DIY Jadi Sasaran Study Excursie Mahasiswa FISIP Unija Sumenep

Avatar of PortalMadura.com
DIY Jadi Sasaran Study Excursie Mahasiswa FISIP Unija Sumenep
Peserta Study Excursie Unija Sumenep saat di Desa Ponggok, Polanharjo, Klaten (Foto. Unija Sumenep for PortalMadura.Com)

PortalMadura.Com, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Wiraraja (Unija) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur melakukan Study Excursie (SE) awal tahun 2019.

Kegiatan tersebut merupakan agenda yang tidak akan pernah terlewatkan dalam rangka menambah khasanah pengetahuan serta memperdalam keilmuan khususnya di bidang administrasi publik.

Bertemakan “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mewujudkan Desa Mandiri Dan Inovatif”, kegiatan tersebut diikuti 150 orang. Mereka terdiri dari 132 mahasiswa dan 18 dosen pendamping.

Dekan FISIP , Dra. Irma Irawati menjelaskan, study excursie tahun ini memilih Daerah Istimewa Yogyakarta karena memiliki segudang prestasi di tingkat nasional maupun internasional.

“Selain itu DIY telah melahirkan berbagai inovasi yang mampu berkontribusi besar terhadap kesejahteraan warga desa,” terang Irma sapaan akrab Irma Irawati, Kamis (7/2/2019).

Daerah Istimewa Yogyakarta telah dianggap berpotensi menjadi trandsetter inovasi desa bagi daerah-daerah lain Indonesia.

Selama di Yogyakarta, ada tiga lokasi yang menjadi titik kegiatan study excursie mahasiswa, meliputi ; Kantor Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, dan Desa Ponggok Klaten – Surakarta.

Ia menyampaikan, saat ke Desa Ponggok, Polanharjo, Klaten yang dikenal sebagai desa sangat mandiri dengan kekayaan alamnya menjadi perhatian tersendiri oleh mahasiswa.

“Desa Ponggok telah menjadi example project bagi desa-desa lain yang ada di Indonesia, karena nyaris tak ada sektor yang tidak dikelola oleh desa,” katanya.

Pengelolaan berbagai produksi dilakukan melalui BUMDes setempat. Terdapat sembilan Perseroan Terbatas (PT) yang dikelola dengan masing-masing bidang usaha untuk masuk menjadi Pendapatan Asli Desa (APD).

Bidang usaha itu, ada wisata kolam air, destinasi kawasan taman air terpadu, pengkreditan rakyat, jasa kontruksi, toko desa/ minimarket, pengelolaan gedung dan event, perikanan dan kolam, produksi air minum dan air bersih, serta ada penyedia bahan pokok/ logistik.

Menurut Irma, ada gedung mewah yang digunakan menyambut kedatangan rombongan mahasiswa Unija juga milik desa yang dikelola bersama untuk berbagai event oleh sejumlah instansi, komunitas dan kegiatan lainnya.

“Suguhan yang diberikan juga merupakan hasil kreativitas masyarakat khususnya perempuan-perempuan Desa Ponggok dalam mengolah makanan dengan berlebelkan DTP PKK Desa Ponggok,” terangnya.

Segala kebutuhan desa telah mampu dipenuhi sendiri secara mandiri berkat kerjasama yang baik antara pemerintah desa dan masyarakat setempat.

“Suasana seperti itu tidaklah mudah untuk diciptakan kecuali dengan kerja keras dan upaya membangun partisipasi masyarakat dalam mewujudkan desanya menuju desa mandiri,” tandas Irma.

Pemberdayaan masyarakat desa berhasil diterapkan dengan baik sehingga mampu memberikan impact yang positif bagi warga desanya. Salah satunya, pendapatan warga bisa mencapai Rp700 ribu – Rp800 ribu dalam sebulan.

Kondisi tersebut sejalan dengan paparan Ambar Yulistiani, Dosen Fisipol UGM yang sempat ditemui mahasiswa, (15/1) bahwa untuk social engineering dalam pembangunan sosial adalah mengetuk hati orang-orang, bukan menyuruhnya untuk secara tiba-tiba berubah total.

DIY Jadi Sasaran Study Excursie Mahasiswa FISIP Unija Sumenep
Peserta Study Excursie Unija Sumenep saat di Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta(Foto. Unija Sumenep for PortalMadura.Com)

Terakhir mengunjungi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah meraih prestasi dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi “Pada Tata Kelola Pemerintahan”.

Hal yang dapat diambil dari DIY, mencerminkan arah yang baik dari sasaran reformasi birokrasi yang diinginkan, ukuran keberhasilan reformasi birokrasi tercermin dari semakin meningkatnya kepuasan masyarakat.

Indeks tata kelola pemerintahan DIY mencapai 76,61 dengan skema Kabupaten Sleman 76,64, Kota Yogyakarta 65,57, Bantul 65,03, Kulon Progo 65,04 dan Gunung Kidul 55,44.

“Dari study excursie Fisip Unija ini, kami harapkan mampu membuka wawasan mahasiswa dan mengaplikasikan,” pungkas Irma.

Study Excursie tersebut berlangsung sejak tanggal 15 hingga 17 Januari 2019.

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.