dosa-dosamu”.

Dilansir PortalMadura.Com, Minggu (28/7/2019) pada laman republika.co.id, bahwa manusia diciptakan Allah yang secara fitrah dibekali dengan sikap salah dan lupa. Untuk itu, permintaan ampun tidak akan menuai hasil bila tidak disertai dengan bertobat kepada-Nya, dan meminta maaf kepada orang yang dizalimi. Tobat ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan berniat untuk tidak mengulanginya lagi.

Baca Juga: 3 Cara Jaga Hati Agar Tetap Sehat Menurut Islam

Sedangkan tobat merupakan salah satu maqam di dalam dunia tasawuf. Bagi kalangan sufi, bertobat berarti meninggalkan sesuatu yang tercela dan terlarang yang ditetapkan di dalam ajaran agama (Islam) demi mencapai sesuatu yang terhormat, mulia, dan terpuji di sisi Allah SWT. Selain itu, bertobat adalah pengakuan dan penyesalan terhadap perbuatan alpa dan dosa.

Ketika ditanya tentang tobat, sufi Sahl Ibn ‘Abd Allah dan Al Junaid menjawab, ”Tobat ialah engkau tidak mengingat dosamu.” Al-Junaid menjelaskan bahwa melupakan dosa berarti tidak lagi mengingat dosa-dosa yang telah diperbuat yang melekat dalam hati.

Saat seseorang ingin bertobat, ada tiga syarat yang harus dipenuhi supaya tobatnya tersebut diterima Allah SWT. Pertama, menyesali diri karena telah telanjur melakukan maksiat dan melanggar ketentuan-ketentuan agama. Kedua, menjauhkan dan meninggalkan diri dari semua maksiat kapan dan di mana saja berada.

Ketiga, berkemauan dan berjanji pada diri sendiri secara sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi kemaksiatan, karena menyadari bahwa perbuatan maksiat menghalangi hubungan dia dengan Tuhannya dan dapat memutus hubungan dengan sesamanya.

Selain itu, orang yang telah berbuat salah dan mau bertobat, harus meminta maaf kepada orang yang dizalimi. Hal ini bertujuan untuk terwujudnya islah (perdamaian) memang harus saling meminta dan memberi maaf. Apalagi dalam konteks kehidupan sosial-politik masyarakat saat ini, pemaafan masih tetap relevan. Dalam pengertian umum, pemaafan berarti ‘mengingat’ dan sekaligus memaafkan.

Begitu pula dalam Islam, proses ini disebut sebagai muhasabah (introspeksi), yakni saling ‘menghitung’ atau ‘menimbang’ dan koreksi terhadap peristiwa-peristiwa pahit yang telah melukai pihak-pihak tertentu. Melalui muhasabah, berbagai pihak melakukan perhitungan dan sekaligus penilaian moral terhadap kejadian-kejadian yang pernah berlaku yang mungkin merugikan perorangan maupun masyarakat luas. Sehingga dengan muhasabah akan terjalin persatuan dan perdamaian sesama umat Islam. Wallahu A’lam.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.